tag:blogger.com,1999:blog-89666223742700228092024-03-05T15:59:20.483+07:00⬛⬛⬛}[Ψ]{COSACKOSAKclub}[Ψ]{⬛⬛⬛⬜⬜ PsychopsycheStrategyCorps ⬜⬜⬜⬜⬜ Eksplorasi Sirkulasi ⬜⬜ Strategi➗Psikologi➗Fenomenologi | Think-tank Ψ Strategikal PsikologiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-86970955608291310932015-03-16T23:46:00.001+07:002015-03-17T16:02:53.169+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Dinamika Bisnis Gelap Narkotika dan Senjata<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCc302MJpEtu1DMflYUT90OFthCs15juiOnXlGpg-iv-pUiPJFAO2SGqUSF4XRsZnmzvvrsLoVhyphenhyphenFehuhKKemNXkVaLx4u2esaGoOT_frllQZm2jN3xK6x1lgsgUxPVCzY9iX3wohmHkE/s1600/IMG_0027.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCc302MJpEtu1DMflYUT90OFthCs15juiOnXlGpg-iv-pUiPJFAO2SGqUSF4XRsZnmzvvrsLoVhyphenhyphenFehuhKKemNXkVaLx4u2esaGoOT_frllQZm2jN3xK6x1lgsgUxPVCzY9iX3wohmHkE/s1600/IMG_0027.JPG" height="320" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="color: magenta;"><b>Jika dicermati secara teliti, baik itu dari literasi atau pun berita media massa, maka bisa terdeteksi adanya semacam alur keterkaitan antara bisnis gelap narkotika dan senjata, yang diduga dikendalikan oleh aparatus intelijen global, dengan tujuan mencari dana tambahan bagi operasi tertutup maupun terbuka demi 'mengamankan bergulirnya globalisasi ke seluruh pelosok dunia'.<br />Ketika masih berlangsung perang dingin antara ideologi komunisme versus kapitalisme, para aparatus intelijen dunia Timur dan Barat memperoleh suplai dana yang melimpah tanpa pengawasan parlemen untuk saling bertarung, yang berujung dengan kemenangan kapitalisme Barat yang lantas berganti nama memproklamirkan diri menjadi ideologi globalisme atau lebih populer disebut globalisasi.<br />Semenjak globalisasi merebak, mendadak parlemen di banyak negara pengusung dan pengikut globalisasi mulai rewel dan risi melihat bujet aparatus intelijen global yang digelontorkan secara besar-besaran dan nyaris tanpa pengawasan. Akibatnya anggaran operasi intelijen mulai dikurangi sehingga aparatus intelijen global mulai melirik terjun mencari sumber-sumber dana ilegal dari bisnis gelap narkotika dan senjata; untuk membiayai operasi mereka di seluruh dunia tanpa perlu melapor dan tanpa pengawasan parlemen, karena anggarannya tidak diperoleh dari uang legal yang bersumber dari rakyat pembayar pajak.<br />Para pemimpin dunia bukannya tidak tahu hal ini -- terkecuali para pemimpin negeri ini yang saking polosnya rasanya kurang paham soal-soal seperti ini -- namun tak bisa berbuat banyak sehingga berlagak pilon: di atas tanah gembar-gembor memberantas bisnis haram narkotika dan senjata, namun di bawah tanah tutup mata mengamini maraknya bisnis gelap narkotika dan senjata demi perolehan tambahan anggaran guna membiayai kerja aparatus intelijennya mengamankan akselerasi globalisasi di muka bumi yang nyata-nyata butuh pasokan dana tak terbilang dibanding semasa perang dingin dulu.<br />Jika dalam uraian ini bisa terasa nilai obyektivitasnya, maka patut disimpulkan bahwa kobaran semangat pemerintah negeri ini untuk mengeksekusi tanpa henti dan tanpa pandang bulu keseluruhan terpidana mati narkotika, dengan alasan hendak meredusir persebaran narkotika dan demi menjungjung kedaulatan negara, justru terasa salah kaprah bak pungguk merindukan bulan!<br />Sebab, melihat anatomi bisnis haram narkotika dan senjata, maka membasminya pun hanya efektif jika diaktualisasi melalui rangkaian operasi kontraintelijen semesta dan kolektif yang melibatkan partisipasi semua aparatus keamanan negara berikut ragam warga masyarakat dari berbagai kelas sosial, anak-anak muda, aktivis LSM, aktivis mahasiswa, para guru dan dosen, seniman, sastrawan, pemusik, pekerja seni, awak media, pengurus osis, pemimpin informal, agamawan, kaum profesional, dan ibu-ibu rumahtangga; barulah terbuka harapan peredaran gelap narkotika dan saudara sekandungnya berupa penjualan senjata, bisa ditangkal hingga ke akar-akarnya.<br />Tanpa strategi membumi, amunisi yang diletupkan akan berbalik menjadi senjata makan tuan...<br />Salam psikologi ... </b></span></blockquote>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-52045175240106243152015-03-16T23:30:00.001+07:002015-03-17T15:39:11.888+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Menerima àtau menolak grasi manusia terpidana mati narkotika<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNBn7qgofmj1a4Iz3EkAH8h8lDiQxME16l6k3PSmTe-MlNr0qwhrAEu1njQLd9drKvgjBTnoaiHO8Kk8g1a_V3zmhiaErD5Onx4s6etlPgmcgF1gZV3BMzcbSBlzibGma_J5TZ2S9owQ4/s1600/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNBn7qgofmj1a4Iz3EkAH8h8lDiQxME16l6k3PSmTe-MlNr0qwhrAEu1njQLd9drKvgjBTnoaiHO8Kk8g1a_V3zmhiaErD5Onx4s6etlPgmcgF1gZV3BMzcbSBlzibGma_J5TZ2S9owQ4/s1600/image.jpg" height="320" width="229" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzj6EvmDvIBAbG2IcdUKA0cHtVhK0NXc5ara063XN_2UXt17zSo3SjQ4yb6EomwqrhvOfvePVXGny1l-oArYaKLewS8H2ewDdnjxQSR2E2-0vqylLni_hyphenhyphenHzSvGFtHNaYDb6UfWuTSBVc/s1600/March+3,+2015+62732+PM+GMT+0700.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzj6EvmDvIBAbG2IcdUKA0cHtVhK0NXc5ara063XN_2UXt17zSo3SjQ4yb6EomwqrhvOfvePVXGny1l-oArYaKLewS8H2ewDdnjxQSR2E2-0vqylLni_hyphenhyphenHzSvGFtHNaYDb6UfWuTSBVc/s1600/March+3,+2015+62732+PM+GMT+0700.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Manusia, meminjam alam pikir kaum eksistensialis, bisa disebut sebagai mahluk yang tanpa jeda akan terus meng-ada, bereksistensi mengukuhkan makna keberadaan (jati) dirinya melalui relasi sirkuler saat ia mengambil inisiatif individual berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosialnya dalam pola: stimulus-respon-stimulus.<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Manusia, mengacu sudut pandang psikologi fenomenologi, diurai selaku mahluk inspiratif serba istimewa dalam balutan perpaduan daging & roh: daging yang me-roh dan roh yang men-daging. Perpaduan roh-daging ini mau tak mau mengkonstruksi manusia menjadi produk yang unik, sekaligus serba rumit dan lumayan sulit untuk dipahami tatanan ragam perilakunya: mahluk ciptaan Sang Penguasa Alam yang seutuhnya terbilang paling kompleks.<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Derajat kompleksitas manusia, sampai kapan pun, diyakini oleh banyak akhli psikologi, tidak mungkin bisa disetarakan, digambarkan, atau disederhanakan dengan jejeran notasi angka-angka statistikal semata, karena berpotensi meredusir analisis diagnostikal psikodinamika sosok kepribadiannya secara utuh selaku: sebuah sistem psiko-fisik yang beraktualisasi menjalani survival kehidupannya melalui upaya penyesuaian diri secara terus menerus dengan lingkungannya. Dalam proses penyesuaian diri inilah manusia akan mengalami fase jatuh-bangun meniti gelombang arus kehidupannya dalam siklus integrasi-desintegrasi-reintegrasi.<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Menyelami pisau analisis kaum psikoanalis, terkristal pandangan, apakah kelak manusia secara individual atau komunal berkemungkinan untuk menjadi orang baik dan buruk, ramah atau judes, pemaaf atau pendendam, malaikat atau psikopat, introvert atau ekstrovert, homoseks atau heteroseks, feminin atau maskulin, agresif atau pasif, pemarah atau penyabar, pemimpin atau pengikut, supel atau kaku; bahkan terperosok menjadi pemadat, pemasok, pengedar, ataupun bandar narkotika pada akhirnya: banyak bersandar pada proses formatisasi kepribadiannya sedari usia balita yang tidak selalu bisa berlangsung secara adekuat, otonom dan terkontrol. Sehingga dikatakan manusia itu sesungguhnya mahluk yang penuh dengan misteri yang sebahagian besar pola perilakunya justru dikendalikan oleh alam bawahsadarnya.<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Dengan demikian, seiring dengan bergeloranya rencana eksekusi mati terpidana narkotika secara berjamaah, maka untuk menjawab hingar-bingarnya polemik perlu tidaknya grasi hukuman mati bagi para narapidana narkotika tersebut, tentunya bagi sang pemberi/penolak grasi terasa perlu kiranya mempertontonkan ke hadapan publik nasional maupun internasional perspektif kedalaman dan keluasan pemahaman holistiknya menyangkut "binatang apakah sesungguhnya manusia pebisnis haram narkotika, manusia terpidana mati narkotika maupun manusia korban narkotika itu".<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Jangan sampai terjadi situasi, di mana para terpidana mati narkotika yang sudah ataupun akan dieksekusi di Nusakambangan, ternyata hanyalah para "cecunguk" di seberang lautan yang tak punya makna apa-apa dalam pemberantasan peredaran narkotika, sebab aktor utamanya justru ada di pelupuk mata namun tak terlihat sang pemberi/penolak grasi.<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Kepada mereka yang lebih suka bekerja ketimbang membaca, gemar menambah koleksi burung istana namun lupa membeli buku-buku sastra, semoga bisa semakin berhati-hati, rajin berkontemplasi, demi terhindar dari predisposisi jebakan kesemerawutan perangkap eksistensi semu citra suci kedaulatan negara di balik tirai rencana gelombang rombongan eksekusi mati para terpidana narkotika.<br /> </b></span><span style="color: #674ea7; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Salam psikologi... </b></span></blockquote>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-18738618009174274372015-02-13T22:29:00.000+07:002015-02-14T00:29:03.756+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Berpikir dahulu sebelum bekerja ...<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJKZa4D69EGPhrdZpKu5wEZrlD_wNr4y8_EFpenkHjrw6mxiAgIJPZWu0lg8WK64nLXMBcvzNPJ3qmH3mq7ngcdsvuwyXSEQOC1moWMantgaf1HEJFF5V_tptv6j-2UEOKH-tmzYpHQXA/s1600/photo.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJKZa4D69EGPhrdZpKu5wEZrlD_wNr4y8_EFpenkHjrw6mxiAgIJPZWu0lg8WK64nLXMBcvzNPJ3qmH3mq7ngcdsvuwyXSEQOC1moWMantgaf1HEJFF5V_tptv6j-2UEOKH-tmzYpHQXA/s1600/photo.JPG" height="320" width="297" /></a></div>
<br />
<span style="text-align: left;">Seperti ungkapan bijak kaum fenomenolog, bahwa 'ikan melihat segala hal kecuali air', maka orang nomor satu negeri ini, di hari akhir tahun 2014 ini, boleh jadi telah melihat segala hal problematika anak bangsa kecuali problematika perubahan perilaku dirinya yang teramat drastis semenjak ia bermukim di istana.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Belum seumur jagung berkuasa, banyak orang terperangah betapa Presiden Jokowi telah banyak berubah: tak seramah dulu, tak sesabar sebagaimana yang dikenal. Ia kini selalu bergerak terburu-buru, menghindari negosiasi, semakin menutup diri, bahkan hampa kontemplasi. </span><br style="text-align: left;" /><span style="text-align: left;">Tutur katanya pun tak lagi humoris penuh vitalitas seperti dulu; yang terasa sekarang jika ia menjawab pertanyaan ataupun kritikan, adalah gumaman kata-kata bernuansa robotik, mengalir mekanistik seperti kaset yang berulang diputar yang acapkali memperlihatkan inkonsistensi ekspresi antara jalinan kata dengan raut muka.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Jika observasi ini dianggap akurat, maka patut ada pertanyaan psikologikalnya: mengapa sedemikian cepat fenomena perubahan perilaku tersebut mencuat? Jawaban sementaranya, besar kemungkinan ia mengalami sindroma kelelahan mental yang lazim bersarang di relung kejiwaan para tokoh bisnis maupun publik.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Jika coba ditelusuri kira-kira ada 4 faktor kondisional psikopolitik selaku penyebabnya -- yang menyiratkan miskinnya sumber daya perpolitikannya yang mau tak mau menjadi kendala kiprah total kepresidenannya dan sekaligus membebani kehendaknya untuk berprestasi menjulang tinggi, di mana dalam situasi demikian akan berlaku hukum kontradiksi perilaku bahwa 'semakin kencang ia hendak berlari semakin kuatlah sergapan kelelahan mental psikologik menyelubungi' -- karena:</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">1. Tak dinyana ia hanya menang tipis saat Pilpres, dan ini sangat mengejutkan sekaligus mencemaskan, sebab tadinya ada keyakinan akan mudah menang mutlak. Apalagi kemenangan yang berhasil diraih nyata-nyata berkat spontanitas dukungan kerja keras awak media dan kaum relawan yang bergiat secara sukarela dan bukan korbanan dedikasi para sekutu politik yang terkesan ongkang-ongkang kaki. (Sayangnya tak ada satu pun perwakilan kaum relawan di kabinet, seolah andil mereka hendak dinegasikan!) Pasti terbayang perlu ekstra energi untuk menjinakkan para oposan yang berkekuatan berimbang, juga tak boleh lengah sejenak karena bisa tercipta mosi tak percaya yang bakalan merepotkannya.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">2. Tidak punya bekal infrastruktur kekayaan pribadi yang luber maupun akar kesejarahan posisi dominasi keningratan politik di partai, yang bisa berfungsi selaku topangan tawar-menawar kekuasaan: dengan demikian ia bisa dengan mudah digiring secara halus ataupun terang-terangan untuk semata-mata di-boneka-kan, walaupun ia sendiri ingin mandiri namun cukup sulit aktualisasinya karena semenjak awal proses perjalanan ke tangga kepresidenannya relatif terlampau banyak bergantung budi pihak lain. Lambat laun situasi mengambang seperti ini bisa mendatangkan rasa frustratif berkepanjangan.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">3. Masih dominannya pengaruh politik figur mantan presiden (SBY) dan juga figur komandan koalisi kaum oposisi (Prabowo) yang tak lain merupakan pesaingnya saat Pilpres: baik di parlemen maupun di tengah masyarakat yang mana kedua figur ini setiap saat berpotensi melakoni peran misteri mendukung atawa mengurung jejak langkah kepresidennya lima tahun ke depan.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">4. Walaupun dukungan rakyat jelata di jalanan nampak demonstratif menyanjung dirinya, namun ia agaknya menyadari kunci inti kesuksesan citra pemerintahan serta lancarnya guliran dinamika pembangunan kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada keberpihakan dan keloyalan kaum kelas menengah khususnya di perkotaan yang celakanya ditengarai secara mayoritas lebih tertarik mengidola figur Prabowo, sang pesaingnya saat Pilpres, ketimbang dirinya. (Kekuasaan seorang presiden secara teoritikal barulah akan kokoh jika ditopang terutama oleh kelas menengah perkotaan. Gus Dur yang suka blusukan mancanegara walau populer didukung akar rumput, toh mudah ditumbangkan ketika ia ditinggalkan kalangan kelas menengah perkotaan negeri ini.)</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Alhasil Presiden Jokowi sadar sesadar-sadarnya seputar ketidakmandirian dan kekurangkokohan posisioning politiknya di kancah nasional. Ia berusaha maksimal untuk mensiasati kelemahan Itu dengan bermanuver mendirikan kantor transisi, mempercepat pengumuman Kabinet Kerja, membagi-bagikan kartu filantropi berwarna-warni bagi Wong Cilik, dan menaikkan harga BBM untuk mengumpulkan kapital bagi pembangunan infrastruktur, ditambah dengan blusukan ke sana-ke mari. Sayangnya langkah-langkahnya itu dilakukan dengan tergesa dan tanpa modifikasi apa pun. Ia hanya mengulang langkah yang terbiasa dilakukan saat memangku jabatan walikota dan gubernur padahal seting sosialnya berbeda, apalagi ia tidak punya penasihat handal yang sanggup memberikan advis cerdik-cendikia; para advisornya hanya sekumpulan anak muda rumahan yang kurang pengalaman empirik hidup keras di jalanan serta sebatas berbekal modal nekat mengandalkan persepsi teoritikal via buku-buku teks.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Nyatanya langkah presiden kita yang serba tergopoh ini tak mempesona anak bangsa, malah menuai kontroversi nonproduktif di parleman maupun di obrolan keseharian warga masyarakat. Terutama upaya kabinet kerja yang ceroboh dengan menaikan harga BBM di saat harga pasar dunia tengah turun, sangat melukai batin masyarakat!!! (Agaknya Jokowi perlu mencermati kecerobohan perilaku politik yang pernah dilakukan oleh Habibie tatkala menyelesaikan masalah Timor Leste melalui proses referendum yang serba terburu-buru, yang malah ujung-ujungnya menghasilkan kerusuhan berdarah berskala besar di sana. Sayang sekali hal itu terjadi, sebab jika sedikit bersabar, proses lepasnya Timor Leste dari Indonesia bisa berlangsung mulus, damai, dan penuh persahabatan.)</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Sebentar lagi kita akan memasuki fase 100 hari pemerintahan baru, maka sudah pasti akan banyak amunisi politik yang akan ditembakkan oleh lawan-lawan politik untuk mengkritisi sang presiden. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, sebab akibat keteledoran pemerintah yang pongah terutama saat menaikkan harga BBM, telah memudarkan harapan dan simpati anak bangsa terhadap kabinet kerja. Mereka merasa tak akan ada perubahan apa-apa di bumi Indonesia, semuanya berulang sama, semuanya stagnan, yang ada hanya sekadar berganti orang.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Orang Barat bilang, Roma tidak dibangun hanya dalam satu hari.</span><br style="text-align: left;" /><span style="text-align: left;">Jadi mengapa harus serba terburu-buru membangun Indonesia?</span><br style="text-align: left;" /><span style="text-align: left;">Mari berpikir, berpikir, dan berpikir terlebih dahulu sebelum bekerja, bekerja, dan bekerja.</span></span><br />
<div style="text-align: start;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br /></span></div>
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="text-align: left;">Selamat Tahun Baru 2015</span><br style="text-align: left;" /><span style="text-align: left;">Salam psikologi ...</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-50978175697434147972014-11-26T22:40:00.001+07:002014-11-27T01:08:40.417+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Menyimak tatkala rekrutmen posisi VIP para calon menteri Presiden Jokowi<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgm-h-qmWAaurF3oxYgBzshGrFOb6SK5t3Zd2VigZzhsHit-K-2kjssffOJQ8zzQmoCZJVKGYkApmbVa1xtpcigTBkJvHVowuHH9vUj61D-l6pXY2CF29P5s1qwaS05KeYAzufj7Qmjydw/s1600/IMG_0007.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgm-h-qmWAaurF3oxYgBzshGrFOb6SK5t3Zd2VigZzhsHit-K-2kjssffOJQ8zzQmoCZJVKGYkApmbVa1xtpcigTBkJvHVowuHH9vUj61D-l6pXY2CF29P5s1qwaS05KeYAzufj7Qmjydw/s1600/IMG_0007.JPG" height="320" width="240" /></a></div>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">(:-:) Barangkali, hari-hari ini, kaum oposisi yang kini bermukim di parlemen, tengah tertawa-tawa tergelak, terbahak, terpingkal, melihat begitu banyak kecerobohan dibuat saat dilaksanakannya proses rekrutmen para calon menteri, yang terkesan tanpa pedoman, tanpa konsep, tanpa strategi, dan tanpa didukung perspektif keilmuan: alias amburadul. Maaf!</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Bayangkan, bagaimana mungkin diterima akal sehat, tatkala muncul inisiatif istana untuk menskaning kejujuran finansial para calon menteri dengan meminta pendapat KPK, yang muncul justru sodoran laporan tertulis formal dari KPK yang meyakini sekaligus berisi labelisasi perilaku koruptif individu-individu tertentu calon menteri dalam rona warna merah (paling lama satu tahun bakal diciduk KPK) dan kuning (paling lama dua tahun bakal diciduk KPK); tanpa sedikit pun mempertimbangkan azas praduga tak bersalah yang lazim </span><span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">dikedepankan sebelum lahirnya suatu keputusan hukum yang tetap, final, dan mengikat terhadap dugaan telah melakukan kejahatan koruptif sebagaimana yang disangkakan terhadap beberapa individu calon menteri tersebut. Belum lagi laporan tertulis formal seperti itu mudah sekali bocor akibat keteledoran atau dibocorkan atas dasar kesengajaan. Kita jadi was-was dan kembali teringat ke era orde baru yang dikenang bisa dengan gampang melabelkan seseorang sebagai "merah", atau subversif, atau non-Pancasilais, tanpa melalui proses peradilan. </span></div>
<div>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Maaf!</span></div>
<div>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Dalam proses rekrutmen di level posisi VIP, di belahan dunia mana pun lazimnya dilakukan secara senyap, bersih dari berkas, di mana evaluasi akan integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas, dijaring melalui pembicaraan antarpribadi antara pihak yang membutuhkan informasi dengan pihak yang dianggap kredibel memasok informasi yang dibutuhkan tersebut. Wajar jika istana membutuhkan informasi dari KPK dan wajar jika lantas KPK memasok informasi untuk istana, tetapi tidak dengan cara surat menyurat formal yang rawan sadap dan bocor, apalagi menabrak rambu rasa keadilan azas praduga tak bersalah, karena informasi yang diminta belum sah secara hukum, namun punya nilai strategis bagi istana. Akan terasa elegan jika proses penyampaian informasi cukup dilakukan lewat obrolan antarpribadi antara pihak istana dan KPK, mungkin sambil minum kopi di pagi hari. Maaf! </span><span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"> </span></div>
<div>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Amburadul dan hingar-bingarnya manajerial kantor transisi selaku tempat bercokolnya para pemikir istana yang nampaknya telah terperosok berkutat ke ranah administratif ketimbang strategik di bulan-bulan lalu, ditambah lagi berlanjut dengan kegaduhan nonproduktif dalam proses seleksi calon menteri selama seminggu ini, semoga tidak berdampak negatif, yakni menghadirkan keragu-raguan akan keterampilan manajerial maupun strategikal pihak istana itu sendiri. </span><br />
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"> Sekali lagi, maaf!</span></div>
<div>
<span style="color: #b45f06; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Salam psikologi...</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-26385717553347182812014-10-03T00:38:00.000+07:002014-10-03T00:38:02.558+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Tritunggal presidensial Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFQcKRZzWGRvyWFiwEmdP8O8No3W1KVInmY8syQfddrsTvOiyOh8c65NxhgAemM45i51zjWnfJRGEkzdJht4tEhV267FUopAs4MLCpJXTl6KLVDFQpbCKlL3EmCkfAQHchCQAFNAjdiQU/s1600/photo.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFQcKRZzWGRvyWFiwEmdP8O8No3W1KVInmY8syQfddrsTvOiyOh8c65NxhgAemM45i51zjWnfJRGEkzdJht4tEhV267FUopAs4MLCpJXTl6KLVDFQpbCKlL3EmCkfAQHchCQAFNAjdiQU/s1600/photo.JPG" height="320" width="267" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: blue; font-size: large;"><span style="text-align: left;">(:-:) Sudah semakin nyata, Indonesia, dalam kurun waktu lima tahun mendatang, secara eksistensial akan dipimpin oleh 3 orang figur presiden, berpola tritunggal presidensial di mana: figurJokowi akan berkiprah selaku presiden formal di ranah pemerintahan, figur SBY akan terus berproses menjadi presiden informal penyeimbang dinamika perpolitikan, dan figur Prabowo yang nampaknya akan semakin lancar bergulir menata orkestrasi selaku presiden oposisional parlemen. </span><br style="text-align: left;" /><span style="text-align: left;">Masing-masing </span><span class="text_exposed_show" style="display: inline; text-align: left;">"presiden" ini saling memiliki "kelebihan" atau pun "kekurangan". Jokowi punya jangkauan infrastruktur, aparat, juga dana birokrasi yang gampang dimobilisasi, SBY punya banyak kawan serta paling paham sistem dan tarik-ulur geliat perpolitikan nusantara, sedangkan Prabowo punya potensi menstrukturi esensi maupun corak perundang-undangan yang hendak dilahirkan, dibekukan, diganti ataupun diperbaharui.<br />Kalau sejenak menengok ke belakang, model tritunggal presidensial pernah juga terjalin semasa rezim ode baru berkuasa, di mana Soeharto walau oleh rakyat kebanyakan dimitoskan sebagai penguasa tunggal, namun dalam persepsi kalangan elit ia terlihat berbagi kue kekuasaan dengan 2 figur lain: Widjojo Nitisastro selaku presiden teknokrat yang memegang kartu kepercayaan dunia Barat, dan Soedono Salim selaku presiden pebisnis yang memegang kepercayaan para pemilik modal dalam dan luar negeri, sedangkan Soeharto sendiri dipercaya sepenuhnya oleh TNI (ABRI). Mungkin Soeharto cerdas belajar dari kegagalan manajerial negeri seluas Indonesia oleh dwitunggal Soekarno-Hatta sehingga ia rela berbagi kekuasaan secara informal-eksistensial melalui langkah strategis merajut praksis tritunggal presidensial Soeharto-Widjojo-Soedono. Sayangnya kekompakan kerja sama tritunggal presidensial yang terbina membangun bangsa semasa orba, lambat laun di belakang hari tak lagi serasi dan mulai berjalan timpang kemudian retak tanpa ikatan, akibat ada kehendak Soeharto agak setengah memaksa untuk memasukkan Habibie pendatang baru dari Jerman yang ahistoris menjadi bagian tritunggal figur presidensial saat itu; yang nampaknya tidak diamini oleh dua figur lainnya. Akibatnya, harga yang harus dibayar menjadi teramat mahal, karena tanpa nyana saat krisis moneter menerjang negeri ini, Soeharto praktis harus menghadapinya sendirian, maka ia pun tumbang.<br />Hari ini kita belum bisa cepat tau, apakah tritunggal presidensial Jokowi-SBY-Prabowo, yang kebetulan terbentuk alami tanpa upaya rekayasa apa pun usai pilpres yang berlangsung meriah, akan menghadirkan berkah atau sumpah serapah, karena makna gestaltnya bergantung sepenuhnya pada keluwesan, kematangan, kedewasaan, dan kecerdasan intelektual maupun emosional di antara masing-masing figur terkait.<br />Walaupun orang Perancis bilang, sejarah senantiasa terulang!<br />Salam psikologi...</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-78767661319051878752014-09-24T01:18:00.000+07:002014-09-24T02:49:58.169+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Ahok...<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRVLWibon3p_PEr1iKqLCyuyzwXb7iOpJK9kDYKDBh1STek_0NZWn95M4FMPM1ccWqerfrXp5J_FRFHzXR5RiFNgDOGbc9J49KNWBGggJD03ZOwGsKJVx9Rx-7myEJULjU9GkMw6dpnH0/s1600/PaperArtist_2014-09-20_20-42-10.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRVLWibon3p_PEr1iKqLCyuyzwXb7iOpJK9kDYKDBh1STek_0NZWn95M4FMPM1ccWqerfrXp5J_FRFHzXR5RiFNgDOGbc9J49KNWBGggJD03ZOwGsKJVx9Rx-7myEJULjU9GkMw6dpnH0/s1600/PaperArtist_2014-09-20_20-42-10.jpeg" height="200" width="150" /></a></div>
<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="color: magenta; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Ahok yang tak lama lagi akan menjadi orang nomor satu di Batavia memang tergolong pria yang berkecerdasan tinggi. Sebagai individu yang super cerdas tak heran jika ia sering terkesan mudah frustrasi yang diekspresikannya dengan modus katarsis instan memarahi aparatus birokrasinya yang bertingkah laku keliru, yang boleh jadi tidak memiliki potensi kecerdasan seperti dirinya alias hanya seorang atau sekumpulan aparat serba medioker saja.</span><span style="color: magenta; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Di dunia yang fana ini, entah mengapa, Tuhan tidak banyak menciptakan individu super cerdas (baca: genius). Mereka ini punya pola perilaku khusus, seperti mampu berfikir dan bertindak cepat mendahului ritme kelaziman lingkungannya bahkan zamannya, tidak suka mutar bertele-tele, mudah gonta-ganti pekerjaan, kawan-kawan, bahkan pasangan, cepat merasa bosan, malas berkompromi, tidak terlampau peduli dengan dukungan emosional ataupun finansial dari sekitar alias cenderung hidup dalam alam soliter, perfeksionis, dan hanya mau berkarya di bidang yang diminati.</span><span style="color: magenta; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Orang seperti Ahok cukup banyak yang sukses namun lebih banyak lagi yang hidupnya berantakan akibat tergelincir dalam mekanisme perilaku proyeksi: menganggap orang lain sama seperti dirinya. Lupa menyadari dan kurang memahami bahwa orang genial itu bisa dihitung dengan jari.</span><span style="color: magenta; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Dalam persepsi wanita, pria super cerdas lazim terlihat seksi, apalagi jika dibarengi tubuh atletis dan wajah enak dipandang seperti Ahok ini, maka tak heran jika seandainya: secara kolektif kaum hawa cepat punya perhatian istimewa dan bersimpati terhadap dirinya sedangkan sebaliknya kaum lelaki mudah terobsesi rasa iri hati dan rendah diri untuk sigap berkolaborasi mengoposisinya.</span><span style="color: magenta; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Salam psikologi...</span></blockquote>
<br />
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-72053142504357666902014-09-07T20:28:00.000+07:002014-09-08T21:43:07.887+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Observasi perilaku narasi Jokowi kini<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx60M-9vV0pkUfG7MP-cfRmy-2Ke7x1V0pm-AJ9FZ_1HW4mQLZRrT8OfvtRLdBwIXwsBmjr3lTOsU2hKH4tNHv39AwKcbT6C0irHTA8gGMnW-yK1eMsU7q4x_iDgXWfajElWUEQybUf6g/s1600/20140903_214238.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx60M-9vV0pkUfG7MP-cfRmy-2Ke7x1V0pm-AJ9FZ_1HW4mQLZRrT8OfvtRLdBwIXwsBmjr3lTOsU2hKH4tNHv39AwKcbT6C0irHTA8gGMnW-yK1eMsU7q4x_iDgXWfajElWUEQybUf6g/s1600/20140903_214238.jpg" height="320" width="246" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875); -webkit-text-size-adjust: auto; color: #141823; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Krisis apa pun bentuknya -- semisal krisis sosial, finansial, politik, lingkungan, energi -- lazimnya muncul bukan karena proses alami, tetapi akibat direkayasa secara sengaja dengan cara menciptakan semacam suatu situasi ketidakseimbangan;<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"> bisa melalui pendekatan operasional lapangan atau otak-atik sistemik, juga penggabungan keduanya.<br />Penciptaan krisis bisa bertujuan terbatas semacam "testing the water" atau lebih luas lagi untuk upaya reduksi eksistensial seperti penggembosan, penggulingan, dan pengambilalihan secara "paksa".<br />Krisis bisa digulirkan oleh aparatus birokrasi sipil maupun militer, organisasi politik, kelompok bisnis, bahkan LSM.<br />Yang menarik justru krisis lebih berpeluang "hadir" di momentum transisional, karena di saat fase transisi ada semacam "ruang kosong" yang menggoda untuk "di isi" atau lebih tepatnya "di duduki".<br />Jadi tidak terlampau mengherankan jika di era transisi pergantian pemerintahan dari regionisasi SBY ke Jokowi, mendadak terpampang krisis antrian BBM.<br />Yang mengherankan dan mengkhawatirkan adalah respon Jokowi atas krisis pasokan BBM tersebut yang cenderung memperlihatkan narasi soliter, melankolik, impulsif, dan semi inferior. Ke manakah orang-orang pintar yang ada di belakang dirinya di kantor transisi yang telah dibentuknya itu selaku dapur pemikiran? Yang semestinya tidak membiarkan sang presiden terpilih ini seolah kini berjalan sedemikian "telanjang" tanpa "misteri" perisai pemikiran yang kokoh menopang dalam merespon isu-isu "empiris-liar" yang berseliweran di ruang-ruang kosong hingga saat pelantikan presidensial Oktober 2014 mendatang?</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875); -webkit-text-size-adjust: auto; color: #141823; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span class="text_exposed_show" style="display: inline;">Salam psikologi...</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875); -webkit-text-size-adjust: auto; color: #141823; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><br /></span></span>
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875); -webkit-text-size-adjust: auto; color: #141823; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><br /></span></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #141823; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969); -webkit-text-size-adjust: auto; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #141823; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969); -webkit-text-size-adjust: auto; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-59261863342091320002014-08-22T20:40:00.002+07:002014-08-22T20:50:57.915+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Kembali menuju pemolaan sistem segitiga politik Nusantara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK6BwdYccHULgu1RFlzYTXgbfeR81JdsHqiURE45248S4-E5WKQbDQHOZwSpgo56VjodVomIn1b7-Eg72WdzDLe095z35-U-xTdGh31PUFN2t9qZj2tiavPxTAZG5e49PkvxbSYzl9c3Y/s1600/mik.mantel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK6BwdYccHULgu1RFlzYTXgbfeR81JdsHqiURE45248S4-E5WKQbDQHOZwSpgo56VjodVomIn1b7-Eg72WdzDLe095z35-U-xTdGh31PUFN2t9qZj2tiavPxTAZG5e49PkvxbSYzl9c3Y/s1600/mik.mantel.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #38761d;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: large;"><span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"K"}" id="fbPhotoSnowliftCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">Proses
dan pernak-pernik aktivitas yang terjalin dalam peradilan Mahkamah
Konstitusi yang baru saja usai digelar, diprediksi semakin lekat
mengukir tercetaknya sistem segitiga politik berbasis region figurisasi
Jokowi - SBY - Prabowo di ranah Nusantara ini.<br /> Di era orde lama
pernah coba dirancang sistem segitiga politik berbasis campuran aliran
ideologi dan keagamaan yang melibatkan golongan <span class="text_exposed_show">Nasionalis - Agamis - Komunis. Sistem Nasakom ini gagal total karena Bung Karno terlampau dominan.<br />
Di era orde baru sistem segitiga politik coba disempurnakan dan kembali
diaplikasikan namun dengan mengandalkan orientasi yang lebih berbasis
pada faham acuan pembangunan stabilitas ekonomi di bawah bendera
kepartaian PPP - Golkar - PDI. Sistem ini bisa dibilang sukses menuai
lompatan kemajuan kemakmuran anak bangsa, namun belakangan rontok juga
