Pages

August 22, 2014

r e c o m m e n d a t i o n | Kembali menuju pemolaan sistem segitiga politik Nusantara


Proses dan pernak-pernik aktivitas yang terjalin dalam peradilan Mahkamah Konstitusi yang baru saja usai digelar, diprediksi semakin lekat mengukir tercetaknya sistem segitiga politik berbasis region figurisasi Jokowi - SBY - Prabowo di ranah Nusantara ini.
Di era orde lama pernah coba dirancang sistem segitiga politik berbasis campuran aliran ideologi dan keagamaan yang melibatkan golongan Nasionalis - Agamis - Komunis. Sistem Nasakom ini gagal total karena Bung Karno terlampau dominan.
Di era orde baru sistem segitiga politik coba disempurnakan dan kembali diaplikasikan namun dengan mengandalkan orientasi yang lebih berbasis pada faham acuan pembangunan stabilitas ekonomi di bawah bendera kepartaian PPP - Golkar - PDI. Sistem ini bisa dibilang sukses menuai lompatan kemajuan kemakmuran anak bangsa, namun belakangan rontok juga akibat Pak Harto terlampau dominan.
Dalam perspektif psikologi sosial, sistem segitiga sosial (politik, kemasyarakatan, keorganisasian), diyakini sebagai sistem rekayasa makro-sosietal yang tergolong paling tangguh dan dinamis untuk manuver apa pun, baik bertahan, pengembangan, ataupun menyerang (ekspansi, infiltrasi, agresi); asalkan asumsinya terpenuhi, yakni: tidak ada figur yang dominan!
Salam psikologi...



r e c o m m e n d a t i o n | Tafsir atas perudalan pesawat sipil MH17 di Ukraina


Tafsir atas : perilaku penembakan rudal ke pesawat sipil Malaysia yang berisi ratusan penumpang di atas langit wilayah konflik Ukraina oleh sekelompok gerilyawan separatis (pro Rusia)tidak bisa gegabah begitu saja dikatakan sebagai "salah tembak".
Dalam imaji asumsi psikologi : pe-Makna-an atas perilaku individu dan atau kelompok patut dikaitkan dengan seting sosial yang secara kontekstual melingkupinya.
Nyatanya di wilayah udara saat penembakan terjadi, pada hakekatnya tengah terjadi perebutan pengaruh geo politik antara AS (+Uni Eropa) vs Rusia yang bisa dipersonifikasikan menjadi simbolisasi duel "to be or not to be" antarkarakter "koboi" Obama vs "beruang" Putin.
Maka sang koboi pun mulai melakukan blokade ekonomi atas Rusia agar sang beruang mati lemas sehingga mundur segera dari keterlibatannya di Ukraina. Namun Putin selaku politisi senior paling lama berkuasa di dunia saat ini, yang konon lebih kokoh posisinya ketimbang para Tsar era kekaisaran Rusia, agaknya bukanlah "beruang boneka" apalagi "boneka beruang". Ia adalah beruang Rusia yang sesungguhnya, mantan intel yang terbiasa bekerja dalam sepi, berani ambil resiko berbahaya, punya nyali dan kecerdasan tinggi, terampil bela diri, dan tak pernah ragu untuk menyergap di jalan terang ataupun dikegelapan.
Dengan demikian perilaku merudal manusia mancanegara tak berdosa yang mayoritasnya warga Eropa yang tengah menumpang pesawat buatan Amerika di atas wilayah sengketa Ukraina itu bisa menjadi pertanda : Kremlin tengah mengasah kapak peperangan dalam skala yang lebih mengerikan lagi. Sayangnya hanya kanselir Jerman, Angela Merkel, yang bisa menangkap isyarat Kremlin ini, mungkin karena sang kanselir adalah wanita yang secara instingtif bisa merasa bahwa kapasitas daya kelahi Putin jauh di atas Obama?
Turut duka cita dari lubuk hati terdalam atas jatuhnya korban tak berdosa, semoga mereka memperoleh tempat Istimewa di sisi NYA. Amin...
Salam psikologi...



r e c o m m e n d a t i o n | Makna menarik diri dari rekapitulasi suara Pilpres 2014


Jika direkonstruksi dalam abstraksi sosial, maka manuver dadakan menarik diri dari proses finalisasi rekapitulasi suara, bisa kiranya dimaknai sang aktor pelaku tengah mengaplikasi pendekatan teori konflik, yang dalam perspektif psikososial bisa berdampak menstimulan pergeseran posisi maupun peran individu dan atau kelompok yang terlibat dalam pilpres menjadi berbeda dari apa yang tengah terpampang sekarang.
Memang penerapan teori konflik di dunia politik cukup banyak mendulang sukses untuk meraih kemenangan sehingga amat diminati para politisi belahan Timur & Barat; dengan catatan terpenuhinya asumsi bagi operasionalisasinya yakni: secara empirikal terdapat tidak lebih dari 2 poros (region) saja yang tengah berhadapan diametral.
Namun uniknya, usai pilpres tanpa terduga, secara alami terbentuklah 3 poros (region) politik bercorak segitiga sistemik: Prabowo-SBY-Jokowi di kancah politik anak bangsa.
Dalam seting sosial dan warna zaman seperti ini, maka aplikasi teori konflik diprediksi hanya akan mengintervensi ruang kosong berdampak hampa respon dan justru berpotensi mengkonstruksi energi balik menjadi bumerang pribadi ataupun kolektif yang bisa melumpuhkan aktor maupun poros (region) pemrakarsanya sendiri!
Salam psikologi...