Pages

September 3, 2009

p e r i s c o p e | Ketiadaan Fokus Walau Generasi Berganti




  Apakah Tuhan yang telah menciptakan aku
sedemikian lemah


akan menegurku suatu hari nanti
karena kelemahanku?

AMIN MAALOUF; 'Leo The African', Bentang, 2005

Seringkali terbetik sekelumit keheranan nalar: mengapa anugerah hamparan bumi nusantara yang teramat kaya raya, iklim yang bersahabat, rakyat yang kreatif sekaligus rajin bekerja, warisan budaya nenek moyang yang multidimensional adiluhung, serta pemerintahan yang lumayan stabil, anehnya belum sanggup menggulirkan percepatan kemakmuran dan kesejahteraan bagi manusia Indonesia secara menyeluruh?

Dimanakah letak sisi kelemahannya, sehingga dari hari ke hari bukannya kemajuan ekonomi yang didapatkan, malah stagnasi bahkan kemunduran laju perekonomian yang terasakan. Fenomena ini sangat mudah kentara, misalnya jika kita melihat betapa makin melorotnya sarana pelayanan publik: gedung sekolah yang roboh bertumbangan, jalan-jalan rusak berserakan, kecelakaan di laut, udara, dan darat yang menjadi-jadi, dsb.

Keterbelakangan pengelolaan kemajuan kehidupan perekonomian semakin terasa lagi mana kala kita menengok ke negara tetangga yang walau hanya teranugerahi kekayaan alam dan budaya yang terbilang pas-pasan, namun sungguh ajaib nyatanya mampu menggiring derap perekonomian secara menakjubkan jauh melampaui bumi pertiwi ini!

Sayangnya, respons yang muncul di seantero negeri sewaktu menyimak lambatnya geliat ekonomi anak bangsa adalah dengan saling menyalahkan di antara para pemimpinnya, atau menuding krisis global sebagai biang kerok keterpurukan ekonomi sekarang, atau mengutuk kaum penjajah yang telah membuat mentalitas inferior dalam diri sanubari kita sehingga sulit bergerak maju.

Padahal, jika mau berkaca sejenak pada negeri-negeri yang pembangunan ekonominya terbilang sukses, bisa dengan mudah diperoleh inspirasi dan introspeksi, bahwa kunci kemajuan mereka sangat sederhana, yakni: f o k u s .

Di era orde lama fokus kita terbelah dalam jargon semangat pembangunan bersimbolkan penggabungan faham 'Nasakom' (Nasionalis, Agama, Komunis) yang hakekat basis filosofisnya serba saling jauh bertentangan. Akibatnya, ekonomi ambruk total dan orde lama tumbang.

Kemudian memasuki era orde baru, khususnya selama tiga 'Repelita' (Rencana Pembangunan Lima Tahun) berturut-turut, barulah terasa ada fokus pembangunan ekonomi yang genah di bawah naungan simbol-simbol 'Pancasila', dan hasilnya pun terasa nyata dengan meningkat pesatnya pendapatan masyarakat. Namun menjelang repelita ke empat, fokus pembangunan mulai menyeleweng terbelah ke mana-mana terutama semenjak adanya "pertanda dari kehendak lepas landas secara terburu-buru" melalui pendirian industri pesawat terbang. Akhirnya, sejarah berulang, orde baru tumbang di periode repelita ketujuhnya.

Maka segera berkuasalah orde reformasi yang tanpa terasa sudah 10 tahun lebih menata negeri ini. Impian rakyat akan keajaiban ekonomi yang dinanti setiap hari ternyata tak kunjung tiba, walau para pemimpin sudah bekerja sekuat tenaga.

Pertanyaan mendasarnya adalah, apalah arti dari suatu kerja keras jika fokus tak nampak jua di hadapan mata? Bukankah tanpa fokus tak mungkin dibangun taktik dan strategi jitu? Di manakah sesungguhnya fokus pembangunan ekonomi orde reformasi itu berada?

Apakah senandung kampanye yang kini tengah ramai didendangkan tentang ekonomi neolib-kah (kapitalisme), ekonomi kerakyatan-kah (sosialisme), dan ekonomi kemandirian-kah (nasionalisme) -- dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing -- masih punya makna strategikal bagi perbaikan nasib rakyat di hari esok, jika tanpa dibarengi fokus yang jelas?

Rasanya, tanpa keberanian menentukan fokus pembangunan ekonomi, yang akan dijalani secara konsisten tentunya, maka punahlah sudah harapan bagi perbaikan substantif perekonomian anak bangsa di masa depan.

Kita akan tergelincir lagi pada kubangan yang sama, menjadi suatu generasi baru yang terperangkap kembali pada jejak kesalahan yang sudah pernah diperbuat generasi lama, walau dengan varian yang berbeda.

Tanpa fokus kita bak bergerak laksana kembang api: melejit ke angkasa, meledak sembari memukau khalayak sejenak dengan semburat cahaya indah warna-warni, lantas mati, tanpa arti!

[] Photo : National Geographic []

6 comments:

  1. Ola, what's up amigos? :)
    I will be happy to receive some assistance at the beginning.
    Thanks in advance and good luck! :)

    ReplyDelete
  2. Ola, what's up amigos? :)
    Hope to get any help from you if I will have some quesitons.
    Thanks and good luck everyone! ;)

    ReplyDelete
  3. Hi,

    I am new here..First post to just say hi to all community.

    Thanks

    ReplyDelete
  4. hey


    just signed up and wanted to say hello while I read through the posts


    hopefully this is just what im looking for looks like i have a lot to read.

    ReplyDelete
  5. Greets!

    I am new here and I just wanted to say hi!

    Adios amigos

    ReplyDelete
  6. Howdy

    It is my first time here. I just wanted to say hi!

    ReplyDelete