akibat Pak Harto terlampau dominan.<br /> Dalam perspektif psikologi
sosial, sistem segitiga sosial (politik, kemasyarakatan,
keorganisasian), diyakini sebagai sistem rekayasa makro-sosietal yang
tergolong paling tangguh dan dinamis untuk manuver apa pun, baik
bertahan, pengembangan, ataupun menyerang (ekspansi, infiltrasi,
agresi); asalkan asumsinya terpenuhi, yakni: tidak ada figur yang
dominan!<br /> Salam psikologi...</span></span></span></span></span></span><br />
<br />
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-39824849775160903332014-08-22T19:45:00.001+07:002014-08-22T20:27:56.928+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Tafsir atas perudalan pesawat sipil MH17 di Ukraina<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxZwX5jDgBLwGN7yPIkHXertVz1anlWVIrqwrus6giDgTl0Su14Bp6muTF4ewAfQnDJYtU9nAYkr6BUZUndVSiMJhOyDtOW7tAiaOGi4lFRpF8gicdCR-qY65mUek6IJl4pQMhueqB4Ag/s1600/mik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxZwX5jDgBLwGN7yPIkHXertVz1anlWVIrqwrus6giDgTl0Su14Bp6muTF4ewAfQnDJYtU9nAYkr6BUZUndVSiMJhOyDtOW7tAiaOGi4lFRpF8gicdCR-qY65mUek6IJl4pQMhueqB4Ag/s1600/mik.jpg" height="200" width="132" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: #741b47;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span class="userContent" style="font-size: large;">Tafsir atas : perilaku penembakan rudal ke
pesawat sipil Malaysia yang berisi ratusan penumpang di atas langit
wilayah konflik Ukraina oleh sekelompok gerilyawan separatis (pro Rusia)tidak bisa
gegabah begitu saja dikatakan sebagai "salah temba<span class="text_exposed_show">k".<br />
Dalam imaji asumsi psikologi : pe-Makna-an atas perilaku individu dan
atau kelompok patut dikaitkan dengan seting sosial yang secara
kontekstual melingkupinya.<br /> Nyatanya di wilayah udara saat penembakan
terjadi, pada hakekatnya tengah terjadi perebutan pengaruh geo politik
antara AS (+Uni Eropa) vs Rusia yang bisa dipersonifikasikan menjadi
simbolisasi duel "to be or not to be" antarkarakter "koboi" Obama vs
"beruang" Putin. <br /> Maka sang koboi pun mulai melakukan blokade
ekonomi atas Rusia agar sang beruang mati lemas sehingga mundur segera
dari keterlibatannya di Ukraina. Namun Putin selaku politisi senior
paling lama berkuasa di dunia saat ini, yang konon lebih kokoh posisinya
ketimbang para Tsar era kekaisaran Rusia, agaknya bukanlah "beruang
boneka" apalagi "boneka beruang". Ia adalah beruang Rusia yang
sesungguhnya, mantan intel yang terbiasa bekerja dalam sepi, berani
ambil resiko berbahaya, punya nyali dan kecerdasan tinggi, terampil bela
diri, dan tak pernah ragu untuk menyergap di jalan terang ataupun
dikegelapan.<br /> Dengan demikian perilaku merudal manusia mancanegara
tak berdosa yang mayoritasnya warga Eropa yang tengah menumpang pesawat
buatan Amerika di atas wilayah sengketa Ukraina itu bisa menjadi
pertanda : Kremlin tengah mengasah kapak peperangan dalam skala yang
lebih mengerikan lagi. Sayangnya hanya kanselir Jerman, Angela Merkel,
yang bisa menangkap isyarat Kremlin ini, mungkin karena sang kanselir
adalah wanita yang secara instingtif bisa merasa bahwa kapasitas daya
kelahi Putin jauh di atas Obama?<br /> Turut duka cita dari lubuk hati
terdalam atas jatuhnya korban tak berdosa, semoga mereka memperoleh
tempat Istimewa di sisi NYA. Amin...<br /> Salam psikologi...</span></span></span></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-60072600655487082362014-08-22T18:13:00.000+07:002014-08-22T18:13:04.127+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Makna menarik diri dari rekapitulasi suara Pilpres 2014<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmeiy-ebwJSuWcoa2eqvUDnLCoOvlEB1JM6_KtWJgoQly8LDe8KrhEyL0Uo41CoI-m8Ke9sUcjmu88AzhOilfmzzfaVOgkCeR7CxAOc9sqdbQM_ukSwGy7q3Ldtx5t54My5_3Qnww4aZo/s1600/mik.topi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmeiy-ebwJSuWcoa2eqvUDnLCoOvlEB1JM6_KtWJgoQly8LDe8KrhEyL0Uo41CoI-m8Ke9sUcjmu88AzhOilfmzzfaVOgkCeR7CxAOc9sqdbQM_ukSwGy7q3Ldtx5t54My5_3Qnww4aZo/s1600/mik.topi.jpg" height="200" width="183" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"K"}" id="fbPhotoSnowliftCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #3d85c6;"><span style="font-size: large;"><span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"K"}" id="fbPhotoSnowliftCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">Jika
direkonstruksi dalam abstraksi sosial, maka manuver dadakan menarik
diri dari proses finalisasi rekapitulasi suara, bisa kiranya dimaknai
sang aktor pelaku tengah mengaplikasi pendekatan teori konflik, yang
dalam perspektif psikososial bisa berdampak menstimulan pergeseran
posisi maupun peran individu dan atau kelompok yang terlibat dalam
pilpres menjadi berbeda dari apa yang tengah ter<span class="text_exposed_show">pampang sekarang.<br />
Memang penerapan teori konflik di dunia politik cukup banyak mendulang
sukses untuk meraih kemenangan sehingga amat diminati para politisi
belahan Timur & Barat; dengan catatan terpenuhinya asumsi bagi
operasionalisasinya yakni: secara empirikal terdapat tidak lebih dari 2
poros (region) saja yang tengah berhadapan diametral.<br /> Namun uniknya,
usai pilpres tanpa terduga, secara alami terbentuklah 3 poros (region)
politik bercorak segitiga sistemik: Prabowo-SBY-Jokowi di kancah
politik anak bangsa.<br /> Dalam seting sosial dan warna zaman seperti
ini, maka aplikasi teori konflik diprediksi hanya akan mengintervensi
ruang kosong berdampak hampa respon dan justru berpotensi mengkonstruksi
energi balik menjadi bumerang pribadi ataupun kolektif yang bisa
melumpuhkan aktor maupun poros (region) pemrakarsanya sendiri!<br /> Salam psikologi...</span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-43493603665316253252014-07-20T15:20:00.000+07:002014-07-20T15:20:58.428+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Kebahagiaan bersama lebih diutamakan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHb1uXWGXRRNKys3Eq18CvyzNNsUoE_CeHQMo2VkGbSIb1Vr9H-SUxo8_J-djyxQvN-yvAGnqFX0Mk9fPjj3_IMHEMQMNuQnJIre3uIS3Z6Djmvb4q5curz-AbZTTuu_jn8TOUU34ipTY/s1600/mik+rumah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHb1uXWGXRRNKys3Eq18CvyzNNsUoE_CeHQMo2VkGbSIb1Vr9H-SUxo8_J-djyxQvN-yvAGnqFX0Mk9fPjj3_IMHEMQMNuQnJIre3uIS3Z6Djmvb4q5curz-AbZTTuu_jn8TOUU34ipTY/s1600/mik+rumah.jpg" height="149" width="200" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<h2 class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span>22 Juli nanti akankah ada kebahagiaan? </span></h2>
<h2 class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span>Teringat ALBERT CAMUS,
dalam SAMPAR: ... "tetapi kita bisa merasa malu karena bahagia
sendirian, di saat orang-orang lain tidak turut merasakannya!" (Yayasan
Obor Indonesia, 2006, alih bahasa NH. Dini) </span></h2>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<h2 class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span> Semoga sang pemenang tetap rendah hati agar semua orang merengkuh kebahagiaan bersama. </span></h2>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<h2 class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span> Salam psikologi...</span></h2>
</blockquote>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-75972016593438880722014-07-20T14:56:00.000+07:002014-07-20T14:56:53.851+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Dinamika psikososial usai pilpres 2014<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl8pmbb2BLr2GDVTDH5OqnOsdVUJ90AjtPefh9mVWaFJ44DLtsaf2B-_YvMFzzNkIE6xBMtYHIcJCuqyk3rxn41_ZQbqdoVtxcx5V05Vczs9catkYTlpzzd6CvcnzDTeCDm_hfZAPMGZI/s1600/mik+dukomsel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl8pmbb2BLr2GDVTDH5OqnOsdVUJ90AjtPefh9mVWaFJ44DLtsaf2B-_YvMFzzNkIE6xBMtYHIcJCuqyk3rxn41_ZQbqdoVtxcx5V05Vczs9catkYTlpzzd6CvcnzDTeCDm_hfZAPMGZI/s1600/mik+dukomsel.jpg" height="200" width="150" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<h2 style="text-align: center;">
<span class="fbPhotosPhotoCaption" id="fbPhotoSnowliftCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">Pilpres
2014 melahirkan 3 region politik berimbang antara Vektor 1 (Prabowo)
dan Vektor 2 (Jokowi) dengan Resultante (SBY) selaku penyeimbang.</span></span></h2>
</blockquote>
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-81847484377598423562014-04-11T15:51:00.000+07:002014-04-11T15:58:44.651+07:00q u o t a t i o n | Perbuatan jelek di dunia... ~ ALBERT CAMUS <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0cPlt2VxnNB9B1689O1OT0UmQHt95NkCvgGP4y6aZFk6KySZ9KceaAmnOXK2bH63rXWqxando2aBQZ8FccqNIfWlknkKMUm4U2FJsZMDQs6phKTzlP7VvcxpDV6x3qv0ek-gxGsv-y9M/s1600/19477_1600x1200-wallpaper-cb1276018489.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0cPlt2VxnNB9B1689O1OT0UmQHt95NkCvgGP4y6aZFk6KySZ9KceaAmnOXK2bH63rXWqxando2aBQZ8FccqNIfWlknkKMUm4U2FJsZMDQs6phKTzlP7VvcxpDV6x3qv0ek-gxGsv-y9M/s1600/19477_1600x1200-wallpaper-cb1276018489.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span class="userContent"><span style="color: orange;">Perbuatan jelek di dunia hampir selalu
disebabkan oleh ketidak-tahuan, karena kebodohan. Sedangkan kemauan baik
yang tidak disertai pengetahuan bisa membuat kerusakan, sama parahnya
dengan kelakuan jahat. Pada manusia, biasanya lebih</span><span class="text_exposed_show"><span style="color: orange;">
banyak kebaikan daripada kejahatan. Dan sebenarnya bukan itu
masalahnya. Mereka hanya kira-kira saja mengetahui. Itulah yang disebut
sifat baik atau sifat jahat. Sedangkan sifat jahat yang paling
menyedihkan ialah kebodohan yang mengira mengetahui segalanya, merasa
diperbolehkan untuk membunuh. Jiwa seorang pembunuh itu buta. Tidak ada
kebaikan maupun cinta yang sesungguhnya yang tidak disertai kecerdasan
setinggi-tingginya.</span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span style="font-size: large;"></span><br /> -o0o-</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: medium;">Reference :</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span style="color: lime;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: medium;"> </span></span></span> <b><span style="color: #674ea7; font-size: small;">Albert Camus; 'SAMPAR', alih bahasa NH. Dini, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, April 2006.</span></b></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Photo :</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: red;"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show">NATIONAL GEOGRAPHIC</span></span></span><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-47701987344759837582014-01-26T18:16:00.001+07:002014-01-27T10:20:55.950+07:00q u o t a t i o n | 15 “Mood Changing” Quotes ~ Marla Gottschalk<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi20Wh-5TkOLgbEeaqlSxHS1zHQMxfr6xm3RbqcwU7PZAJoDHdpqAVxh8s8D6etqQS-h-qoa9Y7DKWHqZPnVTljuOrbL5GplUbuR5sHn8ydNkbLMTaJu71M8vTs4Nl96SbHRoJlIJ_hSk/s1600/A+Shepherd%27s+Flock.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi20Wh-5TkOLgbEeaqlSxHS1zHQMxfr6xm3RbqcwU7PZAJoDHdpqAVxh8s8D6etqQS-h-qoa9Y7DKWHqZPnVTljuOrbL5GplUbuR5sHn8ydNkbLMTaJu71M8vTs4Nl96SbHRoJlIJ_hSk/s1600/A+Shepherd's+Flock.jpg" height="298" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
<h2 style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #134f5c;">Here are some of my favorite “mood changing” quotes. I hope they
offer you what you might need to impact your day for the better.</span></span></span></h2>
<h2>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="color: #134f5c;">
</span></span></span> </h2>
<h2>
</h2>
<ol>
<li><h2>
</h2>
<div id="r1PostCPBlock" style="text-align: right;">
<h2>
<span style="color: #990000;">Choose a job you love and you’ll never have to work a day in your life. – Confucius</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</div>
<span style="color: #990000;">
</span><h2 style="text-align: right;">
</h2>
<span style="color: #990000;">
</span></li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">It’s not the load that breaks you down, it’s the way you carry it. – Lou Holtz</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">Do your work with your whole heart and you will succeed – there is so little competition. – Elbert Hubbard</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">All things are difficult before they are easy. – Thomas Fuller</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">The harder I work, the luckier I get – Samuel Goldwyn</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">Opportunities are usually disguised as hard work, so most people don’t recognize them. – Ann Landers</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">The secret of getting ahead, is getting started. – Mark Twain</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">It is not in the stars to hold our destiny, but in ourselves. – William Shakespeare</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">When we no longer can change a situation, we are challenged to change ourselves. – Viktor E. Frankl</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">There are two kinds of people, those who do the work and those who
take the credit. Try to be in the first group; there is less competition
there. – Indira Gandhi</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">Study the past, if you would divine the future. – Confucius</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">A career is wonderful, but you can’t curl up with it on a cold night. – Marilyn Monroe</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">Food, love, career and mothers, the four major guilt groups. – Cathy Guisewite</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li style="text-align: right;"><h2>
<span style="color: #990000;">Believe you can and you are halfway there. – Theodore Roosevelt</span></h2>
<h2>
<span style="color: #990000;">
</span></h2>
</li>
<span style="color: #990000;">
</span>
<li><h2 style="text-align: right;">
<span style="color: #990000;">Change your thoughts and you change your world. – Norman Vincent Peale </span></h2>
<span style="color: #990000;">
</span><h2 style="text-align: right;">
<span style="color: #990000;">
</span><span style="color: #351c75;"> </span></h2>
</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Reference:</span></span></span></div>
<br />
<header class="entry-header"><span style="color: lime;"></span><span style="color: lime;"><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: large;">Dr. Marla Gottschalk;<i> </i>'15 Quotes to Get Your Head in the Right Place at Work' @ Blog | The Office Blend, 2014.</span></span></span>
<span style="color: lime;">
</span><h1 class="entry-title" style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;">
</span><span style="font-size: large;"><span style="font-weight: normal;"><i><span style="color: lime;">Dr. Marla Gottschalk is an Industrial/Organizational Psychologist and coach. Read more of her posts at</span> <a href="http://www.linkedin.com/influencer/128811924">LinkedIn. </a></i></span></span></h1>
<h1 class="entry-title" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-weight: normal;"><i><br /></i></span></span></h1>
<h1 class="entry-title" style="text-align: center;">
<span style="color: magenta;"><span style="font-size: large;"><span style="font-weight: normal;">PHOTO<i> ~ </i>A Shepherd's Flock ~ Juan Aguilar ~ National Geographic</span></span></span></h1>
<h1 class="entry-title" style="text-align: center;">
<span style="color: magenta;"><span style="font-size: large;"><span style="font-weight: normal;"> </span></span></span> </h1>
<span style="color: magenta;"></span><h4 class="entry-title" style="text-align: center;">
<span style="color: magenta;">
</span></h4>
<h4 class="entry-title" style="text-align: center;">
<span style="color: magenta;">
</span></h4>
<h1 class="entry-title">
<i> </i></h1>
</header>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-84612238732747412362014-01-08T17:10:00.002+07:002014-01-08T22:24:03.103+07:00p e r i s c o p e | Jokowi-Ahok vs Perilaku Oktopusi Birokrasi<div dir="ltr" id="docs-internal-guid-2dbca7f1-7018-e9d7-6957-8bfeb09cc211" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3 style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyhx1eu1bDsLZ9ENj4Xe22lw-AI2w3FipBc8EXZmg_Dxl4OE40DuIXZxiVisYC_C01jm8wQyXgCEvl1RvH-UL6BE6ecpeSYdEY785KkUjC-3DFqBW-9KQE-qGRODL2ODc4eTIdgiRyqrM/s1600/32517_1600x1200-wallpaper-cb1305753863.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyhx1eu1bDsLZ9ENj4Xe22lw-AI2w3FipBc8EXZmg_Dxl4OE40DuIXZxiVisYC_C01jm8wQyXgCEvl1RvH-UL6BE6ecpeSYdEY785KkUjC-3DFqBW-9KQE-qGRODL2ODc4eTIdgiRyqrM/s1600/32517_1600x1200-wallpaper-cb1305753863.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
</span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> </span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">O</span><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">ktopus adalah mahluk bertubuh lunak yang hidup di laut dengan ciri khasnya “bertangan banyak” (</span><span style="background-color: transparent; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">sea creature with a soft body and eight tentacles </span><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">~ Collins Dictionary). Adalah MAW Brouwer (1982), seorang ahli psikologi klinis merangkap kolumnis, yang pertama kali melontarkan istilah perilaku oktopusi ketika mencontohkan kasus wanita-wanita (istri, kekasih) yang punya kemampuan luar biasa dalam mengendalikan tindak-tanduk kaum pria (entah itu suaminya, atau kekasihnya), walau pria-pria yang “terjajah” secara mentalitas ini adalah seseorang yang telah mengenyam pendidikan tinggi, memiliki posisi penting entah di pemerintahan, di kemiliteran, atau pebisnis yang sukses, ada kalanya cukup bergelimang harta, atau bahkan berpenampilan lebih keren ketimbang sang wanita yang relatif berpendidikan biasa-biasa saja, berpenampilan sedang, berasal dari keluarga sederhana. Agaknya Brouwer mau menggambarkan realitas yang kerap dijumpainya, bahwa dari balik tirai postur fisik individu yang nampak lunak atau lemah gemulai, bisa lahir suatu kelebihan untuk survival yang tidak terduga, suatu kemampuan bermanuver ekstra luar biasa untuk mengendalikan perilaku seseorang ataupun sekelompok orang yang ada di sekelilingnya. Seperti oktopus yang memang bertubuh lunak, namun memliki “tangan banyak” yang senantiasa bergerak untuk menjaga kontinuitas kehidupannya.</span></span></span></span></h3>
</div>
<div dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Oktopusi birokrasi</span></span></span></span></h3>
</div>
<div dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Demikian pula halnya dengan pola perilaku birokrasi kita. Dihadapan para petinggi pemerintahan, komunitas birokrasi negeri ini selalu menampakkan postur diri yang serba lemah, tunduk, patuh, taat, siap menjalankan perintah kapan saja tanpa membantah. Tetapi ketika para bos pemerintahan sudah berlalu maka episode cerita aktualisasinya di lapangan bisa berbeda. Fenomena yang ada justru menggambarkan begitu banyak instruksi pimpinan mereka dari eselon atas tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Coba tengok saat rapat, mereka nampak cermat menyimak apa perintah pimpinan rapat selaku atasannya seakan-akan segera siap untuk dilaksanakan secara cepat, tetapi jangan salah duga, usai rapat korps birokrasi ini akan segera lupa dengan apa yang barusan didengarnya, lantas kembali sibuk dengan segudang kesibukan urusan masing-masing yang sudah diagendakannya sendiri. Segala sesuatunya kembali melambat seperti sediakala. </span></span></span></span></h3>
</div>
<div dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Masyarakat sesungguhnya sudah tahu, bahwa potret perilaku birokrasi negeri ini tidaklah terlampau menggembirakan. Mereka terbiasa bekerja tanpa asa, terkesan lemah tak bertenaga, tetapi dalam realitas empirisnya, justru memproyeksikan hal sebaliknya: sedemikian alot untuk berubah atau dirubah. Sedemikian dahsyat kekuatannya, melilit siapa saja yang berhubungan atau tengah ada keperluan mengurus ini dan itu, termasuk membelit sang pimpinan agar menjadi mandul, tak berkutik, terdikte, hingga akhirnya bergantung dan bergerak sesuai dengan irama kinerja birokratik yang dikehendaki mereka: tereduksi menjadi pemimpin formal birokrasi di eselon atas yang “terjajah” tanpa berkesanggupan mengendalikan dinamika aktivitas kinerja anak buahnya yang berada dalam posisi lebih bawah, lebih lemah. Wajar jika kita menyebutkannya sebagai perilaku oktopusi birokrasi. </span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Observasi partisipan penulis semenjak era reformasi menggumpalkan kesimpulan pribadi betapa bandel dan sulitnya merubah pola perilaku oktopusi birokrasi di ranah Ibu Pertiwi, di mana korps birokrasi tanpa suara, tanpa aba-aba, tanpa komando, bisa bergerak dalam langgam yang sama; serentak, setiap hari, dengan “seribu tangan” masif mengendalikan denyut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sembari tanpa kenal lelah mematisurikan segenap motivasi para pemimpin yang tengah berupaya melakukan segudang perubahan sampai akhirnya </span><span style="background-color: transparent; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">keok</span><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> kehilangan asa dan stamina berprestasinya. Untuk menutupi kegagalan diri dalam merombak kinerja birokrasi ini, maka kini sering dijumpai para pemimpin yang rajin berkatarsis tampil narsis di muka publik via media massa: berkompensasi dengan beriklan membesarkan postur diri - melampiaskan citra eksistensial abal-abal - bahwa dirinyalah sang pemimpin (atawa penghayal) sejati selaku “sang pengendali”. </span></span></span></span></h3>
</div>
<div dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Angin segar</span></span></span></span></h3>
</div>
<div dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Di tengah kegalauan publik menyaksikan potret perilaku oktopusi birokrasi, tanpa terduga muncul angin segar dari segelintir pemimpin muda yang berani tampil beda dan punya nyali untuk merombak kinerja birokrasi yang ada di wilayah tanggung jawabnya, antara lain sebut saja duet Gubernur Jakarta dan wakilnya yang akrab dipanggil Jokowi-Ahok . Tentunya di benak keduanya sudah ada</span><span style="background-color: transparent; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> insight</span><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">, bahwa persoalan yang paling penting dan mendasar adalah perihal kinerja birokrasi yang kini tengah dipimpinnya, terutama menyangkut aspek kedisiplinan dan etos kerja. Tanpa melalui peningkatan disiplin dan etos kerja birokrasi, sulit rasanya menggelindingkan perubahan dan kemajuan yang signifikan, menularkan virus motivasi berprestasi setinggi mungkin, baik di lingkaran birokrasi itu sendiri maupun masyarakat luas. </span></span></span></span></h3>
</div>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"> <span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> </span></span></span></span></h3>
<div dir="ltr" id="docs-internal-guid--30d2393-702e-3c27-60c5-459948f1b32f" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Jokowi memulainya dengan membagi kerja antara dirinya dan wakilnya berdasarkan pada postur fisik dan personaliti masing-masing. Jokowi yang berpostur kurus, lincah bak kancil, agak introvert namun luwes, mengambil peran “feminin” selaku negosiator, motivator, dan aspirator melalui metoda </span><span style="background-color: transparent; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">blusukan</span><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">. Ia mendatangi langsung, berbicara, mendengarkan keluhan maupun keinginan warganya dari hati ke hati sembari berkompromi mencari solusi. Sedangkan Ahok yang berpostur tubuh lebih berisi dan tegap, berpribadi agak kaku, ekstrovert namun tegas, menjalankan peran “maskulin” selaku administrator yang galak yang mengemban tugas menertibkan pelaksanaan peraturan maupun perundang-undangan tanpa pandang bulu sembari giat memompakan disiplin kolektif baik di lingkaran birokrasi maupun di kalangan masyarakat. Nampaknya perbedaan karakteristik fisik maupun personaliti duet Jokowi-Ahok menjadi berkah tersendiri karena menjadi magnit bagi media massa untuk terus menguntit dan memberitakan kiprah keduanya, berdampak positif mendongkrak popularitas sekaligus mempermudah mensosialisasikan beragam gagasan ke publik, termasuk gagasan melakukan lelang jabatan birokrasi agar bisa merekrut individu selaku abdi pemerintahan yang punya komitmen tinggi mau berprestasi sepenuh hati melayani warga kotanya, terutama loyal mengayomi rakyat kecil yang seringkali terpinggirkan dan terlantarkan.</span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> </span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><b>Merenggang?</b></span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><b> </b> </span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Jarang sekali kita jumpai di negeri ini ada pejabat publik yang punya kesanggupan mengendalikan aparatus birokrasinya seperti yang sudah diperlihatkan oleh Jokowi-Ahok. Kebanyakan para pejabat publik kita justru dikendalikan dan terperangkap dalam kungkungan para bawahannya. Namun kini muncul kekhawatiran baru, bahwa keberhasilan Jokowi-Ahok menundukkan eselon bawahannya dan sekaligus mengendalikan dinamika organisasi birokrasi tersebut, bisa memunculkan masalah baru yang krusial yang tak terduga, yakni melemahnya kohesi, sinergi, kekompakkan internalitas dalam tubuh Jokowi-Ahok itu sendiri. Dan jika itu terjadi, berarti lonceng pembaharuan dan pembenahan Jakarta nyaris tak berdenting nyaring lagi, bukan diakibatkan oleh ulah "musuh bersama" - perilaku oktopusi birokrasi - yang sudah berhasil ditaklukkannya itu; tetapi semata-mata karena perbedaan karakter, diskrepansi persepsi personal maupun latar belakang kultural di antara kedua pemimpin muda yang tengah naik daun tersebut. Jangan sampai usai "musuh bersama" telah tumbang, soliditas dua pribadi orang nomor satu dan dua Kota Jakarta bergulir merenggang. Semoga hal demikian tidaklah menjadi kenyataan ke depan. Amin!</span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> </span></span></span></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><b>K E P U S T A K A A N</b> </span></span></span></span></h3>
</div>
<div dir="ltr" id="docs-internal-guid--30d2393-702e-3c27-60c5-459948f1b32f" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<ul id="docs-internal-guid--30d2393-710c-cf76-a027-8a821eacd965" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><h3 dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">MAW Brouwer; Ceramah-ceramah di Bandung, 1982.</span></span></span></span></h3>
</li>
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><h3 dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: transparent; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Collins; Popular English Dictionary, HarperCollins Publishers, First Edition, Glasgow, 2009.</span></span></span></span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 2; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt;">
<br /></div>
</li>
</ul>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-52091631087525689822013-12-25T16:16:00.002+07:002013-12-25T16:33:21.841+07:00q u o t a t i o n | SIGMUND FREUD ~ Tuhan dan ambivalensi manusia...<div style="text-align: center;">
<h4 style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #99cc00;"><span style="color: #ff99ff;"> </span></span></span></span></h4>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf0D5-MQA1taN8ogbUAk0YRvCX7pfcZmiHDzKFmD3ARsqA9Bo6EFqqmESsidyCayfXpy6oTC9-pS_Hji7xBypEaOGU5DWdAuUAU5Ty1stqGTOliluwxRi11CG-YvsuI7k4XQbV3etZKJU/s1600/national+geographic+high+resolution+photograph+wallpape2r1+(2).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf0D5-MQA1taN8ogbUAk0YRvCX7pfcZmiHDzKFmD3ARsqA9Bo6EFqqmESsidyCayfXpy6oTC9-pS_Hji7xBypEaOGU5DWdAuUAU5Ty1stqGTOliluwxRi11CG-YvsuI7k4XQbV3etZKJU/s400/national+geographic+high+resolution+photograph+wallpape2r1+(2).jpg" width="400" /></a></div>
<h4 style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #99cc00;"><span style="color: #ff99ff;"> </span></span></span></span></h4>
<h4 style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></h4>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Psikoanalisis terhadap individu-individu telah mengajari kami bahwa kesan-kesan (impressions) paling awal mereka, yang diterima pada waktu ketika mereka hampir belum dapat berbicara, menunjukkan dirinya kemudian dalam cara yang obsesif, walaupun kesan-kesan itu sendiri tidak diingat secara sadar. Kami merasa bahwa hal yang sama tentu juga berlaku (hold good) bagi pengalaman-pengalaman (experiences) manusia paling awal. Satu hasilnya adalah kemunculan konsepsi tentang Tuhan Satu Yang Agung. Ia dikenali sebagai suatu ingatan — yang sungguh terdistorsi, namun suatu ingatan. Ia memiliki sebuah kualitas obsesif; yang sekadar harus dipercayai. Sepanjang distorsi tersebut berlangsung, ia bisa disebut delusi; sepanjang ia memunculkan sesuatu dari masa lalu, ia harus disebut kebenaran. …</span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;">
</span><span style="font-size: large;"><span style="color: #bf9000;">
</span><span style="color: #38761d;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari Darwin saya meminjam hipotesis bahwa manusia aslinya hidup dalam kelompok-kelompok (horde) kecil; masing-masing kelompok berdiri di bawah pemerintahan seorang laki-laki yang lebih tua, yang memerintah dengan kekuatan brutal, mengambil semua wanita bagi dirinya, dan berulang-ulang memukul atau membunuh semua laki-laki muda, termasuk anak-anaknya sendiri. Dari Atkinson saya menerima masukan bahwa sistem patriarki ini berakhir oleh satu pemberontakan anak-anaknya, yang bersatu melawan ayahnya, menyergapnya, dan bersama-sama memakan tubuhnya. Mengikuti teori totem Robertson Smith, saya menyatakan bahwa kelompok yang sebelumnya diperintah oleh sang ayah ini berlanjut dengan sebuah klan saudara yang totemistik. …</span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;">
<span style="font-size: large;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Ambivalensi anak-anak terhadap sang ayah tetap kuat selama keseluruhan perkembangan selanjutnya. Sebagai ganti sang ayah binatang tertentu dinyatakan sebagai totem; yang berlaku sebagai nenek moyang mereka dan spirit yang melindungi, dan tidak satupun yang diijinkan untuk menyakiti atau membunuhnya. Tetapi, sekali setahun seluruh klan berkumpul untuk sebuah perayaan di mana totem sembahan, sebaliknya dicacah dan dimakan. Tidak seorangpun yang diperbolehkan pergi dari perayaan ini; itu adalah pengulangan pembunuhan ayah yang khidmat, dalam mana tatanan sosial, hukum-hukum moral, dan agama memiliki permulaannya.</span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;">
<span style="font-size: large;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">SIGMUND FREUD; ‘Musa dan Monoteisme’, Jendela, 2003</span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;">
<span style="font-size: large;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Photo ~ NATIONAL GEOGRAPHIC</span></span></span></h3>
<h3 style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000;">
<span style="font-size: large;">
</span></span><span style="color: purple;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></span></h3>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-59056350820692453642013-12-25T15:12:00.001+07:002013-12-25T16:01:43.086+07:00q u o t a t i o n | KENZABURO OE ~ Kualitas kepemimpinan...<div style="text-align: center;">
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_rhfq359A91eI3MIjkcHlKvLZYD01JCn13GsuTF5ZjU_lyZY9U7v5AxMIawaEOkY_m7Lzgvg7WNBMuVRPn97OHlANrFQ0ree-gNsX64O_9P4Napc8-QTL97PrWMpaTHabQM8-Cxo3J0/s1600/national-lakeshore-tucker_3699_990x742.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_rhfq359A91eI3MIjkcHlKvLZYD01JCn13GsuTF5ZjU_lyZY9U7v5AxMIawaEOkY_m7Lzgvg7WNBMuVRPn97OHlANrFQ0ree-gNsX64O_9P4Napc8-QTL97PrWMpaTHabQM8-Cxo3J0/s320/national-lakeshore-tucker_3699_990x742.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<h4>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-large;"><span style="font-weight: normal;"><span style="color: magenta;">Kualitas kepemimpinan yang luar biasa dari pria besar, dengan punggung bungkuk dan wajah pucat, ini sudah terlihat jelas dengan membuat kantor pemerintahan lokal terkepung -- sehingga memberikan tekanan pada musuh tanpa perlu memprovokasi tentara untuk bertindak -- dan mempertahankan keseimbangan kekuatan yang rawan antara masyarakat dan penguasa, sampai arah debat dalam dewan akhirnya berubah.</span></span></span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-large;"><span style="font-weight: normal;"><span style="color: magenta;"> </span></span></span></h4>
<h4>
<span style="font-size: x-large;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="color: magenta;"> Tapi, kakek juga menyebutkan ini dalam pujiannya: "Hal yang paling menakjubkan, adalah tak ada seorang manusia pun yang tergores. Benar-benar diperlukan kepemimpinan yang luar biasa sehingga dia bisa menghimpun pergolakan sedemikian dahsyat tanpa membuat seorang manusia pun terluka." </span></span></span></span></h4>
<h4>
