Pages

September 24, 2014

r e c o m m e n d a t i o n | Ahok...



Ahok yang tak lama lagi akan menjadi orang nomor satu di Batavia memang tergolong pria yang berkecerdasan tinggi. Sebagai individu yang super cerdas tak heran jika ia sering terkesan mudah frustrasi yang diekspresikannya dengan modus katarsis instan memarahi aparatus birokrasinya yang bertingkah laku keliru, yang boleh jadi tidak memiliki potensi kecerdasan seperti dirinya alias hanya seorang atau sekumpulan aparat serba medioker saja.Di dunia yang fana ini, entah mengapa, Tuhan tidak banyak menciptakan individu super cerdas (baca: genius). Mereka ini punya pola perilaku khusus, seperti mampu berfikir dan bertindak cepat mendahului ritme kelaziman lingkungannya bahkan zamannya, tidak suka mutar bertele-tele, mudah gonta-ganti pekerjaan, kawan-kawan, bahkan pasangan, cepat merasa bosan, malas berkompromi, tidak terlampau peduli dengan dukungan emosional ataupun finansial dari sekitar alias cenderung hidup dalam alam soliter, perfeksionis, dan hanya mau berkarya di bidang yang diminati.Orang seperti Ahok cukup banyak yang sukses namun lebih banyak lagi yang hidupnya berantakan akibat tergelincir dalam mekanisme perilaku proyeksi: menganggap orang lain sama seperti dirinya. Lupa menyadari dan kurang memahami bahwa orang genial itu bisa dihitung dengan jari.Dalam persepsi wanita, pria super cerdas lazim terlihat seksi, apalagi jika dibarengi tubuh atletis dan wajah enak dipandang seperti Ahok ini, maka tak heran jika seandainya: secara kolektif kaum hawa cepat punya perhatian istimewa dan bersimpati terhadap dirinya sedangkan sebaliknya kaum lelaki mudah terobsesi rasa iri hati dan rendah diri untuk sigap berkolaborasi mengoposisinya.Salam psikologi...



September 7, 2014

r e c o m m e n d a t i o n | Observasi perilaku narasi Jokowi kini






Krisis apa pun bentuknya -- semisal krisis sosial, finansial, politik, lingkungan, energi -- lazimnya muncul bukan karena proses alami, tetapi akibat direkayasa secara sengaja dengan cara menciptakan semacam suatu situasi ketidakseimbangan; bisa melalui pendekatan operasional lapangan atau otak-atik sistemik, juga penggabungan keduanya.
Penciptaan krisis bisa bertujuan terbatas semacam "testing the water" atau lebih luas lagi untuk upaya reduksi eksistensial seperti penggembosan, penggulingan, dan pengambilalihan secara "paksa".
Krisis bisa digulirkan oleh aparatus birokrasi sipil maupun militer, organisasi politik, kelompok bisnis, bahkan LSM.
Yang menarik justru krisis lebih berpeluang "hadir" di momentum transisional, karena di saat fase transisi ada semacam "ruang kosong" yang menggoda untuk "di isi" atau lebih tepatnya "di duduki".
Jadi tidak terlampau mengherankan jika di era transisi pergantian pemerintahan dari regionisasi SBY ke Jokowi, mendadak terpampang krisis antrian BBM.
Yang mengherankan dan mengkhawatirkan adalah respon Jokowi atas krisis pasokan BBM tersebut yang cenderung memperlihatkan narasi soliter, melankolik, impulsif, dan semi inferior. Ke manakah orang-orang pintar yang ada di belakang dirinya di kantor transisi yang telah dibentuknya itu selaku dapur pemikiran? Yang semestinya tidak membiarkan sang presiden terpilih ini seolah kini berjalan sedemikian "telanjang" tanpa "misteri" perisai pemikiran yang kokoh menopang dalam merespon isu-isu "empiris-liar" yang berseliweran di ruang-ruang kosong hingga saat pelantikan presidensial Oktober 2014 mendatang?
Salam psikologi...