<span style="font-size: x-large;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="color: magenta;"> </span></span></span></span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-large;"><span style="font-weight: normal;"><span style="color: magenta;">Kenzaburo Oe; 'Jeritan Lirih', Jalasutra, 2004</span></span></span></h4>
<div style="text-align: left;">
<br />
<br />
<blockquote>
<br />
Photo ~ NATIONAL GEOGRAPHIC</blockquote>
</div>
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-90860406251144432372013-08-09T22:20:00.000+07:002013-09-29T11:31:32.595+07:00c o r p u s | Pengantar Filsafat Barat ~ Fuad Hassan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifMMIO-8BxAP1he6NkIewNxR5lsivvjcd7jtN6ruPug9mYp3ixkqogX7HOQUxc2-TWzVQlG1gF-FRn7eth-BowjwXjc4fxlNoBJvJfQpn-jzAxmXYMIWme7wYyo78I-AcTcefEvSWGBRc/s1600/25293_1600x1200-wallpaper-cb1283271843.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifMMIO-8BxAP1he6NkIewNxR5lsivvjcd7jtN6ruPug9mYp3ixkqogX7HOQUxc2-TWzVQlG1gF-FRn7eth-BowjwXjc4fxlNoBJvJfQpn-jzAxmXYMIWme7wYyo78I-AcTcefEvSWGBRc/s320/25293_1600x1200-wallpaper-cb1283271843.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Filsafat adalah induk yang melahirkan berbagai cara pandang tentang manusia dan kemanusiaan sebagai manifestasi kehidupan yang bermatra kebudayaan dan peradaban. Manusia tidak membiarkan dirinya sekadar hanyut dalam arus peristiwa atau dibekukan oleh kenyataan. Bagi manusia, setiap kenyataan yang dihadapinya sekaligus berarti kemungkinan. </span></i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dengan penghayatan bahwa dunianya senantiasa menganga dan mengimbaunya untuk menemukan berbagai kemungkinan, maka manusia tidak putus-putusnya cenderung menjelajahi dunianya, termasuk penjelajahan yang nyaris tanpa batas dalam alam cita dan citra (a world of ideas and images), sehingga kehidupannya berciri nomadik.</span></i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<h3>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">(FUAD HASSAN)</span><i><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </span></i></h3>
</div>
</blockquote>
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">Buku 'Pengantar Filsafat Barat', karya Fuad Hassan ini, diterbitkan oleh Pustaka Jaya, pada bulan Maret tahun 2005, di Jakarta, dan merupakan cetakan ketiga. Sedangkan cetakan pertamanya diterbitkan tahun 1996, lalu cetakan keduanya di bulan Maret 2001, masih oleh penerbit yang sama.</span></span><br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><br /></span></span>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="font-weight: normal;">Dalam perspektif penulisnya, kehadiran buku ini lebih dimaksudkan semacam: "Pembangkit perhatian terhadap filsafat sebagai suatu kesibukan manusia selama berabad-abad dan memberi corak khas pada cara pandang manusia terhadap alam sebagai makrokosmos dan dirinya sendiri sebagai mikrokosmos, dan selanjutnya berpengaruh atas perkembangan berbagai disiplin ilmu."</span></span></span><br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><br /></span></span>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="font-weight: normal;">Almarhum Fuad Hassan bisa dikatakan sebagai individu genial yang dikaruniai beragam talenta. Ia tidak saja dikenal sebagai salah seorang begawan Psikologi Sosial, tetapi aktivitasnya merentang luas ke dalam relung-renung dunia diplomasi, pendidikan, budaya, juga strategi. Di samping aktivitas utamanya selaku gurubesar Fakultas Psikologi UI, ia pernah pula menjadi dutabesar RI untuk Mesir merangkap Sudan, Somalia, dan Djibouti, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Neger RI, Anggota MPR-RI, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anggota DPA-RI, Anggota Dewan Gubernur Asia-Europe Foundation (ASEF) mewakili Indonesia, Ketua Komisi Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).</span></span></span><br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><br /></span></span>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="font-weight: normal;">Bagi Fuad Hassan, buku ini ditulisnya sebatas pengantar bagi para pembacanya untuk perkenalan awal berjumpa filsafat tanpa perlu merasa ada beban berat yang disandang, suatu perjumpaan yang moga-moga menstimulan gairah untuk berkelanjutan mendalaminya demi memperluas horizon berfikir kita, tanpa berpretensi menjadi sang filsuf instan usai rampung membacanya!</span><span style="color: #339999;"><b><span style="color: black;"> </span></b></span></span></span><br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><br /></span></span>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="color: #339999;"><span style="color: black;">Berikut ini disajikan petikan-petikan intisari narasinya untuk dinikmati, dicermati, ataupun dikritisi:</span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-weight: normal;"> </span><br />
<ul>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: large;">Filsafat adalah ikhtiar manusia untuk memahami berbagai manifestasi kenyataan melalui upaya berfikir sistematis (<i>systema</i> = keteraturan), tatanan, saling keterkaitan), kritis (<i>kritikos</i> = kemampuan menilai; <i>kritein</i> = memilah-milah), dan radikal (<i>radix = </i>akar). Dengan kata lain: filsafat ditandai oleh proses berfikir yang teratur sambil menilai sesuatu hal secara mendasar. Tidak semua proses berpikir ditandai oleh ketiga ciri tersebut . Kita berpikir memecahkan sesuatu hitungan, tetapi bukan berfilsafat tentang hitungan itu; kita bisa berpikir sewaktu memilih mana di antara sejumlah peralatan yang tinggi nilai kegunaannya; dalam hal ini pun kita tidak berfilsafat; dan banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa tidak semua proses berpikir adalah berfilsafat.</span><span style="font-size: large;"> </span><span style="font-size: large;"> </span><span style="font-size: large;"> </span></span></li>
</ul>
<ul>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: large;">Melalui proses berpikir yang sistematis dan kritis serta radikal itu, filsafat bertujuan memperoleh wawasan (<i>insight</i>) yang makin jelas tentang berbagai gejala, baik yang tampil sebagai fakta (<i>fact</i>) belaka ataupun yang berlangsung sebagai rangkaian peristiwa (<i>process</i>). Ini tidak berarti bahwa filsafat berhenti pada usaha pemahaman mengenai berbagai gejala tersebut secara kasuistik. Sebagai kasus yang tunggal (<i>individual</i>, <i>particular</i>) masing-masing gejala itu merupakan perantara untuk melakukan kegiatan berikutnya, yaitu pengamatan (<i>observation</i>) lebih lanjut yang memungkinkan pendekatan dengan penalaran (<i>reason</i>) serta penafsiran (<i>interpretation</i>), sehingga memungkinkan dirumuskannya kesimpulan yang berlaku umum (<i>general</i>, <i>universal</i>).</span></span></li>
</ul>
<ul>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tidak semua gejala segera dapat dipahami melalui penalaran; berbagai segi yang melatari tampilnya sesuatu gejala seringkali cenderung ditafsirkan melalui pemikiran berdasarkan dugaan-dugaan yang bertolak dari sesuatu asas <i>a priori </i>dan bersifat spekulatif (Latin: <i>speculari = </i>mengamat-amati, <i>speculum </i>= menara pengamat). Misalnya, pemikiran yang beranjak pada <i>asas nihil ex nihilo </i>tentu beranggapan bahwa tidak ada sesuatu yang lahir dari ketiadaan; mustahil apa yang ada lahir dari kehampaan; dengan kata lain, mesti ada sesuatu di balik apa yang ada. Mesti ada sesuatu (daya) di balik lautan yang bergelombang, atau di balik gunung yang meletus, atau halilintar yang menyambar, dan sebagainya. Pendek kata, mesti ada sesuatu di balik apa yang ada dan teramati secara pisik. Dari cara pemikiran spekulatif itu muncullah ragam filsafat yang disebut metafisika, yaitu pemikiran yang berusaha menjangkau apa yang (mungkin) ada di balik sesuatu penampilan yang pisik. Metafisika boleh dianggap merupakan ragam berfilsafat yang tertua, dan berkembang sebagai kegiatan perenungan yang cenderung mendekat pada sistem kepercayaan. </span></span></li>
</ul>
<ul>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Karena tidak segala sesuatu terjawab dengan pasti melalui pemikiran metafisika, maka berkembang pula dugaan tentang masih adanya sesuatu rahasia (<i>mysterion</i>,<i> mysterium</i>,<i> mystery</i>) di balik segala kenyataan yang tampak; rahasia itu sulit ditangkap melalui pemikiran metafisika belaka, melainkan harus ditempuh melalui perenungan dan penghayatan akan adanya sesuatu yang tetap gaib; betapapun paradoksal kedengarannya -- ada tapi gaib -- segala rahasia itu tidak bisa diabaikan sebagai sumber pengaruh pada kenyataan sebagaimana tampilnya. Perenungan mengenai berbagai 'rahasia - di balik - kenyataan' sedemikian itu disebut mistik yang sebagaimana metafisika tidak didasarkan pada penalaran melainkan lebih bersifat spekulasi. Oleh karena menekankan tentang adanya sesuatu yang rahasia dan gaib, maka tidak jarang dalam mistik berbagai citra (<i>image</i>) berkembang sebagai kultus dan mitos yang diterima dan tidak mungkin diuji dengan penalaran (<i>beyond reason</i>). </span></span></li>
</ul>
<ul>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Berbeda dengan spekulasi, penalaran adalah proses berpikir yang teratur dan terarah secara progresif menuju pada suatu akhir (<i>finality</i>); teratur, karena penalaran harus mengikuti tertib (<i>order</i>) atau bagan (<i>scheme</i>) tertentu; terarah karena penalaran bergerak maju menuju tercapainya suatu penyimpulan sebagai tahap akhirnya. Penalaran berlangsung sebagai proses yang mengikuti tertib atau bagan berpikir tertentu, seperti misalnya silogisme, analogisme, teleologisme, determinisme kausal, dan sebagainya. Penalaran berlangsung sebagai proses berpikir dengan logika sebagai modus dasarnya. Maka ujian pertama terhadap upaya penalaran ialah sejauh mana prosesnya dikendalikan oleh logika; dengan kata lain, logika mengendalikan disiplin dalam proses penalaran. </span></span><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Karena penalaran selalu mempunyai tujuan (<i>intention</i>) untuk sampai pada dirumuskannya penyimpulan (<i>concluding statement</i>), maka sejak awalnya proses penalaran berlangsung dengan antisipasi pada tercapainya suatu tahap terminal. Ini jelas berbeda dengan khayalan (<i>imagination</i>) yang tidak perlu menuju pada sesuatu penyelesaian; sebaliknya, khayalan berlangsung sebagai proses yang tidak terkendali, bahkan mungkin sekali selama berlangsung makin berkembang dan membias. Melalui kegiatan penalaran inilah filsafat berusaha untuk menemukan adanya berbagai keteraturan (<i>regularities</i>), dalil (<i>rules</i>), hukum (<i>laws</i>), dan asas (<i>principles</i>) yang teramati melalui penampilan berbagai fakta dan peristiwa.</span></span></li>
</ul>
<ul>
</ul>
<br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span>
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><h4>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: red;">BERSAMBUNG ...</span> </span></h4>
<h4>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></h4>
</li>
</ul>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-64736430501233085772012-01-05T17:06:00.000+07:002012-01-30T14:29:52.401+07:00q u o t a t i o n | Raymond H. Hamden ~ The principles of an unhealthy nation:<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVR7-gbDGIZnw-WHi1Du5UZon28CzvF1rzUL54ASD7NdW9Zpgu2Rimyq-QhFiUwKkr6A8IYxC9gTLrFbRbkTb5i6t4kWt89YtDiaRP6M0y1xSFoKgnPKYFSKS6xC4i3rq4FreifQgr_O4/s1600/3731_1600x1200-wallpaper-cb1274364608.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVR7-gbDGIZnw-WHi1Du5UZon28CzvF1rzUL54ASD7NdW9Zpgu2Rimyq-QhFiUwKkr6A8IYxC9gTLrFbRbkTb5i6t4kWt89YtDiaRP6M0y1xSFoKgnPKYFSKS6xC4i3rq4FreifQgr_O4/s320/3731_1600x1200-wallpaper-cb1274364608.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="color: #783f04;">
<i><b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">The principles of an unhealthy nation:</span></b></i></div>
<div style="color: #7f6000;">
<i style="color: #783f04;"><b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> </span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Trust is at a lower level of suspicion.</span></b></i> <i style="color: #783f04;"><b><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Belonging is blind loyalty.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Joy is having a life preoccupied with activity.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Peace is absence of emotion.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• It is your leader’s job to make happiness in the In-Group.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• It is the other person’s fault.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• If they change, we will be happy.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Don’t know what others feel!</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Become emotional or cold and callous!</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Ignore difference of opinions.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Talk about the person, not dialogue.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Bring up past failures to help the other person understand how wrong he/she is.</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Confront, don’t negotiate!</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">• Use addictions to lessen pain.</span></b></i></div>
</blockquote>
<br />
<div style="color: #e06666; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>R e f e r e n c e:</b></div>
<div style="color: #e06666; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>A Dysfunctional Nation and Its People: Becoming Functional<br />Dr. Raymond H. Hamden<br />Clinical & Forensic Psychologist</b></div>
<div style="color: #e06666; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>Consultant in Forensic and Political Psychology</b></div>
<div style="color: #e06666; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>Specialties: Terrorist Psychology, CISD, Middle East Region</b></div>
<div style="color: #e06666; font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
<br /></div>
<div style="color: #e06666; font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
</div>
<div style="color: #674ea7; font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Read more: </b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b style="color: #674ea7;">http://www.all-about-psychology.com/psychology-research.html</b></span></div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-49136599311611343832012-01-04T14:27:00.000+07:002012-01-04T14:27:39.476+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Negosiator Konflik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfdzE2JEgUO2FP_Iu-GWxfgL_C2g0GV-GlUdqgfftc02ollFS8debuMVxdp1Z2XFlgIi7rpj0JGiI20nZhEEYl7LC1gwVUHOs-Zi4F8-tGVf7qHgCIN64I47KPvtntmuufvGts3id9kog/s1600/3531_1600x1200-wallpaper-cb1267712026.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfdzE2JEgUO2FP_Iu-GWxfgL_C2g0GV-GlUdqgfftc02ollFS8debuMVxdp1Z2XFlgIi7rpj0JGiI20nZhEEYl7LC1gwVUHOs-Zi4F8-tGVf7qHgCIN64I47KPvtntmuufvGts3id9kog/s320/3531_1600x1200-wallpaper-cb1267712026.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="color: #0b5394; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: large;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}">[]
Konflik antara pihak majikan dan pihak karyawan akan lebih mudah
dijembatani melalui suatu upaya negosiasi yang tidak dilakukan secara
langsung dengan saling berhadap-hadapan. Untuk itu, masing-masing pihak
bisa serba saling berinisiatif meminta partisipasi figur-figur
independen yang berasal dari kalangan eksternal perusahaan (tokoh-tokoh
nasional, daerah, atau pemimpin informal masyarakat se<span class="text_exposed_show">tempat)
untuk berperan selaku negosiator. Melalui mekanisme 'role playing' ini,
besar kemungkinan perbedaan pendapat bisa lebih jernih diperdekat,
sembari mencari ragam solusi yang adekuat serta bisa disepakati bersama. </span></span></span></i></h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="color: #0b5394; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: large;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="text_exposed_show"> Cara demikian terasa lebih elegan ketimbang menggelar demonstrasi yang
agak riskan untuk ditunggangi pihak ketiga yang memiliki motivasi
memancing emosi di air keruh!</span></span></span></i></h6>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-92184879036083732432012-01-03T13:24:00.001+07:002012-01-03T15:16:35.705+07:00r e c o m m e n d a t i o n | Manuver Berdemonstrasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFXfCDcBjEOQHxZZNbzQW9eELNgs6v-Rb7AaqI8IemxxpU11VOIy93RSbVz4sl1fstD6av7uuGJ6t2-JY3aIc5PqWq1V_4LVuo57kQZbdh_MSF264R8L724A8vAxX-Tv_Z8fS0JHlaxwM/s1600/1490_1280x1024-wallpaper-cb1293636954.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFXfCDcBjEOQHxZZNbzQW9eELNgs6v-Rb7AaqI8IemxxpU11VOIy93RSbVz4sl1fstD6av7uuGJ6t2-JY3aIc5PqWq1V_4LVuo57kQZbdh_MSF264R8L724A8vAxX-Tv_Z8fS0JHlaxwM/s320/1490_1280x1024-wallpaper-cb1293636954.jpg" width="320" /></a></div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="color: #351c75; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: large;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}">[]
Suatu upaya manuver berdemonstrasi yang memilih cara aksi mogok kerja,
akan sangat efektif dilakukan dalam jangka waktu yang berdurasi pendek,
namun jika durasi waktu mogok kerja menjadi terlampau lama dan
berkepanjangan tanpa ujung yang jelas -- entah karena kegagalan
negosiasi atau mungkin karena unsur kesengajaan serba diulur-ulur
waktunya -- justru akan kehilangan daya dobrak dan daya kend<span class="text_exposed_show">ali
atas situasi di lapangan, serta berpotensi memicu demoralisasi para
demonstran, yang bisa berujung pada kegagalan jangka panjang untuk
meraih apa yang tengah diperjuangkan saat sekarang; bahkan kelak
dikhawatirkan menjadi bumerang, berbalik menjadi senjata makan tuan yang
merugikan momentum emas yang tengah digenggam kaum demonstran. Lebih
baik dipilih cara sirkuler dengan siklus waktu melingkar serta bertahap
untuk menghadapi pihak majikan yang bermodal kuat, cerdas, dan sudah
sedemikian berpengalaman panjang mengelola bisnis berorientasi global. </span></span></span></i></h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="color: #351c75; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: large;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="text_exposed_show">Sedikit demi sedikit hingga berbukit-bukit!</span></span></span></i></h6>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-73866592749759757812011-12-13T18:26:00.000+07:002012-01-30T14:32:01.121+07:00c o r p u s | Psychology of Intelligence Analysis ~ Richards J. Heuer, Jr.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwBo4G280RKH37KN43pSWDD16cmkkY2akL9cNfjfRW1eAaFUFsqbLNTXchjyM6Pz2jd4dOVC_tbXyHwfvkFsIViF7jooOGZkutHPtApWTd7HkvBt-Pkj9tu8T8WZatSuAQ2z1jF75PO3w/s1600/psychology-of-intelligence-analysis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwBo4G280RKH37KN43pSWDD16cmkkY2akL9cNfjfRW1eAaFUFsqbLNTXchjyM6Pz2jd4dOVC_tbXyHwfvkFsIViF7jooOGZkutHPtApWTd7HkvBt-Pkj9tu8T8WZatSuAQ2z1jF75PO3w/s320/psychology-of-intelligence-analysis.jpg" width="212" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
<span style="color: purple;"><b>Author’s Preface </b></span><br />
<span style="color: purple;"><b>Foreword </b></span><br />
<span style="color: purple;"><b>Introduction </b></span><br />
<div>
<span style="color: purple;"><b>PART I—OUR MENTAL MACHINERY </b></span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 1: Thinking About Thinking</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 2: Perception: Why Can’t We See</span><br />
<span style="color: purple;">What Is There To Be Seen?</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 3: Memory: How Do We Remember</span><br />
<span style="color: purple;">What We Know?</span></div>
<div>
<span style="color: purple;"><b>PART II—TOOLS FOR THINKING</b></span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 4: Strategies for Analytical Judgment:</span><br />
<span style="color: purple;">Transcending the Limits of Incomplete Information</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 5: Do You Really Need More Information?</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 6: Keeping an Open Mind</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 7: Structuring Analytical Problems</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 8: Analysis of Competing Hypotheses</span></div>
<div>
<span style="color: purple;"><b>PART III—COGNITIVE BIASES</b></span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 9: What Are Cognitive Biases?</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 10: Biases in Evaluation of Evidence</span></div>
<div>
<span style="color: purple;">Chapter 11: Biases in Perception of Cause and Effect </span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 12: Biases in Estimating Probabilities</span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 13: Hindsight Biases in Evaluation of</span><br />
<span style="color: purple;">Intelligence Reporting</span></div>
<div>
<span style="color: purple;"><b>PART IV—CONCLUSIONS </b></span><br />
<span style="color: purple;">Chapter 14: Improving Intelligence Analysis</span><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8966622374270022809"><span style="color: purple;"> ———— </span></a></span><br />
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">This book was prepared primarily for the use of US Government officials,</span></b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">and the format, coverage, and content were designed to meet their specific</span></b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b></b><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">requirements.</span></b></span></div>
</div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">Because this book is now out of print, this Portable Document File (PDF)</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">is formatted for two-sided printing to facilitate desktop publishing. It</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">may be used by US Government agencies to make copies for government</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">purposes and by non-governmental organizations to make copies</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">for educational purposes. Because this book may be subject to copyright</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">restriction, copies may not be made for any commercial purpose.</span></b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #ff9900; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">This book will be available at www.odci.gov/csi.</span></b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">All statements of fact, opinion, or analysis expressed in the main text</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">of this book are those of the author. Similarly, all such statements in</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">the Forward and the Introduction are those of the respective authors</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">of those sections. Such statements of fact, opinion, or analysis do</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">not necessarily reflect the official positions or views of the Central</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">Intelligence Agency or any other component of the US Intelligence</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">Community. Nothing in the contents of this book should be construed</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">as asserting or implying US Government endorsement of factual</span></b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">statements or interpretations.</span></b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: purple; font-size: small;"><b>ISBN 1 929667-00-0</b></span><br />
<span style="color: purple; font-size: small;"><b><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">Originally published in 1999.</span></b></span><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: medium;">[] [] []</span></div>
<span style="color: purple; font-size: medium;"> </span><br />
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: purple; font-size: large;">Author’s Preface +<br />Foreword + Introduction</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">[] [] [] [] [] [] []</span><br />
<span style="color: purple;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b> <span style="font-size: small;">Author’s Preface</span></b></span></div>
<div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">This volume pulls together and republishes, with some editing,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">updating, and additions, articles written during 1978–86 for internal</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">use within the CIA Directorate of Intelligence. Four of the articles also</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">appeared in the Intelligence Community journal Studies in Intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">during that time frame. The information is relatively timeless and still</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">relevant to the never-ending quest for better analysis.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">The articles are based on reviewing cognitive psychology literature</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">concerning how people process information to make judgments on incomplete</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and ambiguous information. I selected the experiments and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">findings that seem most relevant to intelligence analysis and most in need</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">of communication to intelligence analysts. I then translated the technical</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">reports into language that intelligence analysts can understand and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">interpreted the relevance of these findings to the problems intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">analysts face.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">The result is a compromise that may not be wholly satisfactory to</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">either research psychologists or intelligence analysts. Cognitive psychologists</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and decision analysts may complain of oversimplification, while</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the non-psychologist reader may have to absorb some new terminology.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Unfortunately, mental processes are so complex that discussion of them</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">does require some specialized vocabulary. Intelligence analysts who have</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">read and thought seriously about the nature of their craft should have</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">no difficulty with this book. Those who are plowing virgin ground may</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">require serious effort.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">I wish to thank all those who contributed comments and suggestions</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">on the draft of this book: Jack Davis (who also wrote the Introduction);</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">four former Directorate of Intelligence (DI) analysts whose names cannot</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">be cited here; my current colleague, Prof. Theodore Sarbin; and my editor</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">at the CIA’s Center for the Study of Intelligence, Hank Appelbaum.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">All made many substantive and editorial suggestions that helped greatly</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">to make this a better book.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: purple;">—Richards J. Heuer, Jr.</span></b></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">[] [] []</span></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: large;"><b>Foreword</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: purple;">By Douglas MacEachin</span></b></div>
</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">My first exposure to Dick Heuer’s work was about 18 years ago, and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">I have never forgotten the strong impression it made on me then. That</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">was at about the midpoint in my own career as an intelligence analyst.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">After another decade and a half of experience, and the opportunity during</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the last few years to study many historical cases with the benefit of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">archival materials from the former USSR and Warsaw Pact regimes, reading</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s latest presentation has had even more resonance.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">I know from first-hand encounters that many CIA officers tend to</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">react skeptically to treatises on analytic epistemology. This is understandable.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Too often, such treatises end up prescribing models as answers to the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">problem. These models seem to have little practical value to intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">analysis, which takes place not in a seminar but rather in a fast-breaking</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">world of policy. But that is not the main problem Heuer is addressing.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">What Heuer examines so clearly and effectively is how the human</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">thought process builds its own models through which we process information.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">This is not a phenomenon unique to intelligence; as Heuer’s</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">research demonstrates, it is part of the natural functioning of the human</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">cognitive process, and it has been demonstrated across a broad range of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">fields ranging from medicine to stock market analysis.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">The process of analysis itself reinforces this natural function of the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">human brain. Analysis usually involves creating models, even though</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">they may not be labeled as such. We set forth certain understandings and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">expectations about cause-and-effect relationships and then process and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">interpret information through these models or filters.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">The discussion in Chapter 5 on the limits to the value of additional</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">information deserves special attention, in my view—particularly for an </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"> intelligence organization. What it illustrates is that too often, newly acquired</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">information is evaluated and processed through the existing analytic</span><br />
<span style="color: purple;">model, rather than being used to reassess the premises of the model</span><br />
<span style="color: purple;">itself. The detrimental effects of this natural human tendency stem from</span><br />
<span style="color: purple;">the raison d’etre of an organization created to acquire special, critical information</span><br />
<span style="color: purple;">available only through covert means, and to produce analysis</span><br />
<span style="color: purple;">integrating this special information with the total knowledge base.</span><br />
<span style="color: purple;">I doubt that any veteran intelligence officer will be able to read this</span><br />
<span style="color: purple;">book without recalling cases in which the mental processes described by</span><br />
<span style="color: purple;">Heuer have had an adverse impact on the quality of analysis. How many</span><br />
<span style="color: purple;">times have we encountered situations in which completely plausible</span><br />
<span style="color: purple;">premises, based on solid expertise, have been used to construct a logically</span><br />
<span style="color: purple;">valid forecast—with virtually unanimous agreement—that turned out</span><br />
<span style="color: purple;">to be dead wrong? In how many of these instances have we determined,</span><br />
<span style="color: purple;">with hindsight, that the problem was not in the logic but in the fact</span><br />
<span style="color: purple;">that one of the premises—however plausible it seemed at the time—was</span><br />
<span style="color: purple;">incorrect? In how many of these instances have we been forced to admit</span><br />
<span style="color: purple;">that the erroneous premise was not empirically based but rather a conclusion</span><br />
<span style="color: purple;">developed from its own model (sometimes called an assumption)?</span><br />
<span style="color: purple;">And in how many cases was it determined after the fact that information</span><br />
<span style="color: purple;">had been available which should have provided a basis for questioning</span><br />
<span style="color: purple;">one or more premises, and that a change of the relevant premise(s) would</span><br />
<span style="color: purple;">have changed the analytic model and pointed to a different outcome?</span><br />
<span style="color: purple;">The commonly prescribed remedy for shortcomings in intelligence</span><br />
<span style="color: purple;">analysis and estimates—most vociferously after intelligence “failures”—is</span><br />
<span style="color: purple;">a major increase in expertise. Heuer’s research and the studies he cites</span><br />
<span style="color: purple;">pose a serious challenge to that conventional wisdom. The data show that</span><br />
<span style="color: purple;">expertise itself is no protection from the common analytic pitfalls that</span><br />
<span style="color: purple;">are endemic to the human thought process. This point has been demonstrated</span><br />
<span style="color: purple;">in many fields beside intelligence analysis.</span><br />
<span style="color: purple;">A review of notorious intelligence failures demonstrates that the analytic</span><br />
<span style="color: purple;">traps caught the experts as much as anybody. Indeed, the data show</span><br />
<span style="color: purple;">that when experts fall victim to these traps, the effects can be aggravated</span><br />
<span style="color: purple;">by the confidence that attaches to expertise—both in their own view and</span><br />
<span style="color: purple;">in the perception of others.</span><br />
<span style="color: purple;">These observations should in no way be construed as a denigration</span><br />
<span style="color: purple;">of the value of expertise. On the contrary, my own 30-plus years in the</span><br />
<span style="color: purple;">business of intelligence analysis biased me in favor of the view that, end</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"> less warnings of information overload notwithstanding, there is no such</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">thing as too much information or expertise. And my own observations</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">of CIA analysts sitting at the same table with publicly renowned experts</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">have given me great confidence that attacks on the expertise issue are</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">grossly misplaced. The main difference is that one group gets to promote</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">its reputations in journals, while the other works in a closed environment</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">in which the main readers are members of the intelligence world’s most</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">challenging audience—the policy making community.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">The message that comes through in Heuer’s presentation is that information</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">and expertise are a necessary but not sufficient means of making</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">intelligence analysis the special product that it needs to be. A comparable</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">effort has to be devoted to the science of analysis. This effort has to</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">start with a clear understanding of the inherent strengths and weaknesses</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">of the primary analytic mechanism—the human mind—and the way it</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">processes information.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">I believe there is a significant cultural element in how intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">analysts define themselves: Are we substantive experts employed by CIA,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">or are we professional analysts and intelligence officers whose expertise</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">lies in our ability to adapt quickly to diverse issues and problems and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">analyze them effectively? In the world at large, substantive expertise is far</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">more abundant than expertise on analytic science and the human mental</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">processing of information. Dick Heuer makes clear that the pitfalls the human</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">mental process sets for analysts cannot be eliminated; they are part of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">us. What can be done is to train people how to look for and recognize these</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">mental obstacles, and how to develop procedures designed to offset them.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">Given the centrality of analytic science for the intelligence mission,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">a key question that Heuer’s book poses is: Compared with other areas of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">our business, have we committed a commensurate effort to the study of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">analytic science as a professional requirement? How do the effort and resource</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">commitments in this area compare to, for example, the effort and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">commitment to the development of analysts’ writing skills?</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">Heuer’s book does not pretend to be the last word on this issue.</span></div>
<span style="color: purple;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hopefully, it will be a stimulant for much more work</span>.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">—–</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: xx-small;">1. Douglas MacEachin is a former CIA Deputy Director of Intelligence. After 32 years with the<br />Agency, he retired in 1997 and became a Senior Fellow at Harvard University’s John F. Kennedy School of Government.</span><br />
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">[] [] []</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Introduction</span></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Improving Intelligence Analysis</span><br /><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">at CIA: Dick Heuer’s Contribution</span><br /><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">to Intelligence Analysis</span></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: purple; font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">by Jack Davis</span></b></div>
</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">I applaud CIA’s Center for the Study of Intelligence for making the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">work of Richards J. Heuer, Jr. on the psychology of intelligence analysis</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">available to a new generation of intelligence practitioners and scholars.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Dick Heuer’s ideas on how to improve analysis focus on helping</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">analysts compensate for the human mind’s limitations in dealing with</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">complex problems that typically involve ambiguous information, multiple</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">players, and fluid circumstances. Such multi-faceted estimative challenges</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">have proliferated in the turbulent post-Cold War world.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s message to analysts can be encapsulated by quoting two</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">sentences from Chapter 4 of this book:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Intelligence analysts should be self-conscious about their reasoning</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">processes. They should think about how they make</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">judgments and reach conclusions, not just about the judgments</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and conclusions themselves.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s ideas are applicable to any analytical endeavor. In this</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Introduction, I have concentrated on his impact—and that of other pioneer</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">thinkers in the intelligence analysis field—at CIA, because that is</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the institution that Heuer and his predecessors, and I myself, know best,</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">having spent the bulk of our intelligence careers there.</span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Leading Contributors to Quality of Analysis</b></span></div>
<div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Intelligence analysts, in seeking to make sound judgments, are always</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">under challenge from the complexities of the issues they address</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and from the demands made on them for timeliness and volume of production.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Four Agency individuals over the decades stand out for having</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">made major contributions on how to deal with these challenges to the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">quality of analysis.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">My short list of the people who have had the greatest positive impact</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">on CIA analysis consists of Sherman Kent, Robert Gates, Douglas</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin, and Richards Heuer. My selection methodology was simple.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">I asked myself: Whose insights have influenced me the most during my</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">four decades of practicing, teaching, and writing about analysis?</span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Sherman Kent</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Sherman Kent’s pathbreaking contributions to analysis cannot be</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">done justice in a couple of paragraphs, and I refer readers to fuller treatments</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">elsewhere. Here I address his general legacy to the analytical profession.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Kent, a professor of European history at Yale, worked in the Research</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and Analysis branch of the Office of Strategic Services during World War</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">II. He wrote an influential book, Strategic Intelligence for American World</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Power, while at the National War College in the late 1940s. He served as</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Vice Chairman and then as Chairman of the DCI’s Board of National</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Estimates from 1950 to 1967.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Kent’s greatest contribution to the quality of analysis was to define</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">an honorable place for the analyst—the thoughtful individual “applying</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the instruments of reason and the scientific method”—in an intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">world then as now dominated by collectors and operators. In a second</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">(1965) edition of Strategic Intelligence, Kent took account of the coming</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">computer age as well as human and technical collectors in proclaiming</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">the centrality of the analyst:</span></div>
</div>
</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: small;">Whatever the complexities of the puzzles we strive to solve and </span></div>
</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: small;">whatever the sophisticated techniques </span></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: small;">we may use to collect the pieces and store them, </span></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: small;">there can never be a time when the thoughtful man can be supplanted </span></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<span style="color: purple; font-size: small;">as the intelligence device supreme.</span></div>
</div>
</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">More specifically, Kent advocated application of the techniques of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">“scientific” study of the past to analysis of complex ongoing situations</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and estimates of likely future events. Just as rigorous “impartial” analysis</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">could cut through the gaps and ambiguities of information on events</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">long past and point to the most probable explanation, he contended, the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">powers of the critical mind could turn to events that had not yet transpired</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">to determine the most probable developments.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">To this end, Kent developed the concept of the analytic pyramid,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">featuring a wide base of factual information and sides comprised of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">sound assumptions, which pointed to the most likely future scenario at</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the apex.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">In his proselytizing and in practice, Kent battled against bureaucratic</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and ideological biases, which he recognized as impediments to sound</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">analysis, and against imprecise estimative terms that he saw as obstacles</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">to conveying clear messages to readers. Although he was aware of what</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">is now called cognitive bias, his writings urge analysts to “make the call”</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">without much discussion of how limitations of the human mind were to</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">be overcome.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Not many Agency analysts read Kent nowadays. But he had a profound</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">impact on earlier generations of analysts and managers, and his</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">work continues to exert an indirect influence among practitioners of the</span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="color: purple;">analytic profession.</span></div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Robert Gates</span></b></span><br />
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Bob Gates served as Deputy Director of Central Intelligence (1986–</span><br />
<span style="color: purple;">1989) and as DCI (1991–1993). But his greatest impact on the quality</span><br />
<span style="color: purple;">of CIA analysis came during his 1982–1986 stint as Deputy Director for</span><br />
<span style="color: purple;">Intelligence (DDI).</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"> Initially schooled as a political scientist, Gates earned a Ph.D. in</span><br />
<span style="color: purple;">Soviet studies at Georgetown while working as an analyst at CIA. As</span><br />
<span style="color: purple;">a member of the National Security Council staff during the 1970s, he</span><br />
<span style="color: purple;">gained invaluable insight into how policymakers use intelligence analysis.</span><br />
<span style="color: purple;">Highly intelligent, exceptionally hard-working, and skilled in the</span><br />
<span style="color: purple;">bureaucratic arts, Gates was appointed DDI by DCI William Casey in</span><br />
<span style="color: purple;">good part because he was one of the few insiders Casey found who shared</span><br />
<span style="color: purple;">the DCI’s views on what Casey saw as glaring deficiencies of Agency analysts.</span><br />
<span style="color: purple;">Few analysts and managers who heard it have forgotten Gates’ blistering</span><br />
<span style="color: purple;">criticism of analytic performance in his 1982 “inaugural” speech</span><br />
<span style="color: purple;">as DDI.</span><br />
<span style="color: purple;">Most of the public commentary on Gates and Agency analysis</span><br />
<span style="color: purple;">concerned charges of politicization levied against him, and his defense</span><br />
<span style="color: purple;">against such charges, during Senate hearings for his 1991 confirmation as</span><br />
<span style="color: purple;">DCI. The heat of this debate was slow to dissipate among CIA analysts,</span><br />
<span style="color: purple;">as reflected in the pages of Studies in Intelligence, the Agency journal</span><br />
<span style="color: purple;">founded by Sherman Kent in the 1950s.</span><br />
<span style="color: purple;">I know of no written retrospective on Gates’ contribution to Agency</span><br />
<span style="color: purple;">analysis. My insights into his ideas about analysis came mostly through an</span><br />
<span style="color: purple;">arms-length collaboration in setting up and running an Agency training</span><br />
<span style="color: purple;">course entitled “Seminar on Intelligence Successes and Failures.” During</span><br />
<span style="color: purple;">his tenure as DDI, only rarely could you hold a conversation with analysts</span><br />
<span style="color: purple;">or managers without picking up additional viewpoints, thoughtful</span><br />
<span style="color: purple;">and otherwise, on what Gates was doing to change CIA analysis.</span><br />
<span style="color: purple;">Gates’s ideas for overcoming what he saw as insular, flabby, and incoherent</span><br />
<span style="color: purple;">argumentation featured the importance of distinguishing between</span><br />
<span style="color: purple;">what analysts know and what they believe—that is, to make clear</span><br />
<span style="color: purple;">what is “fact” (or reliably reported information) and what is the analyst’s</span><br />
<span style="color: purple;">opinion (which had to be persuasively supported with evidence). Among</span><br />
<span style="color: purple;">his other tenets were the need to seek the views of non-CIA experts, in-</span><br />
<span style="color: purple;">cluding academic specialists and policy officials, and to present alternate</span><br />
<span style="color: purple;">future scenarios.</span><br />
<span style="color: purple;">Gates’s main impact, though, came from practice—from his direct</span><br />
<span style="color: purple;">involvement in implementing his ideas. Using his authority as DDI, he</span><br />
<span style="color: purple;">reviewed critically almost all in-depth assessments and current intelligence</span><br />
<span style="color: purple;">articles prior to publication. With help from his deputy and two</span><br />
<span style="color: purple;">rotating assistants from the ranks of rising junior managers, Gates raised</span><br />
<span style="color: purple;">the standards for DDI review dramatically—in essence, from “looks</span><br />
<span style="color: purple;">good to me” to “show me your evidence.”</span><br />
<span style="color: purple;">As the many drafts Gates rejected were sent back to managers who</span><br />
<span style="color: purple;">had approved them—accompanied by the DDI’s comments about inconsistency,</span><br />
<span style="color: purple;">lack of clarity, substantive bias, and poorly supported judgments—</span><br />
<span style="color: purple;">the whole chain of review became much more rigorous. Analysts</span><br />
<span style="color: purple;">and their managers raised their standards to avoid the pain of DDI rejection.</span><br />
<span style="color: purple;">Both career advancement and ego were at stake.</span><br />
<span style="color: purple;">The rapid and sharp increase in attention paid by analysts and managers</span><br />
<span style="color: purple;">to the underpinnings for their substantive judgments probably was</span><br />
<span style="color: purple;">without precedent in the Agency’s history. The longer term benefits of</span><br />
<span style="color: purple;">the intensified review process were more limited, however, because insufficient</span><br />
<span style="color: purple;">attention was given to clarifying tradecraft practices that would</span><br />
<span style="color: purple;">promote analytic soundness. More than one participant in the process</span><br />
<span style="color: purple;">observed that a lack of guidelines for meeting Gates’s standards led to a</span><br />
<span style="color: purple;">large amount of “wheel-spinning.”</span><br />
<span style="color: purple;">Gates’s impact, like Kent’s, has to be seen on two planes. On the one</span><br />
<span style="color: purple;">hand, little that Gates wrote on the craft of analysis is read these days.</span><br />
<span style="color: purple;">But even though his pre-publication review process was discontinued</span><br />
<span style="color: purple;">under his successors, an enduring awareness of his standards still gives</span><br />
<span style="color: purple;">pause at jumping to conclusions to many managers and analysts who</span><br />
<span style="color: purple;">experienced his criticism first-hand.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Douglas MacEachin</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Doug MacEachin, DDI from 1993 to 1996, sought to provide an</span><br />
<span style="color: purple;">essential ingredient for ensuring implementation of sound analytic standards:</span><br />
<span style="color: purple;">corporate tradecraft standards for analysts. This new tradecraft was</span><br />
<span style="color: purple;">aimed in particular at ensuring that sufficient attention would be paid to</span><br />
<span style="color: purple;">cognitive challenges in assessing complex issues.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin set out his views on Agency analytical faults and correctives</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">in The Tradecraft of Analysis: Challenge and Change in the CIA. My</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">commentary on his contributions to sound analysis is also informed by a</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">series of exchanges with him in 1994 and 1995.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin’s university major was economics, but he also showed</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">great interest in philosophy. His Agency career—like Gates’—included</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">an extended assignment to a policymaking office. He came away from</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">this experience with new insights on what constitutes “value-added” intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">usable by policymakers. Subsequently, as CIA’s senior manager</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">on arms control issues, he dealt regularly with a cadre of tough-minded</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">policy officials who let him know in blunt terms what worked as effective</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">policy support and what did not.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">By the time MacEachin became DDI in 1993, Gates’s policy of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">DDI front-office pre-publication review of nearly all DI analytical studies</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">had been discontinued. MacEachin took a different approach; he</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">read—mostly on weekends—and reflected on numerous already-published</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">DI analytical papers. He did not like what he found. In his words,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">roughly a third of the papers meant to assist the policymaking process</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">had no discernible argumentation to bolster the credibility of intelligence</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">judgments, and another third suffered from flawed argumentation. This</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">experience, along with pressures on CIA for better analytic performance</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">in the wake of alleged “intelligence failures” concerning Iraq’s invasion</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">of Kuwait, prompted his decision to launch a major new effort to raise</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">analytical standards.10</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin advocated an approach to structured argumentation</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">called “linchpin analysis,” to which he contributed muscular terms designed</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">to overcome many CIA professionals’ distaste for academic nomenclature.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">The standard academic term “key variables” became drivers.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">“Hypotheses” concerning drivers became linchpins—assumptions</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">underlying the argument—and these had to be explicitly spelled out.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin also urged that greater attention be paid to analytical processes</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">for alerting policymakers to changes in circumstances that would</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">increase the likelihood of alternative scenarios. </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin thus worked to put in place systematic and transparent</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">standards for determining whether analysts had met their responsibilities</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">for critical thinking. To spread understanding and application of the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">standards, he mandated creation of workshops on linchpin analysis for</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">managers and production of a series of notes on analytical tradecraft.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">He also directed that the DI’s performance on tradecraft standards be</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">tracked and that recognition be given to exemplary assessments. Perhaps</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">most ambitious, he saw to it that instruction on standards for analysis</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">was incorporated into a new training course, “Tradecraft 2000.” Nearly</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">all DI managers and analysts attended this course during 1996–97.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">As of this writing (early 1999), the long-term staying power of</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">MacEachin’s tradecraft initiatives is not yet clear. But much of what he</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">advocated has endured so far. Many DI analysts use variations on his</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">linchpin concept to produce soundly argued forecasts. In the training</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">realm, “Tradecraft 2000” has been supplanted by a new course that teaches</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the same concepts to newer analysts. But examples of what MacEachin</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">would label as poorly substantiated analysis are still seen. Clearly, ongoing</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">vigilance is needed to keep such analysis from finding its way into</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">DI products.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Richards Heuer</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Dick Heuer was—and is—much less well known within the CIA</span><br />
<span style="color: purple;">than Kent, Gates, and MacEachin. He has not received the wide acclaim</span><br />
<span style="color: purple;">that Kent enjoyed as the father of professional analysis, and he has lacked</span><br />
<span style="color: purple;">the bureaucratic powers that Gates and MacEachin could wield as DDIs.</span><br />
<span style="color: purple;">But his impact on the quality of Agency analysis arguably has been at</span><br />
<span style="color: purple;">least as important as theirs.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer received a degree in philosophy in 1950 from Williams</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">College, where, he notes, he became fascinated with the fundamental</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">epistemological question, “What is truth and how can we know it?” In</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">1951, while a graduate student at the University of California’s Berkeley</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">campus, he was recruited as part of the CIA’s buildup during the Korean</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">War. The recruiter was Richard Helms, OSS veteran and rising player in</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">the Agency’s clandestine service. Future DCI Helms, according to Heuer,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">was looking for candidates for CIA employment among recent graduates</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">of Williams College, his own alma mater. Heuer had an added advantage</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">as a former editor of the college’s newspaper, a position Helms had held</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">some 15 years earlier.11</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">In 1975, after 24 years in the Directorate of Operations, Heuer</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">moved to the DI. His earlier academic interest in how we know the truth</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">was rekindled by two experiences. One was his involvement in the controversial</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">case of Soviet KGB defector Yuriy Nosenko. The other was</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">learning new approaches to social science methodology while earning a</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Master’s degree in international relations at the University of Southern</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">California’s European campus.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">At the time he retired in 1979, Heuer headed the methodology unit</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">in the DI’s political analysis office. He originally prepared most of the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">chapters in this book as individual articles between 1978 and 1986; many</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">of them were written for the DI after his retirement. He has updated the</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">articles and prepared some new material for inclusion in this book.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Heuer’s Central Ideas</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b> </b> </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Dick Heuer’s writings make three fundamental points about the</span><br />
<span style="color: purple;">cognitive challenges intelligence analysts face:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• The mind is poorly “wired” to deal effectively with both inherent</span><br />
<span style="color: purple;">uncertainty (the natural fog surrounding complex, indeterminate</span><br />
<span style="color: purple;">intelligence issues) and induced uncertainty (the man-made fog</span><br />
<span style="color: purple;">fabricated by denial and deception operations).</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Even increased awareness of cognitive and other “unmotivated”</span><br />
<span style="color: purple;">biases, such as the tendency to see information confirming an already-</span><br />
<span style="color: purple;">held judgment more vividly than one sees “disconfirming”</span><br />
<span style="color: purple;">information, does little by itself to help analysts deal effectively</span><br />
<span style="color: purple;">with uncertainty.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Tools and techniques that gear the analyst’s mind to apply higher</span><br />
<span style="color: purple;">levels of critical thinking can substantially improve analysis on</span><br />
<span style="color: purple;">complex issues on which information is incomplete, ambiguous,</span><br />
<span style="color: purple;">and often deliberately distorted. Key examples of such intellectual devices</span><br />
<span style="color: purple;">include techniques for structuring information, challenging</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">assumptions, and exploring alternative interpretations.</span><br />
<span style="color: purple;">The following passage from Heuer’s 1980 article entitled “Perception:</span><br />
<span style="color: purple;">Why Can’t We See What Is There to be Seen?” shows that his ideas were</span><br />
<span style="color: purple;">similar to or compatible with MacEachin’s concepts of linchpin analysis.</span><br />
<span style="color: purple;">Given the difficulties inherent in the human processing of complex</span><br />
<span style="color: purple;">information, a prudent management system should:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Encourage products that (a) clearly delineate their assumptions</span><br />
<span style="color: purple;">and chains of inference and (b) specify the</span><br />
<span style="color: purple;">degree and source of the uncertainty involved in the</span><br />
<span style="color: purple;">conclusions.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Emphasize procedures that expose and elaborate alternative</span><br />
<span style="color: purple;">points of view—analytic debates, devil’s advocates,</span><br />
<span style="color: purple;">interdisciplinary brainstorming, competitive</span><br />
<span style="color: purple;">analysis, intra-office peer review of production, and</span><br />
<span style="color: purple;">elicitation of outside expertise.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer emphasizes both the value and the dangers of mental models,</span><br />
<span style="color: purple;">or mind-sets. In the book’s opening chapter, entitled “Thinking About</span><br />
<span style="color: purple;">Thinking,” he notes that:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">[Analysts] construct their own version of “reality” on the basis</span><br />
<span style="color: purple;">of information provided by the senses, but this sensory input</span><br />
<span style="color: purple;">is mediated by complex mental processes that determine</span><br />
<span style="color: purple;">which information is attended to, how it is organized, and the</span><br />
<span style="color: purple;">meaning attributed to it. What people perceive, how readily</span><br />
<span style="color: purple;">they perceive it, and how they process this information after</span><br />
<span style="color: purple;">receiving it are all strongly influenced by past experience, education,</span><br />
<span style="color: purple;">cultural values, role requirements, and organizational</span><br />
<span style="color: purple;">norms, as well as by the specifics of the information received.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">This process may be visualized as perceiving the world through</span><br />
<span style="color: purple;">a lens or screen that channels and focuses and thereby may distort</span><br />
<span style="color: purple;">the images that are seen. To achieve the clearest possible image . . .</span><br />
<span style="color: purple;">analysts need more than information . . .</span><br />
<span style="color: purple;">They also need to understand the lenses through which this information</span><br />
<span style="color: purple;">passes. These lenses are known by many terms—mental models,</span><br />
<span style="color: purple;">mind-sets, biases, or analytic assumptions.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">In essence, Heuer sees reliance on mental models to simplify and</span><br />
<span style="color: purple;">interpret reality as an unavoidable conceptual mechanism for intelligence</span><br />
<span style="color: purple;">analysts—often useful, but at times hazardous. What is required of analysts,</span><br />
<span style="color: purple;">in his view, is a commitment to challenge, refine, and challenge again</span><br />
<span style="color: purple;">their own working mental models, precisely because these steps are central</span><br />
<span style="color: purple;">to sound interpretation of complex and ambiguous issues.</span><br />
<span style="color: purple;">Throughout the book, Heuer is critical of the orthodox prescription</span><br />
<span style="color: purple;">of “more and better information” to remedy unsatisfactory analytic performance.</span><br />
<span style="color: purple;">He urges that greater attention be paid instead to more intensive</span><br />
<span style="color: purple;">exploitation of information already on hand, and that in so doing,</span><br />
<span style="color: purple;">analysts continuously challenge and revise their mental models.</span><br />
<span style="color: purple;">Heuer sees mirror-imaging as an example of an unavoidable cognitive</span><br />
<span style="color: purple;">trap. No matter how much expertise an analyst applies to interpreting</span><br />
<span style="color: purple;">the value systems of foreign entities, when the hard evidence runs out</span><br />
<span style="color: purple;">the tendency to project the analyst’s own mind-set takes over.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">In Chapter 4, Heuer observes:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">To see the options faced by foreign leaders as these leaders see</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">them, one must understand their values and assumptions and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">even their misperceptions and misunderstandings. Without</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">such insight, interpreting foreign leaders’ decisions or forecasting</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">future decisions is often nothing more than partially informed</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">speculation. Too frequently, foreign behavior appears</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">“irrational” or “not in their own best interest.” Such conclusions</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">often indicate analysts have projected American values</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">and conceptual frameworks onto the foreign leaders and societies,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">rather than understanding the logic of the situation as it</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">appears to them.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Competing Hypotheses</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b> </b> </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">To offset the risks accompanying analysts’ inevitable recourse to mirror-</span><br />
<span style="color: purple;">imaging,
Heuer suggests looking upon analysts’ calculations about foreign
beliefs and behavior as hypotheses to be challenged. Alternative</span><br />
<span style="color: purple;">hypotheses need to be carefully considered—especially those that cannot</span><br />
<span style="color: purple;">be disproved on the basis of available information.</span><br />
<span style="color: purple;">Heuer’s concept of “Analysis of Competing Hypotheses” (ACH) is</span><br />
<span style="color: purple;">among his most important contributions to the development of an intelligence</span><br />
<span style="color: purple;">analysis methodology. At the core of ACH is the notion of</span><br />
<span style="color: purple;">competition among a series of plausible hypotheses to see which ones</span><br />
<span style="color: purple;">survive a gauntlet of testing for compatibility with available information.</span><br />
<span style="color: purple;">The surviving hypotheses—those that have not been disproved—are subjected</span><br />
<span style="color: purple;">to further testing. ACH, Heuer concedes, will not always yield the</span><br />
<span style="color: purple;">right answer. But it can help analysts overcome the cognitive limitations</span><br />
<span style="color: purple;">discussed in his book.</span><br />
<span style="color: purple;">Some analysts who use ACH follow Heuer’s full eight-step methodology.</span><br />
<span style="color: purple;">More often, they employ some elements of ACH—especially the</span><br />
<span style="color: purple;">use of available information to challenge the hypotheses that the analyst</span><br />
<span style="color: purple;">favors the most. </span><br />
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Denial and Deception</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: purple;"><b> </b> </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s path-breaking work on countering denial and deception</span><br />
<span style="color: purple;">(D&D) was not included as a separate chapter in this volume. But his</span><br />
<span style="color: purple;">brief references here are persuasive.</span><br />
<span style="color: purple;">He notes, for example, that analysts often reject the possibility of deception</span><br />
<span style="color: purple;">because they see no evidence of it. He then argues that rejection</span><br />
<span style="color: purple;">is not justified under these circumstances. If deception is well planned</span><br />
<span style="color: purple;">and properly executed, one should not expect to see evidence of it readily</span><br />
<span style="color: purple;">at hand. Rejecting a plausible but unproven hypothesis too early tends</span><br />
<span style="color: purple;">to bias the subsequent analysis, because one does not then look for the</span><br />
<span style="color: purple;">evidence that might support it. The possibility of deception should not</span><br />
<span style="color: purple;">be rejected until it is disproved or, at least, until a systematic search for</span><br />
<span style="color: purple;">evidence has been made and none has been found.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Heuer’s Impact</b></span></div>
<div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s influence on analytic tradecraft began with his first articles.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">CIA officials who set up training courses in the 1980s as part of then-</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">DDI Gates’s quest for improved analysis shaped their lesson plans partly</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">on the basis of Heuer’s findings. Among these courses were a seminar on</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">intelligence successes and failures and another on intelligence analysis.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"> The courses influenced scores of DI analysts, many of whom are now</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">in the managerial ranks. The designers and teachers of Tradecraft 2000</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">clearly were also influenced by Heuer, as reflected in reading selections,</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">case studies, and class exercises.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s work has remained on reading lists and in lesson plans for</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">DI training courses offered to all new analysts, as well as courses on warning</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">analysis and on countering denial and deception. Senior analysts and</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">managers who have been directly exposed to Heuer’s thinking through</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">his articles, or through training courses, continue to pass his insights on</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">to newer analysts.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;"><b>Recommendations</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">Heuer’s advice to Agency leaders, managers, and analysts is pointed:</span><br />
<span style="color: purple;">To ensure sustained improvement in assessing complex issues, analysis</span><br />
<span style="color: purple;">must be treated as more than a substantive and organizational process.</span><br />
<span style="color: purple;">Attention also must be paid to techniques and tools for coping with</span><br />
<span style="color: purple;">the inherent limitations on analysts’ mental machinery. He urges that</span><br />
<span style="color: purple;">Agency leaders take steps to:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Establish an organizational environment that promotes and rewards</span><br />
<span style="color: purple;">the kind of critical thinking he advocates—or example,</span><br />
<span style="color: purple;">analysis on difficult issues that considers in depth a series of plausible</span><br />
<span style="color: purple;">hypotheses rather than allowing the first credible hypothesis</span><br />
<span style="color: purple;">to suffice.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Expand funding for research on the role such mental processes</span><br />
<span style="color: purple;">play in shaping analytical judgments. An Agency that relies on</span><br />
<span style="color: purple;">sharp cognitive performance by its analysts must stay abreast</span><br />
<span style="color: purple;">of studies on how the mind works—i.e., on how analysts reach</span><br />
<span style="color: purple;">judgments.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• Foster development of tools to assist analysts in assessing information.</span><br />
<span style="color: purple;">On tough issues, they need help in improving their mental</span><br />
<span style="color: purple;">models and in deriving incisive findings from information they</span><br />
<span style="color: purple;">already have; they need such help at least as much as they need</span><br />
<span style="color: purple;">more information. </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">I offer some concluding observations and recommendations, rooted</span><br />
<span style="color: purple;">in Heuer’s findings and taking into account the tough tradeoffs facing</span><br />
<span style="color: purple;">intelligence professionals:</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• <i>Commit to a uniform set of tradecraft standards based on the insights<br />in this book.</i> Leaders need to know if analysts have done their</span><br />
<span style="color: purple;">cognitive homework before taking corporate responsibility for</span><br />
<span style="color: purple;">their judgments. Although every analytical issue can be seen as</span><br />
<span style="color: purple;">one of a kind, I suspect that nearly all such topics fit into about</span><br />
<span style="color: purple;">a dozen recurring patterns of challenge based largely on variations</span><br />
<span style="color: purple;">in substantive uncertainty and policy sensitivity. Corporate</span><br />
<span style="color: purple;">standards need to be established for each such category. And the</span><br />
<span style="color: purple;">burden should be put on managers to explain why a given analytical</span><br />
<span style="color: purple;">assignment requires deviation from the standards. I am</span><br />
<span style="color: purple;">convinced that if tradecraft standards are made uniform and</span><br />
<span style="color: purple;">transparent, the time saved by curtailing personalistic review of</span><br />
<span style="color: purple;">quick-turnaround analysis (e.g., “It reads better to me this way”)</span><br />
<span style="color: purple;">could be “re-invested” in doing battle more effectively against</span><br />
<span style="color: purple;">cognitive pitfalls. (“Regarding point 3, let’s talk about your assumptions.”)</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• <i>Pay more honor to “doubt.”</i> Intelligence leaders and policymakers</span><br />
<span style="color: purple;">should, in recognition of the cognitive impediments to sound</span><br />
<span style="color: purple;">analysis, establish ground rules that enable analysts, after doing</span><br />
<span style="color: purple;">their best to clarify an issue, to express doubts more openly. They</span><br />
<span style="color: purple;">should be encouraged to list gaps in information and other obstacles</span><br />
<span style="color: purple;">to confident judgment. Such conclusions as “We do not</span><br />
<span style="color: purple;">know” or “There are several potentially valid ways to assess this</span><br />
<span style="color: purple;">issue” should be regarded as badges of sound analysis, not as dereliction</span><br />
<span style="color: purple;">of analytic duty.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="color: purple;">• <i>Find a couple of successors to Dick Heuer. Fund their research. Heed<br />their findings.</i></span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">—–</span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">. <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">2. Jack Davis served with the Directorate of Intelligence (DI), the National Intelligence</span></span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Council, and the Office of Training during his CIA career. He is now an independent contractor</span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">who specializes in developing and teaching analytic tradecraft. Among his publications is</span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Uncertainty, Surprise, and Warning (1996).</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">3. See, in particular, the editor’s unclassified introductory essay and “Tribute” by Harold P. Ford</span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">in Donald P. Steury, Sherman Kent and the Board of National Estimates: Collected Essays (CIA,</span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Center for the Study of Intelligence, 1994). Hereinafter cited as Steury, Kent.</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: xx-small;">4. Sherman Kent, Writing History, second edition (1967). The first edition was published<br />in 1941, when Kent was an assistant professor of history at Yale. In the first chapter, “Why<br />History,” he presented ideas and recommendations that he later adapted for intelligence analysis</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">5.Kent, “Estimates and Influence” (1968), in Steury, Kent.</span> </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">. <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">6. Casey, very early in his tenure as DCI (1981-1987), opined to me that the trouble with</span><br /><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">Agency analysts is that they went from sitting on their rear ends at universities to sitting on</span><br /><span style="font-family: 'Helvetica Neue',Arial,Helvetica,sans-serif;">their rear ends at CIA, without seeing the real world.</span></span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><br />. 7. “The Gates Hearings: Politicization and Soviet Analysis at CIA”, Studies in Intelligence<br />(Spring 1994). “Communication to the Editor: The Gates Hearings: A Biased Account,” Studies<br />in Intelligence (Fall 1994).</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><br />.8. DCI Casey requested that the Agency’s training office provide this seminar so that, at the<br />least, analysts could learn from their own mistakes. DDI Gates carefully reviewed the statement<br />of goals for the seminar, the outline of course units, and the required reading list. </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;">. <span style="font-size: xx-small;">9. Unclassified paper published in 1994 by the Working Group on Intelligence Reform, which<br />had been created in 1992 by the Consortium for the Study of Intelligence, Washington, DC.</span></span><br />
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"><br />10. Discussion between MacEachin and the author of this Introduction, 1994.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple; font-size: xx-small;"> 11. Letter to the author of this Introduction, 1998.</span></div>
<br />
<br />
<div style="color: red; text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">READ MORE ?</b></span></div>
<div style="color: red; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="color: red; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"> <span style="font-size: large;">Please Click :</span></span></b></div>
<div style="color: red;">
<br /></div>
<div style="color: red; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<b><span style="font-size: small;">https://www.cia.gov/library/center-for-the-study-of-intelligence/csi-publications/books-and-monographs/psychology-of-intelligence-analysis/copy_of_index.html</span></b></div>
<div style="color: red; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="color: red; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-36712611548403173322009-11-09T21:55:00.039+07:002013-01-15T23:34:00.525+07:00c o r p u s | Alam Manusia Dalam Fenomenologi ~ M.A.W. Brouwer<div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: center;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><br />
</b></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzhrlqLOubmbR0vjMOUlCOieb8xsWrBC7w19m2cdcBkiEi_9S_IzRDjhWRRpEvvzZqMd6hXFjwi0eGS6_VnzrAaT0ATpuAO9my_3fJTtsShAmWbqu6VirDC7RV3p_j6EEOE7p7Wc0ky2E/s1600/33988_1600x1200-wallpaper-cb1302009808.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzhrlqLOubmbR0vjMOUlCOieb8xsWrBC7w19m2cdcBkiEi_9S_IzRDjhWRRpEvvzZqMd6hXFjwi0eGS6_VnzrAaT0ATpuAO9my_3fJTtsShAmWbqu6VirDC7RV3p_j6EEOE7p7Wc0ky2E/s320/33988_1600x1200-wallpaper-cb1302009808.jpg" width="320" /></a></div>
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><br />
</b></span></div>
<blockquote>
<blockquote>
<div mce_="" style="color: #cc9933; font-family: lucida grande; font-weight: bold; text-align: center;">
<i><span style="font-size: 100%;">Kau bisa tahu apakah seseorang telah dikalahkan di dunia ini</span></i></div>
<div mce_="" style="color: #cc9933; font-family: lucida grande; font-weight: bold; text-align: center;">
<i><span style="font-size: 100%;">dari caranya berjalan di jalanan kota.</span></i></div>
<div mce_="" style="color: #cc9933; font-family: lucida grande; font-weight: bold; text-align: center;">
<i><span style="font-size: 100%;">Ada ribuan cara kekalahan,</span></i></div>
<div mce_="" style="color: #cc9933; font-family: lucida grande; font-weight: bold; text-align: center;">
<i><span style="font-size: 100%;">masing-masing berdasar pada morfologi spesifik,</span></i></div>
<div mce_="" style="color: #cc9933; font-family: lucida grande; font-weight: bold; text-align: center;">
<i><span style="font-size: 100%;">tetapi semua sangat jelas menunjukkan siapa mereka itu.</span></i></div>
<div mce_style="text-align: center;" style="color: #cc9933; font-family: lucida grande; text-align: center;">
<i>E.L. Doctorow; 'City of God', Q-Press, 2007</i></div>
</blockquote>
</blockquote>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: black; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span style="color: #339999;"><span style="color: black;"><br />
</span></span></b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: black; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span style="color: #339999;"><span style="color: black;">Buku 'Alam Manusia Dalam Fenomenologi', karya M.A.W. Brouwer, yang diterbitkan di Jakarta pada tahun 1988 oleh PT Gramedia, merupakan salah satu literasi berkualitas yang berupaya membedah tentang psikologi dan fenomenologi secara mendalam, dengan eksplorasi bahasa yang lumayan sulit namun memikat.</span></span></b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: black; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span style="color: #339999;"><span style="color: black;"> </span></span> </b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #339999; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span style="color: #339999;"><span style="color: black;">Pada bagian belakang sampul buku disebutkan: </span></span><span mce_="" style="color: black;">"</span><span style="color: black;">Fenomenologi beranggapan bahwa kesadaran manusia bukan suatu sistem tertutup, melainkan suatu keterarahan ke luar, ke dalam lingkungannya. Bertolak dari anggapan itu, maka diterima adanya hubungan dialektis antara manusia dan lingkungannya. Fenomenologi lebih berhasil menjelaskan hubungan dialektis itu daripada penjelasan dari empirisme dan intelektualisme, yang lebih menitikberatkan hubungan kausal. Pada hal hubungan dialektis jauh lebih komprehensif dan kaya perspektif mendekati esensi kehidupan yang sebenarnya. MAW Brouwer, penulis buku ini merupakan seorang pendukung filsafat fenomenologi untuk membantu pengembangan psikologi yang sekarang cenderung empiristis dan intelektualistis. Bertolak dari beberapa pandangan ahli fenomenologi, terutama pandangan Maurice Merleau-Ponty, pengarang ingin menjelaskan apa artinya lingkungan manusia itu. Lingkungan yang dijelaskan bukan sekadar gambaran alam inderawi, tetapi suatu lingkungan yang ingin dikuasi manusia lewat badannya. Sebuah alam manusia yang terbentuk dan menjelma dalam kesadaran tentang ruang dan waktu.</span><span mce_="" style="color: black;">"</span></b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #339999; text-align: justify;">
<br /></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #339999; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span style="color: #339999;"><span style="color: black;">Almarhum Martinus Anton Wesel (M.A.W.) Brouwer, adalah warga negara Belanda, yang menamatkan studi kepsikologiannya di Fakultas Paedagogi Universitas Nijmegen (1950) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1961), dan kemudian semasa hidupnya teguh mengabdikan diri menjadi dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran di Bandung.</span></span></b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #339999; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span style="color: #339999;"><span style="color: black;"> </span></span><br />
</b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #339999; text-align: justify;">
<span mce_="" style="color: #339999;"><b><span style="color: black;">Berikut ini disajikan petikan-petikan intisari narasinya untuk dinikmati, dicermati, ataupun dikritisi:</span></b></span> <span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span mce_="" style="color: teal;"> </span></b></span><span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span mce_="" style="color: teal;"> </span></b></span></div>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #00ccff;"><b><span style="color: #6666cc;">Undang-undang dasar dari fenomenologi ialah intensionalisme yaitu dialektika Brentano yang mengatakan tidak ada hal yang dilihat kalau tidak ada yang melihat dan sebaliknya, tidak ada subyek (yang melihat) kalau tidak ada obyek (yang dilihat). Pendek kata fenomenologi mulai dengan kebenaran absolut: tidak ada dunia tanpa manusia dan tidak ada manusia tanpa dunia. Manusia ialah </span><i style="color: #6666cc;">etre au monde </i><span style="color: #6666cc;">(</span><span style="color: #6666cc;">zijn aan een wereld</span><span style="color: #6666cc;">): hidup artinya melihat sesuatu (dunia). </span></b></span><span mce_="" style="color: #6666cc;"><b><span mce_="" style="color: teal;"> </span></b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #cc99ff;"><b><span mce_="" style="color: teal;"><span mce_="" style="color: #00ccff;"><span style="color: #6666cc;">Manusia</span> <span style="color: #6666cc;">terbuka untuk dunia (eksistensi) dan dunia terbuka untuk manusia. Pengamatan (mengamati) ialah suatu relasi yang prasadar. Badan tahu hal lebih banyak tentang dunia dari saya sendiri dan anak kecil tidak usah diajar bagaimana dia harus pasang mata atau telinga. Waktu meraba, kecepatan gerak tangan menentukan sifat dari pengamatan perabaan dan secara tak sadar kita menentukan kecepatan itu supaya terjadi perabaan optimal. Dialektika prasadar dari badan dan dunia disebut </span><i style="color: #6666cc;">arkeologi </i><span style="color: #6666cc;">atau eksistensi dari badan subyek. Pengamatan, baik sadar maupun tidak sadar (ambiguitas), tidak seratus persen gelap, tidak seratus persen terang dan manusia selalu mungkin keliru.</span></span></span></b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b><span mce_="" style="color: #00ccff;"><span style="color: #6666cc;">Pengamatan</span> <span style="color: #6666cc;">ialah pintu menuju dunia dan pengamatan ialah suatu teka-teki. Hanya mereka yang menghapuskan semua dongeng dari realisme (di luar saya ada dunia yang wujud), idealisme (saya mengenal benda di luar dengan sempurna), bisa melihat gejala misterius yang disebut pengamatan yaitu munculnya suatu alam dalam pengalaman.</span></span></b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b><span mce_="" style="color: #00ccff;"><span style="color: #6666cc;">Segala</span> <span style="color: #6666cc;">hal yang diamati hanya bisa diamati kalau muncul dalam suatu konteks (</span><i style="color: #6666cc;">forme</i><span style="color: #6666cc;">, Gestalt), saya baru mengenal rumah saya kalau muncul dalam lingkungannya dan andaikata saya bertemu dengan teman di luar negeri, saya mula-mula tak kenal dia karena dia harus disesuaikan dulu dengan lingkungan yang baru.</span></span></b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b><span mce_="" style="color: #00ccff;"><span style="color: #6666cc;">Melihat</span> <span style="color: #6666cc;">menurut Merleau-Ponty ialah masuk ke dalam alam benda-benda yang menampakkan dirinya, dan tidak bisa menampakkan diri andaikata benda itu tidak dulu menyembunyikan dirinya di belakang saya atau di belakang benda-benda yang diamati. Melihat sesuatu ialah mengambil tempat dari benda yang diamati, saya meninjau dari tempat itu semua benda yang mengarahkan mukanya pada benda itu, saya mendiami benda yang diamati. Karena saya melihat semua benda itu bersama benda yang diamati, maka benda-benda itu tetap bagi saya tempat-tempat kediaman yang terbuka sehingga benda yang diamati bisa dilihat dari pelbagai sudut. Setiap benda mencerminkan benda-benda lain.</span></span></b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #00ccff;"><b><span style="color: #6666cc;">Manusia</span> <span style="color: #6666cc;">tak pernah menjadi sanggup menangkap dan mengerti dirinya secara keseluruhan dan dengan kejernihan sempurna. Badan yang dialami hanya dialami setengah-setengah dan pengamatan tak pernah selesai justru karena diarahkan menuju suatu alam. </span></b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #00ccff;"><b><span style="color: #6666cc;">Contoh</span> <span style="color: #6666cc;">yang masyhur yang diberikan Sartre ialah orang yang menengok lewat lubang kunci pintu dan melihat bahwa dia dilihat. Badannya membeku dan badan dari orang yang cemburu berubah menjadi benda, menjadi asing dan kaku. Justru dalam contoh itu menjadi nyata bahwa kita tidak hanya mempunyai suatu badan tapi juga meng-hi-dup-i badan itu, </span><i style="color: #6666cc;">we live our body</i><span style="color: #6666cc;">. Saya mempunyai dan saya adalah suatu badan (</span><span style="color: #6666cc;">corps vecu</span><span style="color: #6666cc;">). Hal itu berarti menurut Sartre, bahwa ada perhubungan antara badan dan dunia.</span></b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b><span mce_="" style="color: #00ccff;"><span style="color: #6666cc;">Menurut</span> <span style="color: #6666cc;">Bakker pendapat Merleau-Ponty mengenai badan manusia bisa diringkaskan sebagai berikut. Manusia ialah suatu mahluk unik, dia tidak seratus persen mahluk jasmaniah dan tidak seratus persen rohaniah. Sejauh manusia dapat diketahui, dia mewahyukan suatu realitas khusus yaitu suatu segi badan dan roh dalam suatu dialektika atau kausalitas sirkuler. Badan yang hidup ialah badan yang menciptakan makna (</span><span style="color: #6666cc;">sense giving body</span><span style="color: #6666cc;">). Hal itu menjadi nyata dari gerak-gerik badan manusia. Buytendijk menganalisa badan kewanitaan dan atas dasar itu dia melukiskan alam (makna) wanita. Mengubahkan raut muka dan mengepalkan tinju waktu marah dipersatukan dengan perasaan kemarahan dan tidak bisa dikatakan perasaan menyebabkan gerakan atau gerakan menyebabkan perasaan. Merasa dan bergerak ialah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. </span></span></b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Dan dari eksistensi, badan tidak bisa dianalisa seperti mayat diurai, badan mengatasi dirinya dalam suatu transendensi. Berdasar transendensi badan manusia terjadi kemungkinan dari ko-eksistensi. Saya bisa bertemu dengan orang lain tidak dalam suatu ruang pemikiran atau ruang geografis dari ilmu fisika, melainkan dalam ruang eksistensi karena baik badan saya maupun badan dia berakar dalam lingkungan yang bermakna dengan habitat yang sama.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Badan sebagai fenomenon tidak bisa sekonyong-konyong ditukarkan dengan badan yang diraba, diketok, atau diurai sang ahli ilmu faal.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Keanehan dari badan ialah kenyataan bahwa badan selalu berada bersama saya dan tidak seperti kursi atau meja</b> <b>kadang-kadang hilang dari alam pengalaman.</b> <b>Permanensi dari badan itu bukan suatu <i>fixed</i> <i>scene</i> </b><b>yang nampak dalam dunia. Permanensi badan ialah suatu <i>faktor lateral </i>yang menemani semua titik tolak (all points of view) suatu titik yang tidak bisa dihilangkan atau didefinisikan sebagai suatu titik tolak sendiri.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Badan itu tidak hidup d i d a l a m ruang tapi mendiami ruang (it doesn't live in space but it lives space) hal mana disebut habitat atau tempat kediaman.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Badan sebagai subyek pengamatan bukan suatu intensionalitas yang sadar. Pengamatan bukan suatu pikiran, bukan pengertian atau usaha yang sadar. Yang membuat sintesa dari melihat, meraba, dan mendengar bukan subyek epistemologis. Yang membuat sintesa itu ialah badan yang menarik dirinya ke luar dispersi dan mengumpulkan dirinya, meluncurkan diri dengan segala tenaga menuju satu-satunya dari gerakan itu, dan menciptakan satu intensi dalam synergeia badan itu. Hal itu bukan pikiran, artinya tidak terjadi dalam cahaya terang orang yang tahu; badan itu mengambil alih semua pengetahuan badan terhadap dirinya sendiri dan dunia sebagai milik yang jadi haknya, t<i>he body takes over as aquired all the latent knowledge which my body has of itself</i>. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Dasar dari segala hal dalam badan ialah hal mengada pada dunia (beeing to a world, <i>etre au monde</i>)</b>. <b>Karena badan membawa saya pada dunia badan itu membawa saya ke ruang waktu. Sejauh saya mempunyai badan dan beraksi dalam dunia bisa dikatakan ruang dan waktu bagi saya bukan sejumlah titik satu sebelah yang lain, bukan sejumlah tak terhingga banyak relasi yang harus dibuat oleh kesadaran. Saya tidak terdapat di dalam ruang atau di dalam waktu tapi saya adalah ruang, saya adalah waktu, <i>I am at time</i>, <i>I am at space</i>. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Begitulah bisa dikatakan bahwa hal mengada kepada dunia ialah mengumpulkan diri menuju dunia, <i>to exist towards the things in the world</i>. Eksistensi menuju dunia mendahului semua tematisasi, kategorisasi, dan predikasi (pikiran). Hal itu juga berlaku di bidang refleks, kalau saya tergelincir di jalan (kulit pisang) sebelum berpikir saya menemui keseimbangan kembali karena badan lebih baik tahu dunia dari pada saya sebagai pemikir. </b></li>
</ul>
<ul><b> </b></ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Badan dan roh, bahan dan kesadaran tidak boleh dipisahkan. Kesadaran dan infrastruktur yang menjadi dasar kesadaran tidak bisa diceraikan. Manusia menciptakan kemanusiaan di dalam realitas dan tidak di luar bahan. Manusia ialah suatu Gestalt, suatu kreativitas, hal baru yang terjadi dalam permainan kebetulan pelbagai unsur. Gestalt ialah suatu sebab bersama dengan dan di dalam bermacam-macam kondisi.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Tidak mungkin membayangkan manusia tanpa kepala atau manusia tanpa seksualitas.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Manusia bukan spesies naturalis melainkan suatu "idee historique".</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Kalau benar bahwa manusia ialah kejadian kontingen sifat kebetulan memang kelihatan. <i>Kontingensi itu paling nyata dalam mortalitas</i>, manusia muncul dan hilang dalam hal mengada. Waktu ialah <i>conditio sine qua non</i> dari eksistensi syarat yang harus dipenuhi supaya eksistensi menjadi mungkin.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Eksistensi dengan tugas-tugas dan tujuan-tujuan tidak bisa begitu saja disamakan dengan waktu karena waktu juga mengalir lewat kita kalau tidak ada tugas yang harus diselesaikan atau pekerjaan yang harus dijalankan. Hidup tidak diperwujudkan dengan waktu meskipun eksistensi tidak mungkin tanpa waktu. Waktu sendiri hanya mengalir dan tidak mengerjakan apa-apa. Waktu tidak bisa dihindarkan, <i>kewaktuan sebagai pembatasan eksistensi</i> (maut sebagai penghabisan yang mengerikan) pura-pura hilang kalau segala perbuatan dalam pemikiran diarahkan ke waktu sekarang seperti nyonya-nyonya tua yang menghiasi diri seolah-olah muda untuk selama-lamanya.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Eksistensi sebagai praksis menjadi jelas kalau kita ingat yang pernah dikatakan (materialisme historis) bahwa manusia menciptakan dirinya dalam aktivitas produksi. Dalam negara dengan produktivitas tinggi kita menemui orang yang mutunya lebih tinggi daripada orang negara dengan produksi rendah. Sejarah ialah sejarah dari produksi, perkembangan masyarakat, hukum, politik dan ideologi dan dasar dari perkembangan itu ialah manusia. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Dalam materialisme historis sering muncul istilah "obyek manusiawi" (human object) yang diperkembangkan dalam fenomenologi. Dalam obyek semacam itu makna lekat pada obyek yang menampakkan diri dalam pengalaman. Suasana, roh atau moral dari masyarakat dalam zaman tertentu diperwujudkan, diteruskan dan dilihat dalam hal wujud dari kebudayaan. Kategori-kategori praktis menjadi sedimentasi dalam kebudayaan itu dan kategori-kategori praktis menyarankan pelbagai cara berpikir (ideologi) dan cara bertingkah laku (patterns of behaviour). Tidak bisa dikatakan ideologi ialah hal yang seratus persen subyektif atau ekonomi suatu hal yang seratus persen obyektif. Keduanya berpartisipasi dan berkomunikasi dalam eksistensi historis dan dalam obyek manusiawi yang memperwujudkan dua hal itu. Baik ideologi maupun ekonomi menjadi satu sistem yang wujud. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Di dalam dunia manusia sebagai keseluruhan moral tanpa ekonomi tidak mungkin dan ekonomi tanpa dimensi psikologis tidak bisa dibayangkan.</b></li>
</ul>
<ul><b> </b></ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Karena badan tidak dilukiskan sebagai gumpalan daging, berat dan malas atau sebagai alat di luar jiwa melainkan sebagai selubung yang hidup yang menyelubungi tingkah laku, asas tingkah laku itu tidak perlu diberikan tenaga-tenaga yang pura-pura alamiah. Maksud dan tujuan-tujuan tingkah laku kita mendapat inkarnasi yang wajar dalam gerak-gerik badan kita dan menyatakan dirinya dalam gerak-gerik itu seperti benda menyatakan dirinya dalam bayangan-bayangan (shadows).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Begitulah menjadi nyata bahwa pelbagai fenomena yang bertempat tinggal dalam badan menjadi syarat yang perlu dan cukup untuk kemungkinan adanya suatu pengamatan dan menjadi nyata juga badan menjadi perantara yang tidak mungkin tidak ada antara dunia dan pengamatan yang seterusnya dipisahkan. Tidak mungkin lagi pengamatan menjadi penangkapan benda-benda, merebut benda-benda itu sampai menjadi milik dan yang ditangkap di tempat benda-benda itu sendiri. Terjadi bahwa pengamatan menjadi suatu kejadian di dalam badan hasil dari pengaruh benda-benda atas badan itu. Dunia diperlipatgandakan, terdapat dunia wujud di luar badan saya dan dunia-bagi-saya yang pertama nomor satu yang kedua nomor dua.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Sang filsuf (seperti Descartes) mencoba mempertahankan suatu kesatuan macam (identitas spesifik) karena tidak ada kesatuan numerik antara hal yang dilihat dan aktivitas penglihatan sehingga sifat-sifat dari bayangan penglihatan diambil dari benda yang dilihat dan karena itu pengamatan dilukiskan sebagai suatu imitasi, benda di luar kita diulangi (diperlipatduakan) dalam diri kita sendiri, aktualisasi di dalam jiwa dari suatu hal yang terdapat <i>in potentia</i></b> <b>dalam suatu sensibel di luar jiwa itu.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Kalau yang disebut alam (nature) ialah suatu jumlah kejadian yang tersusun berdasar hukum-hukum (hukum alam) memang jelas bahwa pengamatan ialah bagian dari alam dan alam yang diamati (monde reel) dari sifat-sifat primer (ruang dan waktu).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Jiwalah yang mengamati dunia bukan otak, berdasar analisa dari dunia yang diamati dan corak-coraknya kita bisa menjelaskan nilai ruang (la valeur spatiale) yang diberikan dalam kasus masing-masing pada suatu titik dalam lapangan penglihatan.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Obyek-obyek dari kesadaran disebut fenomena supaya menjadi jelas bahwa benda-benda yang diamati terdapat di dalam subyek sedang dalam kehadiran dari benda-benda itu di muka subyek terdapat corak-corak yang kuat sehingga yang nampak sebagai hal yang nyata dan riil diperbedakan dengan hal yang pura-pura atau iriil. Filsafat yang membatasi diri dengan tema tersebut diberikan nama fenomenologi yaitu suatu inventarisasi dari kesadaran sebagai miliu dari universum.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Tapi sekarang kita bisa bertanya apakah kita tidak dipaksakan menerima suatu dualitas di dalam kesadaran suatu dualitas yang telah kita hindarkan antara kesadaran dan benda-benda luar kesadaran itu. Benda-benda sebagai kesatuan ideal dan sebagai signifikansi-signifikansi kita tangkap melalui segi-segi individual (shadows, abschattungen). Kalau saya melihat di muka saya sebuah buku bentuk persegi empat itu ialah suatu bentuk wujud yang "berdaging" (incarnee).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Tesis dan antitesis menyatakan dua segi. Dari satu pihak harus dikatakan bahwa memang benar pengamatan saya ialah suatu aliran kejadian-kejadian yang berlaku bagi saya sendiri. Dalam perspektivisme pengamatan sebagai pengalaman terdapat kontingensi radikal yang menjelaskan topeng realisme yang lekat pada pengamatan itu. Dari pihak lain harus dikatakan bahwa dalam pengamatan pintu dibuka menuju benda-benda sendiri karena segi-segi dari perspektif disusun sedemikian rupa sehingga jalan dibuka untuk signifikansi-signifikansi interindividual karena segi-segi itu mewakili dan mempersembahkan suatu dunia. Benda-benda dunia terdapat di mana mereka kulihat baik dalam riwayat hidup saya maupun di luarnya tanpa kemungkinan benda-benda itu dipisahkan dari dua relasi yang disebut tadi. Saya melihat benda-benda secara langsung tanpa badan saya sebagai layar putih representasi dan badan seperti benda-benda menampakkan dirinya sebagai gejala (memang benar bahwa badan itu sebagai gejala mempunyai suatu corak asli yang justru menampakkan suatu badan yang menjadi intermedium antara saya dan dunia meskipun badan itu sebetulnya bukan intermedium).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Kita harus memperbedakan makna ideal dari kejadian-kejadian psikis (makna yang mungkin benar, mungkin salah) dan makna imanen dari kejadian-kejadian itu atau suatu istilah lain, corak efektif dari pengalaman-pengalaman dan corak ideal. Begitu juga dapat kita memperbedakan suatu rekonstruksi pikiran yang tidak membebaskan kita dalam hidup emosional dan suatu pembebasan efektif yang menghasilkan suatu kemerdekaan dalam pikiran dan motivasi seperti diterangkan Goldstein.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Manusia tidak bisa direduksikan menjadi hanya konsep yang berdasar kesadaran ideal yang dibuatnya tentang dirinya sendiri seperti benda tidak bisa direduksikan menjadi konsep yang kita pakai untuk mengekspresikan benda itu.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Tapi seperti saya bisa salah faham tentang diriku sendiri dan hanya menangkap makna ideal dan pura-pura dari tingkah laku saya begitu saya bisa juga salah memahami orang lain dan hanya menangkap sampul dari tingkah lakunya. Melihat dia tak pernah (misalnya waktu dia sedih atau merasa sakit) suatu pengamatan yang serupa pengamatan kalau saya mengamati diriku sendiri atau pengamatan serupa pengamatan yang didalamnya dia mengamati dirinya sendiri. Penyesuaian antara mengamati dia dan pengamatannya terhadap dirinya sendiri hanya terjadi kalau saya cukup dekat dengan dia sehingga perasaan-perasaan kita membuat satu keseluruhan (ensemble) satu bentuk (forme) sehingga hidup saya dan hidup dia tidak lagi mengalir satu terpisah dari yang lain. Saya hanya bisa menemani dia dalam konsensus yang sulit itu dan yang jarang terjadi seperti saya hanya mengenal </b><b>gerakan asli dari saya sendiri dan hanya mengenal diriku sendiri secara jujur kalau saya telah ambil keputusan menciptakan suatu hal mengada yang jujur dan wajar (la decision d'etre a moi meme). Begitulah jelas saya tidak mengenal diriku sendiri dengan menempatkan diriku di muka diri saya sendiri sebagai suatu benda (connaitre par position) tapi memang lebih benar lagi bahwa saya tidak mempunyai suatu daya yang sudah ada waktu saya lahir untuk mengenal orang lain.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc; text-align: justify;">
<li><b>Saya bergaul dengan teman melalui makna dari tingkah lakunya tapi tugas saya ialah mencapai corak dari tingkah laku yaitu mencapai dasar di bawah perkataan-perkataannya dan isyarat-isyaratnya di mana gerakan itu diciptakan. Tingkah laku orang lain dulu memamerkan suatu modus eksistendi sebelum menyatakan suatu cara berpikir (modus cogitandi). Kalau tingkah laku mengarahkan dirinya kepada saya seperti terjadi kalau dia bicara sama saya, kalau tingkah laku itu membujuk saya menjawab sesudah tingkah laku (pembicaraan) menangkap pemikiran (saya) saya diseret dalam suatu ko-eksistensi (saya hidup bersama dia) dan tidak bisa dikatakan bahwa saya satu-satunya pencipta dari koeksistensi itu dan bisa dikatakan bahwa koeksistensi itu mendasarkan alam sosial sebagai gejala seperti pengamatan menciptakan gejala alam keliling kita. Yang dikatakan tentang percakapan teman dengan saya juga bisa dikatakan tentang benda-benda kebudayan yang kulihat dan yang menyesuaikan diri dengan daya dan tenaga saya, menimbulkan maksud dan tujuan dalam jiwaku dan menjadi obyek dari pengertian misalnya kalau saya memegang palu untuk memukul paku.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Kalau pengamatan didefinisikan sebagai perbuatan yang mewahyukan pada kita eksistensi-eksistensi memang jelas bahwa semua persoalan menjadi persoalan pengamatan. Persoalan pengamatan ialah dualitas konsep struktura (corak) dan signifikatio (konsep). Suatu corak (forma) seperti misalnya keseluruhan dari pigura dan latar belakang ialah suatu keseluruhan yang mempunyai makna dan bisa menjadi titik tolak dan dasar dari analisa intelektual. Tapi keseluruhan latar belakang pigura bukan suatu ide karena keseluruhan itu mengkonstitusikan diri, mengubahkan dirinya dan mereorganisasikan diri di muka kita sebagai suatu spektakulum yaitu seperti sandiwara atas panggung.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Andaikata ikan bisa diundang melihat samudera seperti laut dilihat burung, hewan yang hidup dalam air itu akan merasa heran sekali karena ikan melihat segala hal kecuali air. Begitulah dapat dikatakan manusia melihat segala hal kecuali alam. Yang dimaksudkan alam dalam fenomenologi bukan alam fisik seperti misalnya pernah dibaca dalam suatu paper, alam kesundaan penuh pohon kelapa. Yang dimaksudkan fenomenologi ialah alam peng-alam-an yaitu satu segi dari eksistensi seperti dijelaskan dalam intensionalisme, tidak ada yang melihat tanpa ada yang dilihat tidak ada alam tanpa pengalaman.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Dalam obyektivisme dari ilmu atau hidup sehari-hari sering terjadi benda dibayangkan sebagai hal komplit di luar kita dan manusia tidak menyadari bahwa melihat benda ialah kurang lebih menciptakan benda. Tanpa mata tidak ada cahaya dan warna dan tanpa telinga tidak ada alat musik.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Syarat mutlak untuk masuk pemikiran fenomenologis tentang alam inderia ialah menghapuskan asumsi naif tentang benda sebagai benda (Das Ding an sich).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Manusia hidup di dalam dunia, mengalami dunia dan memakainya tapi manusia dan dunia bukan hal yang sama. Manusia mentransformasikan alam menjadi alam-bagi-manusia yaitu dalam pemaknaan (pengalaman) dunia menjadi eksistensi. Manusia memberi makna pada dunia tapi hanya kerena diundang oleh dunia itu. Setiap kali muncul bahaya manusia mengabsolutkan atau dirinya atau alamnya.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Pemikiran tradisional dari ilmu pengetahuan mengenai subyek dan obyek tidak membuka pintu untuk tinjauan gejala pengamatan yang harus dilihat dengan mata seorang bayi yang baru lahir.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Pengamatan terjadi dengan tepat kalau badanku menangkap dengan baik hal yang diamati tapi hal itu tidak berarti </b><b>bahwa tangkapan (grip) itu ialah hal yang sempurna dan lengkap. Suatu pengamatan hanya lengkap (dan hal itu per definisi tidak mungkin) andaikata saya melihat pameran semua unsur dari cakrawala dalam dan luar dari benda yang diamati. Melihat ialah percaya ada dunia, saya percaya bahwa data pengamatan yang kabur nanti kalau saya meneliti lebih teliti akan menjadi lebih lengkap sesuai realitas. Kepercayaan terjamin berdasar keterbukaan saya terhadap suatu dunia. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc; text-align: justify;">
<li><b>Pengamatan ialah suatu Gestalt. Melihat seorang gadis yang punggungnya telanjang ialah hal lain daripada melihat dia berbusana dan hal itu juga berlaku kalau gadis itu hanya dilihat dari muka. Dalam perabaan benda dibangun dan tangan tidak boleh bergerak terlalu cepat atau lambat. Relasi antara yang melihat dan yang dilihat tak pernah suatu relasi sempurna karena benda hanya memberi dirinya sepihak. Yang dilihat dan yang tidak dilihat sama pentingnya sehingga tidak heran pernah dikatakan bahwa hal negatif (hal yang tidak ada) masuk secara esensial dalam corak benda-benda. Berdiri di muka rumah ialah melihat bagian belakang dari rumah sebagai bagian yang belum dilihat satu perspektif menunjuk yang lain. Benda tidak muncul kalau tidak ada suatu cakrawala (dalam) yaitu potensi-potensi melihat segi-segi lain sebagai antisipasi dari hal yang akan jadi. Hal itu juga berlaku untuk benda-benda keliling obyek yaitu benda-benda yang menjadi latar belakang. Tanpa latar belakang tidak ada pigura dan tanpa cakrawala (luar) tidak ada benda. Andaikata rumah saya muncul dengan kota lain sebagai lingkungan rumah saya tidak dikenal kembali dan dianggap suatu replika.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Hidup ialah mengada pada dunia lewat badan kita. Dalam fenomenologi kita membaharui kontak baik dengan alam maupun dengan badan dan kita juga akan menemui diri kita sendiri karena kita mengamati dengan badan dan badan ialah diri natural yaitu subyek dari pengamatan (badan subyek).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Pemikiran obyektif (biologi, astronomi dan semua sains lain) tidak melihat subyek. Sang biolog melihat kerbau tapi tidak melihat yang melihat kerbau dan astronom melihat bintang-bintang tanpa memikirkan siapa melihat bintang-bintang (kecuali kalau observasi diganggu sikap pengamat). Alam yang muncul dalam sains ialah alam lengkap yang sudah selesai (ready made) yaitu panggung macam-macam kejadian di mana juga dilihat pengamatan sebagai suatu kejadian (ilmu panca inderia dari ilmu faal atau ilmu jiwa). Seorang ahli ilmu jiwa empirisme mempelajari dalam laboratorium seorang yang melihat sesuatu dan melukiskan apa yang terjadi: dia mencatat ada rangsang-rangsang (sensations) yaitu keadaan dari sang pengamat dan sensasi itu ialah benda-benda rohani (mental things). Kejadian-kejadian itu terjadi di dalam orang yang melihat atau mendengar dan sang psikolog melukiskan kejadian itu seperti seorang ahli ilmu hayat melukiskan flora dan fauna dari salah satu daerah. Sang psikolog tidak ingat bahwa dia sendiri menciptakan ceritera itu, bahwa dia sendiri ialah <i>auctor intelectualis </i>(subyek) dari kejadian-kejadian yang dilukiskan. Dia tidak mengerti bahwa pengamatan sebagai pengalaman dia (bukan hal yang dipelajari dalam orang percobaan) berbeda sekali dengan yang dikatakannya tentang pengamatan "pada umumnya".</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Menurut Satre benda-benda muncul di sini dan di sana kalau hanya berhubung satu dengan yang lain dan tidak berhubung dengan diriku sendiri (badan), saya yang menjadi sendiri relasi dengan diriku sendiri. Ruang <i>inteligibel </i>(</b><b>ruang ilmu) ialah eksplisitasi dari ruang orientasi. Andaikata saya tidak berbadan (jasmaniah) saya tidak mengalami ruang: titik tolak segala hal ialah "di sini" yaitu badan saya.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Anak yang pegang bedil mainan, pemain sandiwara yang muncul sebagai Napoleon, musafir yang di peta dengan jarinya ikut perjalanan yang direncanakan semua orang itu bergerak secara wujud dalam ruang imajiner: lapangan eksersisi, medan pertempuran Waterloo, daerah luar negeri yang dikunjungi. Realitas-realitas imajiner dihidangkan atau dihapuskan oleh badan secara fiktip.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Manusia bukan mesin atau konstruk mekanis, dia harus dianggap sebagai suatu eksistensi (intensi). Manusia bisa memilih pelbagai macam eksistensi. Kalau dia menutup mata dan ikut irama musik dia bisa berdansa sehingga alam satu arah yang optis berubah menjadi ruang akustis dengan pelbagai arah sekaligus. Sebagai kesatuan badan-kesadaran manusia diarahkan menuju suatu alam (etre au monde), manusia bisa memilih pelbagai badan waktu kerja, main, terjun, tertawa, main cinta dan lain-lain. Seperti ada pelbagai macam kesadaran begitulah juga terdapat pelbagai macam eksistensi jasmaniah.</b></li>
</ul>
<ul>
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #3366ff;"><b><span style="color: #6666cc;">Satre sebagai seorang rasionalis (Descartes, Leibniz) berpendapat manusia ialah kesadaran dan dalam kesadaran tidak ada hal yang tersembunyi.</span><br />
</b></span></li>
</ul>
<ul>
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #6666cc;"><b>Kesadaran menurut Merleau-Ponty</b><b> bukan suatu saya tahu atau saya pikir melainkan saya bisa, saya sanggup. Kesadaran menyatakan hal mengada pada dunia yaitu lewat badan. Kesadaran sebagai saya bisa muncul sebagai suatu banyak</b><b>nya</b><b> cara</b><b> bergaul dengan apa yang diberikan. Menyadari sesuatu artinya terlibat dalam sesuatu (engagement) sehingga jelas bahwa kesadaran lebih dari berpikir, mengetahui </b><b>atau </b></span><span mce_="" style="color: #3366ff;"><b><span style="color: #6666cc;">mengamati.</span><br />
</b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Satre bilang kesadaran eksistensi sedang Merleau-Ponty berpendapat menyadari sesuatu artinya bereksistensi (bergaul). Yang dimaksudkan dengan eksistensi dalam definisi Merleau-Ponty bukan eksistensi yang mengetahui diri, yang sadar saja. Eksistensi menurut Merleau-Ponty jauh lebih luas dan dalam. Eksistensi itu ialah pemaknaan, hidup yang memberi arah, arti dan makna tidak hanya di tingkat sadar tapi terutama di bidang yang tidak sadar, yang prasadar. </b></li>
</ul>
<ul>
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span mce_="" style="color: #3366ff;"><b><span style="color: #6666cc;">Memang kita jauh dari lapangan ilmu jiwa eksperimentil dan jauh dari obyektivisme ilmu-ilmu positip. Tapi sejak Merleau-Ponty melukiskan misteri hal mengada itu ilmu jiwa atau ilmu faal lebih mengerti dirinya sebagai abstraksi dari kenyataan. Yang muncul ialah suatu gejala aneh yang disebut "daging" (chair) yaitu sensibilitas (zichtbaarheid atau tastbaarheid) yang kadang-kadang tebal dalam hal yang dilihat kadang-kadang dalam hal yang melihat. Daging dunia ialah hal dalam (depth) yang terdapat baik dalam badan maupun dalam dunia. Daging bukan istilah material bukan istilah spiritual. Paling dekat istilah </span><i style="color: #6666cc;">arche </i><span style="color: #6666cc;">(Yunani) atau elementum, suatu matriks yang menjadi sumber dari segala hal baik rokhani maupun materi.</span> </b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Kalau kita ingin melukiskan pengalaman tidak ada jalan lain daripada mengakui bahwa pengalamanku meloncat ke dalam benda-benda dan mentransendensikan dirinya dalam benda itu. Hal itu terjadi karena pengalaman itu selalu muncul dalam suatu konstelasi (framework) dari suatu situasi berhubung dengan alam (dunia) dan itulah badanku (experience comes into being within the framework of a certain setting</b><b> in </b><b> relation to the world which is the definition of my body).</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Dalam suatu catatan Merleau-Ponty menerangkan kenyataan konstansi bentuk dan ukuran sebagai konstansi eksistensial dan bukan intelektual. Konstansi berhubung dengan perbuatan pralogis yang perbuatan yang di dalamnya subyek ambil tempatnya dalam dunia ini. Bagi manusia dalam suatu lingkungan bulat yang sempurna, konstansi horisontal lebih baik dari konstansi vertikal (seperti bulan dekat cakrawala lebih besar daripada yang di zenith) sedang untuk monyet konstansi vertikal lebih baik. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Karena itu tidak bisa disangkal bahwa setiap pengamatan benda, setiap penangkapan corak atau ukuran wujud dan setiap konstansi berhubung dengan penempatan (position) suatu dunia, berhubung dengan suatu sistem peng-alam-an yang di dalamnya badanku digabungkan erat dengan gejala-gejala yang muncul. Tapi sistem pengalaman tidak dipamerkan di muka saya seolah-olah saya Tuhan karena pemandangan ku alami (is lived by me) dari satu titik tolak dan dilihat dari salah satu sudut berhubung dengan tempat yang ku duduki. Saya bukan peninjau melainkan orang yang terlibat. Saya terlibat dalam suatu titik tolak justru hal itu menyebabkan pengamatan saya terbatas dan juga keterbukaan menuju suatu dunia yang lengkap dengan suatu cakrawala untuk setiap pengamatan.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Cakrawala ialah cakrawala lingkungan dekat dan milik berangsur-angsur dari benda-benda dalam lingkungan itu terjamin karena saya tahu bahwa pohon di cakrawala tetap pohon kalau dilihat dari dekat dan mempertahankan ukurannya dan coraknya. Dengan perkataan lain pengalaman pengamatan ialah suatu keseluruhan dengan organisasi, setiap pengamatan menjadi motivasi untuk pengamatan lain dan satu pengamatan mengandung pengamatan-pengamatan lain lagi. Dunia tak lain dari pengluasan lapangan presensi dan sesuai dengan corak dari lapangan itu sedang badan ku ditempatkan dalam dunia itu tanpa menjadi obyeknya. Dunia ialah suatu kesatuan terbuka dan tanpa batas dan saya bertempat dalam dunia ini.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Pengamatan bukan ilmu. Pengamatan tidak menempatkan benda dengan jarak antara benda dan saya sendiri seperti terjadi dalam ilmu pengetahuan. Pengamatan tidak meneliti benda tapi hidup bersama benda. Opini itu atau kepercayaan primer dari pengamatan menggabungkan kita dengan dunia seperti kita digabungkan dengan tanah air dan hal mengada dari benda yang diamati ialah hal mengada antepredikatip (yang mendahului kesadaran) dan seluruh eksistensi kita diarahkan menuju hal mengada itu.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Waktu Cezanne baru mulai dia terutama mencoba melukiskan ekspresi wajah karena itu dia tidak berhasil. Lama-kelamaan dia mengerti bahwa ekspresi ialah bahasa dari benda itu sendiri dan ekspresi meloncat ke luar konfigurasi benda itu. Melukis bagi Cezanne ialah usaha menangkap kembali fisiognomi dari benda-benda dan wajah-wajah dengan suatu reproduksi integral dari konfigurasi sensibel benda-benda itu. Itulah yang tercapai alam (nature) terus menerus tanpa banyak usaha dan justru karena itu bisa dikatakan lukisan-lukisan Cezanne ialah lukisan suatu pra-dunia yang di dalamnya belum pernah ada orang. </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Benda ialah suatu hal yang maknanya tidak bisa diperbedakan daripada makna benda itu sebagai penampilan total.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Makna benda itu dibangun di muka mata kita, makna yang tidak bisa diteliti sepenuh-penuhnya dengan uraian verbal, suatu makna yang dicampurkan dengan pameran benda yang memamerkan dirinya dalam kenyataan penuh. Setiap noda warna yang ditempatkan Cezanne di kain lukisan harus mengandung atmosfer, cahaya, benda, corak, watak, garis batas dan <i>style</i> (E. Bernard). </b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Apa yang terjadi kalau seorang subyek mencoba membuat suatu sintesa dari pengamatan? Subyek harus menguasai bahan pengamatan itu dan menangkap bahan itu dalam pemikirannya. Seterusnya dia harus mengorganisasikan semua segi benda itu dan dari dalam menggabungkan semua segi benda itu. Hal itu berarti benda tidak lagi melekat pada suatu subyek individual, tidak muncul lagi ke luar suatu titik pemandangan sehingga benda itu tidak lagi mempunyai suatu transendensi (hal lain dari saya sendiri) dan hilang ketebalan (opacity). </b></li>
</ul>
<ul>
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><span style="color: #6666cc;"><b>Saya salah paham orang lain karena saya melihat dia dengan titik tinjau saya sebagai titik tolak tapi seterusnya saya mendengar</b> <b>dia menjawab dan saya mengerti</b> </span><span mce_="" style="color: #3366ff;"><b><span style="color: #6666cc;">dia suatu pusat perspektip-perspektip. Dalam situasi saya muncul situasi pasien yang ku periksa dan dalam gejala bipoler ini saya mulai mengenal diriku sendiri dan orang lain. Kita harus terjun kembali ke dalam situasi wujud yang di dalamnya baik halusinasi-halusinasi maupun realitas diberikan kepada kita dan menangkap diferensiasi wujud antara halusinasi dan realitas waktu segala hal itu terjadi dalam komunikasi dengan pasien. Saya duduk di muka pasien dan omong sama dia, dia mencoba melukiskan apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat. Sekarang bukan soal atau percaya dia atau menukarkan pengalaman dia menjadi pengalaman saya melainkan mengeksplisitkan pengalaman saya sendiri dan pengalaman pasien sebagai hal yang diberikan pada saya di dalam pengalaman saya sendiri, mengeksplisitkan kepercayaan dia yang halusinatorik dan kepercayaan saya sebagai kepercayaan wujud satu di dalam yang lain.</span></b></span></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Representasi dunia dari orang normal bisa dilukai seperti dunia sang pasien. Melihat bagi kita ialah melihat tanpa verifikasi, kesalahan teori-teori tradisionil tentang pengamatan ialah usaha memasukkan ke dalam pengamatan operasi-operasi intelektual dan pengujian <i>kritis-evidensi </i>panca inderia yang sebetulnya hanya kita pakai kalau pengamatan langsung terjadi tapi tersesat ke dalam ambiguitas. Pengamatan seperti terdapat dalam subyek sehat dan normal pengalaman privat (lepas dari verifikasi mana pun juga) menggabungkan dirinya dengan dirinya sendiri (links up with itself) dan dengan pengalaman yang berasal dari luar sehingga daerah penglihatan (landscape) membuka diri menuju masuk suatu dunia geografis, menuju pemenuhan absolut. Orang sehat tidak puas dengan subyektivitas saja, dia melarikan diri dari subyektivitas itu dan dia selalu berusaha secara serius berada di tengah dunia wujud. Orang sehat memegang waktu dengan langsung dan tanpa refleksi sedang orang yang menderita halusinasi yang memakai hal mengada dalam dunia supaya dia memotong suatu bagian dari kue itu bagi dirinya sendiri, suatu bagian dari dunia yang milik kita semua, pasien terus menerus melawan transendensi waktu.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Dalam saya sendiri sebagai orang sehat ada perbuatan-perbuatan sehingga saya menempatkan suatu benda dengan jarak di muka saya. Benda itu berhubung dengan benda lain sebelah benda itu. Benda tersebut mempunyai sifat-sifat yang dapat diteliti. Dalam diri saya ada memang pengamatan-pengamatan yang ku mengerti dengan baik. Tapi di bawah semua benda-benda itu dan di bawah semua pengamatan-pengamatan itu terdapat suatu fungsi lebih dalam</b><b>, suatu fungsi yang mendasar semua benda dan pengamatan itu. Andaikata fungsi itu tidak ada benda yang diamati tidak lagi mempunyai tanda realitas (the distinctive sign of reality). Tanda realitas itu misalnya tidak lekat pada benda-benda yang dialami seorang <i>sizofrenik. </i>Untuk kita benda-benda mulai berlaku dan menjadi penting justru berdasar fungsi mendalam itu. Fungsi itu ialah suatu momentum yang membawa kita ke luar subyektivitas. Momentum itu memberi kita suatu tempat dalam dunia sebelum terjadi pemikiran ilmiah atau verifikasi apakah pengamatan tepat atau tidak tepat.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Di dalam fenomenologi manusia muncul sebagai hal mengada pada dunia yaitu alam sebagai obyek selalu bisa dilihat sebagai pengalaman yaitu subyek.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Kalau dunia dilihat secara fenomenologis corak pertama yang muncul bukan dunia (Welt) atau mengalami dunia (Welterfahren) melainkan bentuk dari pengalaman yaitu kesayaan dari dunia, kenyataan dunia selalu muncul sebagai dunia yang ku alami. Lain ialah hal yang saya lihat dan mendengar dan corak umum dari hal yang ku lihat dan ku dengar. Segala hal yang kita alami dialami dalam satu perbuatan (Akt) yaitu perbuatan dari saya. Alam ialah hal yang mengalir dan aliran itu harus dijelaskan sebagai suatu kesayaan. Karena saya selalu muncul sebagai saya-yang-mengalami-alam kita harus ingat yang dipelajari ialah dua segi (Pol und Gegenpol) yaitu saya dan alam.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Bagaimana ego sum (saya ada) bisa dijelaskan secara fenomenologis dalam refleksi. Saya artinya alam, hal mengada pada dunia, terus-menerus saya dikelilingi alam saya terus-menerus mendiami lapangan-lapangan penginderiaan. Segala hal dalam alam mempengaruhi saya, bisa memanggil supaya diperhatikan dan hal itu berarti saya juga terus-menerus diafeksi oleh saya sendiri (ich bin unaufhorlich von mir selbst affiziert). Hal itu tidak berarti saya selalu menjadi tema perhatian bagi saya sendiri. Waktu membaca buku saya menjadi anonim bagi diriku sendiri. Memikirkan diri sendiri disebut refleksi yaitu suatu pencerminan dari diri. Saya bisa meneliti bagaimana saya berfungsi waktu mengalami alam.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Refleksi tidak menciptakan waktu melainkan mewahyukan waktu itu, refleksi ialah kewaktuan (Zeitlichkeit). Refleksi dan waktu ialah sifat dasar dari kesayaan: saya menjadi saya karena saya bisa turun atas diri saya, pulang pada diri saya (auf selbst zuruck kommen kann) dan mengenal diri saya sebagai saya. Tapi saya hanya bisa pulang pada diri sendiri karena saya sudah mendahului saya sendiri (weil ich immer schon im vor-aus bin). Dalam fungsi saya mendahului diriku sendiri dan segala hal yang berada di muka saya. Mendahului dan pulang ialah kewaktuan.</b></li>
</ul>
<ul style="color: #6666cc;">
<li mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Begitulah terjadi pengetahuan dasar dari fenomenologi: hal mengada saya dialami apodiktis dalam ego sum (saya ada) yaitu sedemikian rupa sehingga saya waktu membuka perwujudan hal mengada itu harus ikut jalan berulang-ulang dari suatu refleksi dan menemui hal mengada saya itu sebelumnya sebagai identik dengan suatu pewaktuan diri yang di dalamnya pewaktuan muncul sebagai hal yang diwaktukan: <i>Im ich bin ist mein Sein Apodiktisch erfahren aber so, dass ich die Konkretion dieses Seins auslegend den Gang einer iterativen Reflexion durchschreiten muss und mein Sein vorfinde als Identisches einer iterativen und in der iteration sich doch alleinheitlich verknupfenden Selbstzeitigung in der Zeitigendes selbst nur ist als Gezeitigtes</i> (C 3 II). * * * * *<br />
</b></li>
</ul>
<div style="color: #ff6666;">
<span mce_="" style="color: black;"><b><span style="color: #cc0000;">Rincian</span> <span style="color: #cc0000;">Peristilahan</span></b></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
A PRIORI <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari filsafat Kant. Rangsang-rangsang dari luar disebut </span><i style="font-weight: bold;">a posteriori </i><span style="font-weight: bold;">dan segala usaha manusia menyusun rangsang itu (dengan ruang waktu kategori dan ide) disebut </span><i style="font-weight: bold;">a priori</i><span style="font-weight: bold;">. Istilah itu kira-kira sama dengan </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;"> dari Husserl atau istilah subyektip dari hidup sehari-hari.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
A BIRD'S EYE VIEW :<span style="font-weight: bold;"> Melihat dunia seperti burung melihat muka bumi dari atas. Dipakai Merleau-Ponty untuk melukiskan intelektualisme atau idealisme yang menghadap alam sebagai hal yang sudah lengkap dan sedia diamati.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ABSCHATTUNG <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Jerman untuk bayang-bayangan (shadows). Istilah dipakai Husserl untuk melukiskan pengamatan. Waktu melihat salah satu benda saya tidak menangkap benda itu dengan satu tangkapan melainkan dari pelbagai segi. Seperti di layar putih benda ialah sintesa sejumlah gambaran atas pita (film stroke) begitulah benda terdiri dari sejumlah bayang-bayangan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ABSTRAKSI <span style="font-weight: bold;">: Mengambil hal umum dari hal yang khusus (esensi). Melihat sejumlah stasion yang bentuk berbeda, warnanya, tempatnya dan lain-lain saya membiarkan ciri-ciri khas dan mengambil (menarik) ciri-ciri umum sehingga mendapat abstraksi (esensi, hal umum) yaitu bangunan di mana kereta api sampai dan berangkat. Lawan abstrak ialah wujud (esensi lawan eksistensi).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
AETERNITAS <span style="font-weight: bold;">: Waktu kekal.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
AKOMODASI <span style="font-weight: bold;">: Gerakan lensa waktu melihat. Dengan konvergensi dan fiksasi akomodasi ialah </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;"> yang menciptakan </span><i style="font-weight: bold;">noema</i><span style="font-weight: bold;"> bentuk cahaya dan warna (benda yang dilihat).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ANTEPREDIKATIP <span style="font-weight: bold;">: Sebelum adanya kesadaran atau pemikiran. Menurut Merleau-Ponty badan tahu alam sehingga sebelum sadar saya sudah tahu jalan dalam alam itu.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666600;">ARGUMENTUM AD HOMINEM</span> <span style="color: #666600;"><span style="font-weight: bold;">: Jawaban untuk tutup mulut sang oponen. Misalnya lawan skeptisime dikatakan mengatakan benar tidak ada kebenaran ialah kontradiksi.</span></span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ATTITUDE <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Inggris untuk sikap. Kalau saya tahu sikap seseorang saya bisa meramalkan tingkah lakunya.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
COGITO <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Latin untuk berpikir atau kesadaran. Berasal dari filsafat Descartes dengan aksioma </span><i style="font-weight: bold;">Cogito Ergo Sum</i><span style="font-weight: bold;">, saya berpikir yaitu saya ada.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
CAKRAWALA <span style="font-weight: bold;">: Horison, istilah fenomenologis untuk alam atau dunia. Alam ialah matriks makna-makna dan kita mengarahkan diri pada cakrawala itu tapi tak pernah sampai. Ada cakrawala dalam dan luar, fokus makin teliti ialah cakrawala dalam, kalau tambah luas kita menciptakan cakrawala luar.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
CONSCIOUSNESS <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Inggris untuk kesadaran. Istilah dari William James,<span style="font-style: italic;"> </span></span><i style="font-weight: bold;">the stream of consciousness</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
CORPORAL SCHEME <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Inggris untuk bagan badan. Meskipun kita tidak bisa melihat bagian belakang badan kita atau meraba bagian itu memang jelas kita mempunyai suatu gambaran tentang posisi dan tempat jasmaniah. Dipengaruhi </span><i style="font-weight: bold;">coenestesia</i><span style="font-weight: bold;">, sebagai inderia umum.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
CORPS VECU <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis untuk badan yang dialami. Dalam bahasa Inggris disebut </span><i style="font-weight: bold;">the body proper</i><span style="font-weight: bold;">, dalam bahasa Jerman </span><i style="font-weight: bold;">Leib</i><span style="font-weight: bold;">. Berbeda dengan badan yang hanya diraba atau dilihat (Korper). Dalam filsafat Merleau-Ponty badan yang dialami menjadi </span><i style="font-weight: bold;">le coprs sujet</i><span style="font-weight: bold;">, badan yang baik dilihat dan melihat, meraba dan diraba yaitu suatu misteri, matriks dari alam.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
CAUSA EFFICIENS <span style="font-weight: bold;">: Menurut Aristoteles ada empat sebab musabab.</span><i style="font-weight: bold;"> Causa efficiens</i><span style="font-weight: bold;"> sebab linier</span><i style="font-weight: bold;"> causa finalis</i><span style="font-weight: bold;"> (tujuan), </span><i style="font-weight: bold;">causa formalis</i><span style="font-weight: bold;"> dan </span><i style="font-weight: bold;">materialis</i><span style="font-weight: bold;"> (bentuk dan bahan). Dalam fenomenologi muncul kausalitas sirkuler a menyebabkan b dan b menyebabkan a (dialektika).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
DISPLACED PERSONS SYNDROME <span style="font-weight: bold;">: Orang yang dipindahkan masuk negeri asing mungkin mulai mengalami semacam alienasi. Kalau kembali di tempat asal keadaan psikotik ini hilang.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
DIALEKTIKA <span style="font-weight: bold;">: Logika Hegel yang menerangkan segala hal atas dasar sintesa dari tesis dan lawannya. Berbeda dengan logika Aristoteles yang berdasar azas identitas yaitu segala hal identik dengan dirinya sendiri. Prinsip dasar dari fenomenologi (tidak ada yang dialami tanpa yang mengalami) ialah dasar dialektis dan lukisan badan subyek (Merleau-Ponty) atau alam sebagai cakrawala makna hanya jelas dalam cahaya logika Hegel itu.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
FENOMENON <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Yunani untuk gejala. Dalam fenomenologi orang tidak melukiskan benda-benda (hal yang identika dengan dirinya sendiri) atau fakta melainkan gejala karena semua obyek dilihat secara dialektis dengan subyek. Yang dilukiskan ialah badan fenomenal (badan pencipta alam) dan benda fenomenal (benda yang lahir dalam pengalaman subyek).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
FIKSASI<span style="font-weight: bold;"> : Unsur dalam </span><i style="font-weight: bold;">noesis </i><span style="font-weight: bold;">penglihatan. Suatu obyek penglihatan muncul sebagai hal yang difiksir.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
FILSAFAT <span style="font-weight: bold;">: Pengetahuan sistematis, kritis dan metodis yang mendapat obyeknya tanpa observasi yaitu secara </span><i style="font-weight: bold;">a priori</i><span style="font-weight: bold;">. Dalam hal itu filsafat dapat diperbandingkan dengan logika dan matematika.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
FORME <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis untuk bentuk, corak atau forma. Tidak dimaksudkan </span><i style="font-weight: bold;">forme</i><span style="font-weight: bold;"> dari Aristoteles melainkan Gestalt (Wertheimer, Kofka) keseluruhan ialah lebih dari jumlah unsur. Menurut Merleau-Ponty fenomenologi dapat disebut </span><i style="font-weight: bold;">la philosophy de la forme</i><span style="font-weight: bold;"> karena segala hal dilihat secara dialektis.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
GENESIS <span style="font-weight: bold;">: Kelahiran, perkembangan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
GESTALT <span style="font-weight: bold;">: Lihatlah </span><i style="font-weight: bold;">forme</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
EGO TRANSENDENTAL <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari filsafat Husserl. Karena segala obyek dilihat sebagai </span><i style="font-weight: bold;">noema</i><span style="font-weight: bold;"> dari suatu </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;">, </span><i style="font-weight: bold;">noema</i><span style="font-weight: bold;"> total hanya jelas atas dasar suatu subyek umum yang disebut ego transendental.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ENGAGEE <span style="font-weight: bold;">: Yang dilukiskan fenomenologi ialah makna (sense sebagai arah, inderia dan arti). Makna ialah pembukaan dalam alam misalnya untuk orang yang tidak buta gejala warna ialah makna. Makna muncul kalau subyek menyituasikan diri hal mana sering terjadi secara tidak sadar (badan tahu lebih banyak tentang dunia daripada kita sendiri). Kalau makna hanya muncul dalam situasi memang jelas sang subyek selalu terlibat (engagee) dalam bahasa Inggris </span><i style="font-weight: bold;">engaged</i><span style="font-weight: bold;">, bahasa Belanda </span><i style="font-weight: bold;">geengageerd</i><span style="font-weight: bold;">. Istilah itu muncul dalam filsafat eksistensialis dan analisa eksistensi.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
EPISTEMOLOGI <span style="font-weight: bold;">: Ilmu </span><i style="font-weight: bold;">a priori</i><span style="font-weight: bold;"> tentang kebenaran. Logika meneliti pemikiran tepat sedang epistemologi meneliti apa dimaksudkan dengan kebenaran. Lebih luas istilah itu dipakai untuk semua pemikiran tentang pengetahuan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
EROTIK <span style="font-weight: bold;">: Segala hal berhubung dengan reproduksi dapat dilihat dari sudut </span><i style="font-weight: bold;">sexus</i><span style="font-weight: bold;"> dan </span><i style="font-weight: bold;">eros</i><span style="font-weight: bold;">. </span><i style="font-weight: bold;">Sexus</i><span style="font-weight: bold;"> lebih berhubung dengan nafsu sedang </span><i style="font-weight: bold;">eros</i><span style="font-weight: bold;"> ialah tingkah laku rohani. Dapat diperbandingkan dengan </span><i style="font-weight: bold;">amor benevolentiae</i><span style="font-weight: bold;"> (dari Scholastik) yang lawannya dari</span><i style="font-weight: bold;"> amor concupiscentiae</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ETRE AU MONDE <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis untuk hal mengada pada alam. Manusia dilukiskan dalam fenomenologi dan filsafat eksistensialis sebagai suatu alam hasil peng-alam-an. Hal mengada pada alam itu terjadi secara jasmaniah, badan ialah corak dari alam, </span><i style="font-weight: bold;">montage du monde</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
EXISTENSI <span style="font-weight: bold;">: Manusia sebagai hal mengada pada alam selalu di luar (ex) dirinya. Hidup manusia (terutama pria) ialah transenden, bersituasi dalam suatu alam (cakrawala makna).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
HABITAT <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis untuk tempat tinggal. </span><i style="font-weight: bold;">Habiyer</i><span style="font-weight: bold;"> (mendiami) ialah istilah yang sering muncul dalam filsafat Merleau-Ponty. Manusia mendiami badannya atau mendiami bahasa. Fenomenologi melukis tempat kediaman (rumah) yang berbeda dengan museum di mana segala hal dilihat sedang badan, pakaian atau rumah didiami tapi tanpa sadar.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
HALUSINASI <span style="font-weight: bold;">: Mendengar bunyi yang tidak didengar orang lain atau melihat barang yang tidak kelihatan lingkungan. Gejala itu muncul dalam pelbagai penyakit jiwa seperti </span><i style="font-weight: bold;">schizofrenia</i><span style="font-weight: bold;"> atau </span><i style="font-weight: bold;">delirium</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
HOMOSEKS <span style="font-weight: bold;">: Aktivitas seksual dengan orang sejenis. Untuk wanita gejala itu disebut lesbianisme. Bentuk ringan disebut </span><i style="font-weight: bold;">homofilia</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
HYLETIC DATA <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari filsafat Husserl yaitu unsur dalam </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
IDE <span style="font-weight: bold;">: (Idea) dari bahasa Yunani </span><i style="font-weight: bold;">eidos</i><span style="font-weight: bold;">. Istilah dari filsafat Plato untuk menerangkan kontradiksi antara hal umum dari pemikiran (pohon ialah tumbuhan) dan hal wujud dari hal khusus, banyak dan dinamis. Dengan istilah </span><i style="font-weight: bold;">eidos</i><span style="font-weight: bold;"> Plato mencari suatu kesatuan dalam hal wujud yang banyak.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
IDEALISME <span style="font-weight: bold;">: Aliran dalam filsafat. Kalau dalam realisme hal yang ada mengukur pemikiran (pemikiran harus menyesuaikan diri dengan hal yang ada) dalam idealisme hal yang ada menyesuaikan diri dengan pemikiran.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ILUSI <span style="font-weight: bold;">: Suatu pengamatan yang menipu misalnya garis Mueller-Leyer.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
IMAGO <span style="font-weight: bold;">: Pembayangan seperti dalam ingatan atau khayalan. </span><i style="font-weight: bold;">Imago</i><span style="font-weight: bold;"> ialah </span><i style="font-weight: bold;">noema</i><span style="font-weight: bold;"> dari imajinasi sebagai </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;"> yaitu melihat hal yang ada sebagai hal yang tidak ada.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
INDERIA <span style="font-weight: bold;">: Dalam fenomenologi disebut sensibilitas kenyataan manusia peka untuk hal luar. Bagi Merleau-Ponty sensibilitas ialah pintu masuk ke dalam analisa fenomenologis dari eksistensi.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
INTRINSIK <span style="font-weight: bold;">: Dalam dirinya sendiri.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
INTENSIONALISME <span style="font-weight: bold;">: Semua pemikiran yang berdasar dialektika subyek-obyek, tidak ada hal yang dilihat tanpa hal yang melihat dan sebaliknya. Hal mengada ialah perspektivistik yaitu selalu bagi suatu subyek yang meninjau.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
INTERSENSORY WORLD <span style="font-weight: bold;">: Dunia ciptaan semua inderia.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KEHERANAN <span style="font-weight: bold;">: Filsafat Maurice Merleau-Ponty sering disebut dunia keheranan karena dalam penelitian noetik seluruh dunia muncul sebagai suatu hal yang baru yang mengherankan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KINESTETIKA <span style="font-weight: bold;">: Inderia dalam otot yang memberi kemungkinan mengalami gerakan badan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KO-EKSISTENSI <span style="font-weight: bold;">: Hidup bersama.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KOGNITIP <span style="font-weight: bold;">: Segala hal yang berhubung dengan pengetahuan dan pikiran. Lain ialah konatip segala hal yang berhubung dengan kemauan dan motivasi.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KONVERGENSI <span style="font-weight: bold;">: Dengan fiksasi dan akomodasi konvergensi ialah unsur </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;"> dalam perbuatan penglihatan yaitu mengarahkan ke dua bola mata menuju satu obyek.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KONSTITUSI <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari filsafat Husserl. Alam sebagai </span><i style="font-weight: bold;">noema</i><span style="font-weight: bold;"> berhubung dialekstis dengan </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;"> yaitu tidak ada yang dilihat tanpa yang melihat. </span><i style="font-weight: bold;">Noesis</i><span style="font-weight: bold;"> ialah segi subyek yang mau dan mengetahui. Tidak jelas apakah dengan teori ini Husserl masuk aliran idealisme yaitu dunia dikonstitusikan oleh subyek.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KONDISI <span style="font-weight: bold;">: Syarat. Dalam ilmu jiwa </span><i style="font-weight: bold;">Behaviouris</i><span style="font-weight: bold;">-me muncul istilah </span><i style="font-weight: bold;">conditioning</i><span style="font-weight: bold;">, atau </span><i style="font-weight: bold;">conditioned reflex</i><span style="font-weight: bold;">, refleks yang bersyarat. Anjing yang makan dan mendengar bel mengeluarkan air liur, akhirnya juga mengeluarkan air liur hanya kalau mendengar bel.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KONTINGENSI <span style="font-weight: bold;">: Lawannya dari absolut. Kontingen ialah kebetulan, hal yang berdiri berhak hal lain.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KONSEP <span style="font-weight: bold;">: Kira-kira sama dengan ide.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KRITISISME <span style="font-weight: bold;">: Nama untuk filsafat Immanuel Kant. Kant tetap berpendapat ada suatu realitas di luar pengetahuan manusia tapi realitas itu tidak mempunyai aturan. Aturan berasal dari manusia sendiri yang secara</span><i style="font-weight: bold;"> a priori </i><span style="font-weight: bold;"> menyususn rangsang menjadi corak dalam waktu dan ruang sehingga bahan itu bisa diolah dengan kategori (kualitas, kuantitas, perbandingan dan lain-lain) dan dalam formasi ide menjadi ilmu pengetahuan. Filsafat Husserl sering dianggap suatu filsafat </span><i style="font-weight: bold;">Neokantian</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
KAUSALITAS <span style="font-weight: bold;">: Satu hal menyebabkan hal lain. Dalam alam yang dilukiskan logika Aristoteles (mengukur dan menghitung) sebab musabab ialah linier (A menyebabkan B) sedang dalam lukisan yang berdasar logika Hegel kausalitas ialah sebab musabab sirkuler (A menyebabkan B dan B menyebabkan A).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
LA CHAIR <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis untuk daging. Istilah dalam filsafat Merleau-Ponty suatu gejala yang muncul kalau kita mengamati suatu benda. Merleau-Ponty selalu mencari hal ante-predikatip, hal yang mendahului kesadaran yang sering disebut </span><i style="font-weight: bold;">etre sauvage</i><span style="font-weight: bold;">, hal yang liar (semacam Ding an sich dari Kant) atau arkeologi, hal yang tersembunyi, istilah lain ialah daging.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
LINGUISTIK <span style="font-weight: bold;">: Ilmu bahasa. Meta linguistik ialah ilmu mengenai ilmu bahasa.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
LOGIKA <span style="font-weight: bold;">: Ilmu </span><i style="font-weight: bold;">a priori</i><span style="font-weight: bold;"> mengenai pemikiran tepat, bukan tentang benar tidak benar. Semua kursi punyai empat kaki, manusia ialah kursi, manusia mempunyai empat kaki, ialah pemikiran tidak benar tapi tepat. Logika tradisional berdasar buku-buku Aristoteles. Fenomenologi, eksistensialisme, dan materialisme dialektis (Marx) berdasar logika Hegel.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
LOGIKA HEGEL <span style="font-weight: bold;">: Juga disebut dialektika. Setiap hal muncul berhubung dengan lawannya misalnya sejumlah titik yang sama jauhnya dari titik pusat muncul sebagai sirkel kalau berhubung dengan persegi tiga, sebagai mata kalau berhubung dengan hidung dan mulut, sebagai balon kalau muncul bersama tali dan tangan anak. Juga sintetisme itu kelihatan dalam hal dinamis, segala hal mempertahankan diri dengan meniadakan dirinya. Juga di sini hal negatip (lawan) ialah esensial. Berdasar logika Hegel terjadi kemungkinan bagi kaum fenomenolog mengatasi dikotomi badan-jiwa atau subyek-obyek.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
LOGIKA ARISTOTELES <span style="font-weight: bold;">: Berdasar </span><i style="font-weight: bold;">principium identitatis, </i><span style="font-weight: bold;">setiap hal identik dengan dirinya sendiri. Dalam logika itu kontradiksi ialah haram.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MATERIALISME <span style="font-weight: bold;">: Ilmu filsafat yang mengajar bahan (matter) ialah dasar segala hal. Materialisme kasar muncul kembali dalam biologi abad yang lalu (Buchner, Huxley, Molenschott, de la Mettrie), juga dalam filsafat resmi Rusia kadang-kadang muncul materialisme yang bodoh itu. Materialisme Marx bukan materialisme kasar, materi ialah paksaan yang muncul dalam aktivitas manusia (juga dalam aktivitas rohani) berhubung dengan kenyataan (nyata bagi Marx) relasi-relasi ekonomis menguasai semua relasi-relasi lain.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MATRIKS <span style="font-weight: bold;">: Dasar yang melahirkan unsur-unsur. Dalam filsafat Husserl alam dan dunia bukan totalitas segala barang melainkan cakrawala makna-makna yaitu matriks segala hal yang bermakna.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MAKNA <span style="font-weight: bold;">: Konsep dasar dari fenomenologi. Dalam bahasa Perancis makna artinya </span><i style="font-weight: bold;">sense</i><span style="font-weight: bold;"> juga berarti arah atau inderia. Inderia membuka alam (warna, bunyi, orientasi) dan hal itu bisa dianggap, sebagai pengarahan menuju cakrawala (alam). Makna ialah pembukaan yang terjadi kalau manusia menyituasikan diri. Fenomenologi tidak meneliti benda, fakta atau obyek-obyek melainkan makna sehingga misalnya analisa eksistensial (yang berdasar fenomenologi) sangat berbeda dengan analisa biografi (yang meneliti fakta) atau anamnesa.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MISTERI <span style="font-weight: bold;">: Rahasia yang secara prinsipil tidak bisa dijelaskan seluruhnya karena muncul sebagai suatu kontradiksi misalnya badan sebagai subyek yang baik diraba maupun meraba, realitas yaitu tidak ada kepribadian tanpa alam dan tidak ada alam tanpa kepribadian.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MISE EN FORME <span style="font-weight: bold;">: Istilah Perancis untuk formasi. Menyituasikan diri ialah </span><i style="font-weight: bold;">mise en forme</i><span style="font-weight: bold;">, yaitu memenuhi semua syarat dari </span><i style="font-weight: bold;">noesis</i><span style="font-weight: bold;"> supaya terjadi </span><i style="font-weight: bold;">noema</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MONTAGE DU MONDE <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis corak dari dunia, definisi untuk badan manusia yang menciptakan alam. Warna berhubung dengan mata, bunyi dengan telinga tapi </span><i style="font-weight: bold;">montage</i><span style="font-weight: bold;"> dari alam terutama terjadi secara tidak sadar.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MOTORIK <span style="font-weight: bold;">: Semua rangsang eferen (dari pusat ke periferi) yaitu rangsang yang menggerakkan otot. Motorik berhubung dengan sensorik, rangsang-rangsang aferen (stimulus </span><i style="font-weight: bold;">afferens</i><span style="font-weight: bold;">) rangsang yang mencari pusat dan membawa informasi dari luar (inderia).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MOTIP <span style="font-weight: bold;">: Suatu hal yang mencetuskan tingkah laku. Dalam fenomenologi suatu motip ialah suatu </span><i style="font-weight: bold;">antecedens</i><span style="font-weight: bold;"> (yang mendahului tingkah laku) yang berpengaruh atas dasar maknanya. Situasi yang diterima ialah motip misalnya pergi ke kantor pos untuk kirim telegram dalam keseluruhan situasi yang muncul dan diterima waktu ibu meninggal.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MOTIVASI <span style="font-weight: bold;">: Situasi yang diterima, lihatlah motip.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
MULTIPLISITAS <span style="font-weight: bold;">: Hal majemuk.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
NAIVE <span style="font-weight: bold;">: Istilah Perancis, kekanak-kanakan, sederhana, pikiran awam. Segala hal yang lain dari hal </span><i style="font-weight: bold;">sophisticated</i><span style="font-weight: bold;"> atau terpelajar disebut </span><i style="font-weight: bold;">naive</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
NECESSITAS <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Latin untuk hal yang perlu, misalnya </span><i style="font-weight: bold;">navigare necesseest</i><span style="font-weight: bold;">, hanya dengan berlayar kita akan menikmati kemakmuran.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
NEUROSIS <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari ilmu jiwa patologis. Orang yang banyak takut, tidak memenuhi potensi atau sering mengalami gejala psikosomatik disebut orang neurotik. Sebab neurosis belum begitu jelas sering berhubung dengan bakat (Tiefenperson).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
NOESIS <span style="font-weight: bold;">: Segi subyektip dari konstitusi alam. Dalam </span><i style="font-weight: bold;">noesis </i><span style="font-weight: bold;">muncul</span><i style="font-weight: bold;"> noema</i><span style="font-weight: bold;"> yaitu segi obyektip dari alam. Sebagai ajektip dipakai istilah noetik dan noematik.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
NON THEMATIC CONSCIOUSNESS OF THINGS <span style="font-weight: bold;">: Tahu mengenai benda padahal benda itu tidak menjadi tema pemikiran misalnya benda di belakang saya tetap diketahui tapi tidak di-tema-kan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
OPTIS <span style="font-weight: bold;">: Segala hal yang berhubung dengan penglihatan. Juga disebut visuil atau visual. Yang berhubung dengan pendengaran disebut akoustis atau auditip, untuk inderia hidung dipakai istilah olfaktorik dan untuk perabaan taktil.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
ORIENTASI <span style="font-weight: bold;">: Pengarahan. Manusia berdiri atas dua kaki sehingga terjadi orientasi kanan-kiri, atas-bawah dan muka-belakang. Dengan orientasi muncul suatu alam dan perspektivisme realitas.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
OTONOM <span style="font-weight: bold;">: Berdiri sendiri, berkuasa sendiri. Juga disebut independen atau suveren.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
PERSPEKTIVISTIK <span style="font-weight: bold;">: Menurut fenomenologi segala hal muncul sebagai hal yang perspektivistik yaitu dengan latar belakang. Hal itu terjadi karena manusia ialah subyek yaitu peninjau dan segala hal dialami dengan subyek sebagai titik tolak atau titik tinjauan. Hal itu juga berlaku untuk kemauan dan pemikiran. Bisa diragu-ragukan apakah hal antepredikatip juga perspektivistik.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
PERSEPSI <span style="font-weight: bold;">: Pengamatan, aktivitas penginderiaan. Fenomenologi Merleau-Ponty memakai persepsi sebagai titik tolak.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
POSITIVISME <span style="font-weight: bold;">: Aliran filsafat, hanya hal yang jelas dianggap benar. Jelas artinya terbuka untuk eksperimen, observasi dan pengolahan matematis. Ilmu positivistik bebas dari pemikiran etis (baik, buruk, pantas, tidak pantas). Dalam Neomarxisme terdapat reaksi lawan sikap positivistik marxisme tradisional.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
POUR SOI <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Perancis untuk kesadaran (Satre). Hal luar kesadaran disebut </span><i style="font-weight: bold;">en soi</i><span style="font-weight: bold;">. Dalam bahasa Jerman </span><i style="font-weight: bold;">Das Ding fur mich</i><span style="font-weight: bold;">, </span><i style="font-weight: bold;">Das Ding an sich</i><span style="font-weight: bold;"> (Kant).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
PRESENT <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Inggris untuk waktu sekarang. Waktu sudah disebut </span><i style="font-weight: bold;">past</i><span style="font-weight: bold;"> dan waktu yang akan datang </span><i style="font-weight: bold;">future</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
PRIMORDIAL <span style="font-weight: bold;">: Asli, hal dasar, hal yang muncul pada asal.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
PSIKOSOMATIS <span style="font-weight: bold;">: Gejala psikis yang muncul sebagai gejala jasmaniah, biasanya dipakai untuk penyakit seperti radang lambung (ulcus), tekanan darah tinggi, </span><i style="font-weight: bold;">eczema</i><span style="font-weight: bold;">, </span><i style="font-weight: bold;">asthma</i><span style="font-weight: bold;">, </span><i style="font-weight: bold;">colitis</i><span style="font-weight: bold;"> dan lain-lain.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
PSIKOFISIS <span style="font-weight: bold;">: Bagian dari ilmu jiwa (Weber dan Fechner) mencari korelasi antara rangsang fisik dan reaksi dalam kesadaran.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
REALITAS <span style="font-weight: bold;">: Sering dipakai untuk segala hal yang bukan khayalan, pemikiran atau kesadaran, dari perkataan Latin </span><i style="font-weight: bold;">res</i><span style="font-weight: bold;">, benda.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
REPRESENTASI <span style="font-weight: bold;">: Membayangkan dalam ingatan. Dalam filsafat realisme juga dikatakan benda direpresentasi dalam pengamatan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
REDUKSI <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari filsafat Husserl, supaya </span><i style="font-weight: bold;">noema </i><span style="font-weight: bold;">muncul sebersih-bersihnya pengetahuan harus dimurnikan dalam reduksi fenomenologis, eidetis dan transendental. Reduksi bukan hal yang esensial untuk fenomenologi, dalam filsafat Merleau-Ponty tidak terdapat reduksi.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
REFLEX <span style="font-weight: bold;">: Gerakan berdasar rangsang aferen dan eferen tidak lewat korteks otak sehinga tidak dikuasai kemauan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
REFLEKSIP <span style="font-weight: bold;">: Manusia bisa memikirkan pemikirannya sehingga kesadaran dipantulkan dalam kesadaran. Merleau-Ponty menemui gejala itu dalam daging misalnya tangan kanan meraba tangan kiri yang meraba tangan kanan sehingga meraba perabaan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
RESPONS <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari ilmu jiwa behaviouris, setiap stimulus (rangsang) menimbulkan respons (jawaban).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
REVERSIBILITAS <span style="font-weight: bold;">: Kemungkinan ditukar atau dibalikan.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SENSASI <span style="font-weight: bold;">: Dari bahasa Inggris </span><i style="font-weight: bold;">sensation</i><span style="font-weight: bold;">, rangsang yang menimbulkan pengamatan (empirisme).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SCHIZOPHRENIA <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari ilmu jiwa patologis dan psikiatri. Pengasingan dari realitas sehingga tidak bisa bergaul secara optimal, desintegrasi daya psikis, subyek dan obyek kehilangan polarisasi.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SINTESA <span style="font-weight: bold;">: Gabungan, dalam filsafat Hegel sintesa ialah dialektika segala hal dengan lawannya (anti tesis) sehingga hal negatip (negasi) menjadi unsur esensial dalam realitas.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SINKRONISASI <span style="font-weight: bold;">: Pencocokan waktu.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SIGNIFIKANSI <span style="font-weight: bold;">: Memberi arti, menunjuk sesuatu dengan tanda (signum).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SITUASI <span style="font-weight: bold;">: Tempat, keberadaan. Istilah penting dalam fenomenologi, manusia menyituasikan diri waktu menciptakan makna. Merleau-Ponty mengatakan ada pertanyaan kabur dari luar dan manusia menyituasikan diri dengan mencari jawaban yang paling cocok. Bisa juga terjadi secara tidak sadar.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SPLITTING <span style="font-weight: bold;">: Istilah dari psikoanalisa modern. Perpisahan antara dorongan eros (mencintai, merasa senang) dan agresi (benci, melawan).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SPATIALITAS <span style="font-weight: bold;">: Ke-ruang-an.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SPECTACULUM <span style="font-weight: bold;">: Bahasa Latin, pemandangan, hal yang dilihat di panggung waktu sandiwara.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
STIMULUS <span style="font-weight: bold;">: Rangsang.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
SUBSTRAT SOMATIK <span style="font-weight: bold;">: Hal jasmaniah sebagai dasar.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
TACHISTOSKOPIS <span style="font-weight: bold;">: Menampakkan suatu gambaran dalam alat eksperimen ilmu jiwa yang disebut takhistoskop. Gambar hanya dilihat dalam fraksi satu sekon.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
TELEOLOGIS <span style="font-weight: bold;">: Diarahkan menuju suatu tujuan (telos).</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
TEMPORALITAS <span style="font-weight: bold;">: Ke-waktu-an.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
TEORI <span style="font-weight: bold;">: Corak pengetahuan yang menghasilkan hipotesa-hipotesa.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
TRANSPARANT <span style="font-weight: bold;">: Seperti kaca, hal yang ada di belakang bisa dilihat. Lawannya </span><i style="font-weight: bold;">opaque</i><span style="font-weight: bold;">.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
TRANSENDENSI <span style="font-weight: bold;">: Menyeberangi, melampaui. Imanen ialah hal yang tinggal di dalam, transenden ialah hal yang menuju ke luar.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
URDOXA<span style="font-weight: bold;"> : Istilah dari filsafat Husserl, kenyataan dasar yaitu ada hal yang ada.</span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="color: #666600; text-align: justify;">
VEHICULUM <span style="font-weight: bold;">: Kendaraan.</span><br />
<br />
[] Photo : National Geographic []<span style="font-weight: bold;"> </span></div>
<div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-74157425207238777642009-09-06T21:53:00.031+07:002013-01-15T22:27:12.180+07:00p e r i s c o p e | Fenomena Mengeluh Manusia Asia<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
<div style="color: magenta; font-family: Georgia,";">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlyRBEGltOntr8J3oMNRSvKCbQA7hwE_Y3ftzfaecV82rIBfe-jgmXikd70PP_0l8mnfWc-5BYNLGFysxhNyYB2KCLeDxYDvFJermYOfB05MgxjGpGXkgCIT0v_hllW-q6IJ5_PT9RsQQ/s1600/38222_1600x1200-wallpaper-cb1314011585.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlyRBEGltOntr8J3oMNRSvKCbQA7hwE_Y3ftzfaecV82rIBfe-jgmXikd70PP_0l8mnfWc-5BYNLGFysxhNyYB2KCLeDxYDvFJermYOfB05MgxjGpGXkgCIT0v_hllW-q6IJ5_PT9RsQQ/s320/38222_1600x1200-wallpaper-cb1314011585.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i><br />
</i></span></div>
<blockquote>
<blockquote>
<blockquote>
<div style="font-weight: bold;">
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">Mereka yang mampu </span><span style="font-size: 130%; font-style: italic; font-weight: normal;"><br />
</span><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">harus melakukan.</span></span></div>
<span style="color: black;"><br /></span></div>
</blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
</div>
<blockquote>
<blockquote>
<blockquote>
<blockquote>
<div style="font-family: Georgia,"; font-weight: bold; text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">Yang tak mampu </span><span style="font-size: 130%; font-style: italic; font-weight: normal;"><br />
</span><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">harus mengajar.</span></div>
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"; font-weight: bold; text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">Dan</span><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;"> </span><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">yang tak mampu mengajar</span><i><br />
</i><span style="font-size: 130%; font-weight: normal;">harus menjadi administrator.</span></span></div>
<br /></div>
</blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
<div style="color: magenta; font-family: Georgia,"; font-style: italic;">
<blockquote>
<div style="text-align: center;">
<blockquote>
<blockquote>
<blockquote>
<span style="color: black;"><span style="font-size: 100%;">LEWIS PERDUE; 'Daughter of God', Dastan Books, 2006</span></span><span style="font-size: 100%;"><br />
</span></blockquote>
</blockquote>
</blockquote>
</div>
</blockquote>
<br /></div>
<div style="color: magenta; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-style: italic;">
</div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b><br />
</b></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span style="color: #000099;">S</span><span style="color: #000099;">eorang</span> <span style="color: #000099;">dokter di salah satu negara Eropa, yang tengah memeriksa pasiennya yang kebetulan adalah orang Indonesia, tiba-tiba bergumam melontarkan uneg-uneg pribadinya yang sudah sekian lama terpendam:</span><br />
</span><span style="font-size: small;"><br />
</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">D</span><span style="color: #000099;">ulu,</span> <span style="color: #000099;">saya berpendapat, bahwa kalian orang-orang Indonesia itu atau orang-orang Asia pada umumnya, yang lazim dikenal sangat religius, gotong royong, dan nonkapitalistik; walaupun secara fisik adalah jauh lebih lemah dibandingkan dengan orang-orang Barat, namun secara 'mentalitas', 'psikologis', dan 'spiritualitas', kalian tentunya masih lebih menonjol, bahkan lebih tahan menderita ketimbang orang-orang Barat yang kadung terbiasa hidup dalam corak masyarakat bernuansakan individualisme, sekulerisme, dan kapitalisme.</span><br />
</span><span style="font-size: small;"><br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">N</span><span style="color: #000099;">amun,</span> <span style="color: #000099;">setelah puluhan tahun berpraktik sebagai dokter yang kebetulan banyak bergaul dan berpengalaman mengobati ragam pasien terutama dari Indonesia serta negara-negara Asia lainnya; lambat laun pandangan, analisis, dan persepsi saya ini, sayangnya harus segera berubah total.</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">Y</span><span style="color: #000099;">ang</span> <span style="color: #000099;">menjadi sumber penyebabnya, dikarenakan mayoritas dari pasien-pasien saya yang berkebangsaan Indonesia ataupun negara-negara Asia lainnya, setelah saya perhatikan secara teliti, nyatanya kok mudah sekali 'mengeluh', 'cepat berputus asa', 'gampang merasa cemas', dan 'kurang bisa menahan rasa sakit'. Sungguh jauh beda nian dengan pasien-pasien Barat yang saya saksikan sendiri lebih memperlihatkan ekspresi ketabahan, tak suka sembarangan nyinyir berkeluh kesah, dan tetap punya segudang optimisme tinggi walau didera penyakit payah.</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">O</span><span style="color: #000099;">leh</span> <span style="color: #000099;">karena itu, usai mencermati fenomena ini, menukik pertanyaan di lubuk hati saya -- kalaulah persepsi saya ini memang benar adanya -- lantas apa saja kiranya yang dapat manusia Asia, termasuk Indonesia, 'banggakan', 'tawarkan', 'pasarkan', jika semisal kalian ini hendak berhadapan, bersaing, atau bernegosiasi dengan manusia-manusia Barat? Masih tersisakah segelintir kelebihan tertentu yang kalian miliki selaku bangsa Asia, terutama sebagai bangsa Indonesia, yang diyakini tidaklah dimiliki oleh bangsa Barat?</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">C</span><span style="color: #000099;">oba</span> <span style="color: #000099;">Anda bayangkan. Secara agregat postur fisik kalian kalah telak. Orang Barat jauh lebih kekar, bahkan lebih menarik, serba keren, ganteng dan cantik.</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">D</span><span style="color: #000099;">ari sisi kecerdasan, kalian masih sedemikian jauh tertinggal bagai bumi dan langit. Boleh dibilang semua teori yang kalian pakai berasal dari belahan Barat.<br />
</span><br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">M</span><span style="color: #000099;">entalitas?</span> <span style="color: #000099;">Oh, saya ulangi sekali lagi, dari realitas yang saya jumpai, nampaknya kalianlah yang justru lebih cepat mengeluh, patah semangat, dan bermotivasi rendah ketimbang manusia-manusia Barat!</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">K</span><span style="color: #000099;">alau kekayaan, materi, uang, kemakmuran? Ah, maaf, bangsa Barat jauh lebih kaya, juga lebih makmur, walaupun secara jujur harus saya utarakan bahwa sebahagian kekayaan tersebut diperoleh mereka dengan cara merampok dari negeri jajahan, dan sebahagian lainnya, memang melalui jalur prestasi kerja keras!</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">S</span><span style="color: #000099;">edangkan</span> <span style="color: #000099;">mengenai akselerasi seni budaya adiluhung? Rasanya presentasi kultural Barat masih lebih monumental ketimbang karya-karya Asia umumnya, termasuk pula Indonesia khususnya. Karya-karya sastra, film, tarian, teater, lukisan, musik, nyanyian dari manusia-manusia Barat jauh lebih memukau dan otentik. Tak perlu heran jika seabreg pelanggaran hak cipta pun marak di Asia, apalagi Indonesia, akibat rendahnya kreativitas dibarengi hukum yang serba longgar dan manipulatif. Di Barat, kreativitas melejit hampir sempurna diikuti dominasi hukum yang sanggup ditegakkan dengan pasti tanpa kompromi.</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">B</span><span style="color: #000099;">elum</span> l<span style="color: #000099;">agi kalau kita bicara soal 'presisi kerja', 'keteraturan dan ketertiban administrasi', 'kualitas dan kinerja organisasi'. Sudah pasti Barat makin tak terkejar, mereka bergerak sigap melayang ke angkasa raya hingga menyelami lautan terdalam di seluruh pelosok dunia.<br />
</span><br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">A</span><span style="color: #000099;">khirnya,</span> <span style="color: #000099;">jika mengikuti arus nalar sehat pribadi, maka mau tak mau saya 'terpaksa harus berani menyimpulkan' bahwa bangsa-bangsa Asia termasuk di dalamnya bangsa Indonesia (terkecuali Jepang), hampirlah tidak mungkin lagi punya sebongkah kesanggupan untuk mampu mengejar, melawan, berhadapan, memasarkan, ataupun bernegosiasi 'secara seimbang' dengan bangsa-bangsa Barat.</span><br />
<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">S</span><span style="color: #000099;">aya</span> <span style="color: #000099;">berkeyakinan penuh bahwa yang akan terjadi sampai akhir abad ini, tak lain hanyalah eksploitasi 'ke-kami-an' Barat terhadap 'ke-kamu-an' Indonesia, eksploitasi Barat yang superior terhadap Asia, termasuk Indonesia yang inferior: bukan kerja sama 'ke-kita-an' dengan kapasitas yang sederajat.<br />
</span><br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">D</span><span style="color: #000099;">ari</span> <span style="color: #000099;">sudut pandang profesi saya -- atas nama sumpah kedokteran yang menjunjung kemuliaan martabat kemanusiaan -- fenomena ketidak seimbangan ini tak boleh dibiarkan berlarut hingga tak jelas juntrungannya dan perlu segera dicari jalan keluar genialnya. Tetapi bagaimanakah caranya? Siapakah yang dianggap sanggup merumuskan solusinya secara cemerlang? Di segala lini bangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia sejatinya sudah telak terlumpuhkan, tertaklukkan menjadi 'masyarakat impoten'.<br />
</span><br />
</span> <span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">S</span><span style="color: #000099;">ampai detik sekarang, saat saya berdiri di hadapan Anda, belum juga tercerap di nalar saya, cahaya solusi yang bisa diterapkan untuk menyibak dan mengoyak ketemaraman demikian. Ini masalah abstrak yang hanya sanggup dilacak oleh mereka yang diberkahi 'kekuasaan sekaligus mata dan nyali tajam'.</span><br />
<br />
</span> <span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">A</span><span style="color: #000099;">palah</span> <span style="color: #000099;">daya saya, seorang dokter yang sehari-hari sibuk menggeluti problematika jasmani para pasiennya, bukan aparatus tertinggi birokrasi yang punya segudang kuasa dalam menentukan masa depan suatu bangsa!</span><br />
<br />
</span> <span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">"</span><span style="color: #000099;">A</span><span style="color: #000099;">tau,</span> <span style="color: #000099;">boleh jadi, diam-diam Anda sudah punya jalan keluarnya, kristalisasi jawabannya?"</span><br />
<br />
</span> <span style="font-size: small;"><span style="color: #000099;">N</span><span style="color: #000099;">amun</span> <span style="color: #000099;">di ujung percakapan satu arah ini, dengan segudang rasa malu, pasien dari bumi Indonesia tersebut, sialnya tak sanggup menjawab pertanyaan jelimet sang dokter. Ia hanya tertunduk lesu dengan pikiran beku, terpojokkan sambil membatin lirih: Ampun Gusti, hari ini agaknya hamba hanya bisa berpasrah dan beserah diri kepada Mu saja ....<br />
</span><br />
</span> <span style="color: #bf9000; font-size: small;">(Catatan: kisah ini bukan rekaan tetapi rekonstruksi imajinatif atmosfir perbincangan riil antara dokter dan pasiennya -- walaupun cenderung monolog -- yang pernah dialami oleh seorang akademisi Indonesia yang cukup punya nama sewaktu berobat ke salah satu dokter Barat lanjut usia yang sekaligus pula merupakan sahabat karibnya di tanah Eropa).</span><br />
<br />
<span style="color: magenta;"><span style="font-family: Georgia,"; font-style: italic;">[] Photo: National Geographi<span style="color: magenta;">c []</span></span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #bf9000; font-size: small;"><span style="color: cyan;"> </span></span></div>
<span style="color: #bf9000; font-size: small;"> </span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8966622374270022809.post-2780590205146460322009-09-05T22:37:00.028+07:002013-01-15T22:54:16.727+07:00p e r i s c o p e | Nuansa Hegemonistik Politik Menuai Tembang Sunyi Pesta Demokrasi<div style="text-align: right;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizBwlNu9k4__QVqnnhQMP7P7zVSZKOB6ISZ3uOm3q-qP2_xElDDUOi_LPhYiGarQuLO6gdq_-6KFKaGRSZJUeOXsVY3qXl47nV500zcmMOQgWb0qB0PR1ocuCCxBwvmMWrBB6jDg2a9sU/s1600/9363_1024x768-wallpaper-cb1267712964.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizBwlNu9k4__QVqnnhQMP7P7zVSZKOB6ISZ3uOm3q-qP2_xElDDUOi_LPhYiGarQuLO6gdq_-6KFKaGRSZJUeOXsVY3qXl47nV500zcmMOQgWb0qB0PR1ocuCCxBwvmMWrBB6jDg2a9sU/s320/9363_1024x768-wallpaper-cb1267712964.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<blockquote>
<blockquote>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 130%;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-family: times new roman,new york,times,serif; font-weight: bold;">Sebelum terlambat! </span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 130%;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-family: times new roman,new york,times,serif; font-weight: bold;">Mumpung rumahmu masih berdiri kokoh,<span style="font-style: italic;"><br />
</span>gudangmu masih penuh,<span style="font-style: italic;"> </span></span></span></span><span style="font-size: 130%;"> </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 130%;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-family: times new roman,new york,times,serif; font-weight: bold;">dan mumpung masih bisa menawar<span style="font-style: italic;"><br />
</span>dengan harga yang baik </span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 130%;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-family: times new roman,new york,times,serif; font-weight: bold;">untuk bisnis gagalmu.</span></span></span><span style="font-size: 130%;"> </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: purple;"><span style="color: black;"><span style="font-family: garamond,new york,times,serif; font-size: 130%;">PATRICK SUSKIND;<b> </b><span style="font-weight: bold;">'Perfume'</span><span style="font-style: italic;">,</span><b> </b>Dastan Books, 2006</span></span><span style="font-size: 130%;"><br />
</span></span></div>
</blockquote>
</blockquote>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
</div>
<span style="color: #7f3f00; font-family: garamond,new york,times,serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">B</span><span style="color: #000099;">oleh</span> <span style="color: #000099;">dibilang, sudah banyak orang merasakan ada semacam benang merah keganjilan dalam kiprah berpolitik para politisi kita, di mana kekuasaan yang tergenggam </span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">di tangan sang politisi beserta partai politik asuhannya</span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> semakin nampak jumawa memabukkan, dan bahkan ditenggarai berkecenderungan mengilhami timbulnya hasrat perilaku adiksi </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> mereka untuk ber</span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">hegemoni</span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> meminimalkan kompetisi, misalnya melalui manuver di parlemen dalam menggiring lahirnya 'perundang-undangan </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">nan egoistik' yang diperkirakan bakalan ampuh melanggengkan jejak dominasi diri berikut kelompok ikutannya di kerlap-kerlip panggung sandiwara kehidupan</span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> politik anak bangsa.<span style="font-weight: bold;"> </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">P</span><span style="color: #000099;">adahal,</span> <span style="color: #000099;">bagi mereka yang mau berpikir arif,</span><span style="color: #000099; font-weight: bold;"> </span><span style="color: #000099;">siasat merajut benang hegemoni politik dan kekuasaan melalui skenario menggiring proses pengesahan 'perundang-undangan nan egoistik' seperti itu, disadari tidaklah selamanya bisa mendatangkan hasil adekuat sesuai kehendak diri. Sebab, terlampau sering dijumpai, politisi yang rajin bersiasat dan terampil berlobi -- sebagaimana sejarah bumi pertiwi kerap bertutur -- acapkali disiasati pula saat tengah bersiasat oleh sang rekanan siasatnya, entah dari lingkaran dalam apalagi dari lingkaran luar keorganisasian partai politiknya</span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">. </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">Inilah kekhasan model perilaku berpolitik manusia Indonesia: tanpa arah, tanpa konsistensi, tanpa imajinasi, tanpa strategi. Sepenuhnya impulsif untuk kepentingan sesaat yang abstrak.</span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">B</span><span style="color: #000099;">erdasarkan</span> <span style="color: #000099;">observasi, momentum</span><span style="color: #000099; font-weight: bold;"> </span><span style="color: #000099;">menata kelanggengan berhegemoni lazim tiba dan mencuat kuat tatkala atmosfir pesta demokrasi lima tahunan sekali sudah semakin dekat. Salah satu metodanya adalah dengan merancang undang-undang bagi penyelenggaraan pesta demokrasi yang bisa menyekat hadirnya 'kaum atau individu pendatang baru' melalui seperangkat ketentuan hukum yang mengatur 'tapal batas</span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">kuantitatif </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">perolehan suara yang dianggap layak untuk para partisipan duduk di parlemen dan jika mau ikut pacuan pemilihan presiden'. Maka tak terlampau mengejutkan jika kemudian menyembullah rancangan 'undang-undang nan egoistik' yang mengusung gagasan </span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">kontroversial seputar </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">keharusan meraih 'bobot perolehan suara yang berkadar tinggi' -- untuk ukuran Indonesia yang baru saja memasuki alam demokrasi -- </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">agar </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">sebuah partai bisa diperkenankan menaruh wakilnya di parlemen termasuk pula jika berkehendak terjun ke gelanggang cadas pertarungan kekuasaan selaku partisipan lomba pencalonan presiden.</span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">M</span><span style="color: #000099;">eneropong</span> <span style="color: #000099;">gelagat seperti itu, sudah</span><span style="color: #000099; font-weight: bold;"> </span><span style="color: #000099;">jauh-jauh hari banyak pihak yang berada di luar sirkulasi kekuasaan segera melontarkan kritikan tajam selama berlangsungnya pembahasan rancangan undang-undang bertipe 'egoistik-ahistoris ' demikian, karena dirasa hanya akan membebani semangat berdemokrasi yang baru saja mekar merekah indah di negeri penuh keajaiban ini. Namun kaum politisi yang tengah naik daun bersikukuh penuh percaya diri -- seolah-olah dukungan rakyat terhadap mereka itu abadi -- mengabaikan saran-saran agar aturan 'tapal batas minimal perolehan suara yang kelewat tinggi' segera diturunkan kembali seperti sediakala sebagaimana pernah ditetapkan sebelumnya pada undang-undang yang lama di awal-awal niat tulus pencanangan orde reformasi tak lama setelah orde baru ambruk. </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">W</span><span style="color: #000099;">alhasil</span> <span style="color: #000099;">hasilnya nihil! Anjing menggonggong namun kafilah tetap tengadah pongah berlalu cuek-bebek. Perundang-undangan baru yang menuntut persyaratan kelewat tinggi itu pun akhirnya telak diberlakukan. Bahkan peluang alternatif bagi calon independen nonpartai ikut ke gelanggang pertarungan pesta demokrasi lima tahunan sekali, juga ditiadakan. Memang menyedihkan, rasanya tak ada celah terbuka sedikit pun bagi orang-orang baru di luar lingkaran perpolitikan yang ada saat sekarang untuk bisa melenggang berpacu. </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">D</span><span style="color: #000099;">ibukanya</span> <span style="color: #000099;">ruang kompetisi maksimalis yang menggairahkan hingar-bingar pentas politik, yang gencar menggelegar, di masa awal idealisme </span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">era </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">dimulainya </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">reformasi satu dekade lalu, kini justru semakin diciutkan oleh semangat hegemonistik menuju ke ruang beku kompetisi serba minimalis. Sungguh menggelikan begitu cepat sejarah terlupakan dan betapa mudah nurani tergadaikan. </span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">B</span><span style="color: #000099;">elum</span> <span style="color: #000099;">cukup sampai di situ, banyak orang di luar sirkulasi kekuasaan yang bernalar kritis mempertanyakan pula seputar misteri formula rekrutmen yang diterapkan para politisi di parlemen sewaktu merekrut calon anggota komisi yang akan diserahi tanggung jawab melaksanakan sekaligus mengawal kesucian pesta demokrasi lima tahunan. Ada keresahan di hati publik, terutama kaum terpelajar, yang mempertanyakan, mengapa figur-figur</span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> mumpuni</span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> yang dianggap punya kualitas dan integritas, justru gugur di awal seleksi, tak terpilih sebagai anggota komisi? Suara kritikal ini pun diuapkan begitu saja. </span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">A</span><span style="color: #000099;">khirnya,</span> <span style="color: #000099;">apa boleh buat, kesemua ulah 'egoistik ahistoris' itu mendatangkan hasil mubazir. Nampak kasat mata betapa semerawutnya perilaku kolektif pengorganisasian pesta demokrasi 2009, yang menurut suara publik patut dikategorikan 'berkualitas buruk'. Sungguh ironis menyaksikan banyak pemilih yang terhalangi hak pilihnya akibat amburadulnya daftar pemilih tetap dan peragaan memalukan dari 'instrumen modern perangkat teknologi informasi' yang malah menghadirkan kesan idiot atas paparan informasi penghitungan suara yang 'jalan terseok-seok serba lambat ketinggalan jaman'. </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">L</span><span style="color: #000099;">ucunya,</span> <span style="color: #000099;">'peraturan tapal batas pembobotan suara nan tinggi', yang disinyalir publik untuk meminimalkan ruang terbuka bagi tumbuh kembangnya politisi baru yang lebih independen di luar sirkulasi kekuasaan kalangan politisi berbasis hegemonistik, justru mengkerangkeng para inisiatornya sendiri. Senjata makan tuan, rupanya. Tak dinyana, perolehan suara jeblok, persyaratan tapal batas sok tinggi malah tak terlampaui, sehingga muncul kebingungan saat harus berlaga mengajukan calon presiden dari kandang sendiri. Terpaksa pula menggandeng pihak lain walau tak sehati. </span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">Siapa bilang hukum karma tidak ada?</span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">A</span><span style="color: #000099;">gaknya,</span> <span style="color: #000099;">inilah harga yang harus dibayar. Niat hegemoni politik, atau niatan hegemoni apa pun, termasuk hegemoni bisnis, tanpa dibarengi atmosfir akan kehadiran ruang terbuka bagi kompetisi maksimal, hanya berujung pada olengnya keseimbangan interaksi sosial dan merugikan diri sendiri akibat hilangnya sistem sinyal kontrol internal pada lembaga-lembaga politik tanah air; sekaligus pula menumpulkan: </span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">nalar </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">cerdas</span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">, karakter tangguh, energi kelahi, disiplin baja, dan kejelian persepsi, yang berbuntut serba keliru memformulasi strategi sewaktu berpesta demokrasi merengkuh suara hati rakyat. Kualat!</span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">J</span><span style="color: #000099;">angan</span> <span style="color: #000099;">dikira publik (rakyat) tidak tahu akan adanya hawa hegemonistik dibalik dinamika politik nusantara. Tak heran jika usai pesta demokrasi tak nampak semburat gembira di hati anak bangsa. Hanya ada tembang sunyi pesta demokrasi. Siapa yang menang, siapa yang kalah, seolah rakyat sudah tak peduli, karena semuanya serba medioker, tanpa tersedia sejumlah figur alternatif yang benar-benar baru, independen, muda usia dan segar tampilannya tanpa dosa masa lalu, menawan tidak membosankan, berkualitas juga berintegritas, yang lengkap tersedia di etalase 'pasar politik'. Mungkinkah itu?</span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">D</span><span style="color: #000099;">ari</span> <span style="color: #000099;">pengalaman hari kemarin, semoga masih tersisa segelintir politisi independen masa kini yang sanggup berkiprah tanpa terjerat hutang budi dari sang patron figur politik masa lalu yang bernuansa hegemonistik, yang punya nyali membendung laju hegemonistik politik dan kekuasaan yang semakin terasakan. Serta menyadari sepenuh hati akan pentingnya bagi keorganisasian partai untuk segera membuka lahan kompetisi berpolitik seluas-luasnya, semaksimal mungkin, dengan menelorkan undang-undang yang sufistik, adil, historis, dan bijak bestari demi: akurasi menseleksi siapakah yang benar-benar punya kompetensi untuk berlaga di kancah politik, menjaga kekokohan pilar demokrasi, dan menghindari keruntuhan citra perpolitikan dalam negeri. Sebab, berpolitik itu sesungguhnya sangat sehat dan idealnya sanggup menggembirakan batin segenap warga masyarakat. </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">M</span><span style="color: #000099;">umpung</span> <span style="color: #000099;">belum terlambat, moga-moga masih ada seberkas sinar terang perubahan di tahun 2014 mendatang, saat eskalasi peralihan generasi baru mulai melaju. Siapa tahu? </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><br />
</span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #073763;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: #000099;">S</span><span style="color: #000099;">ekiranya</span> <span style="color: #000099;">tak mau jua berubah, </span></span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">ya terserah, </span></span></span></span><span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;">bersiaplah musnah jadi debu sejarah.</span></span></span></span><br />
<br />
<br />
<span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"><span style="color: black;">[] Photo: National Geographic [] </span></span></span></span></span></div>
<span style="color: #000099;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: tahoma,new york,times,serif;"> </span></span></span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #00007f;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-weight: bold;"><span style="color: #073763;"><span style="font-size: small;"> </span></span></span></span></span></span></span><span style="color: #073763; font-size: small;"><span style="font-family: garamond,'new york',times,serif;"><br />
</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/11930426719757466067noreply@blogger.com0